*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa
Ngada atau bahasa Bajawa adalah bahasa yang dipertuturkan oleh suku Ngada.
Penuturnya terdapat di pulau Flores bagian tengah selatan, di antara wilayah
penutur bahasa Manggarai dan bahasa Ende-Lio. Bahasa Ngada termasuk dalam
rumpun bahasa Austronesia.
Suku Ngada (atau Ngadha, Nad'a, Nga'da) mendiami sebagian besar daerah Kabupaten Ngada. Suku Ngada merupakan penutur [bahasa Ngada atau Rokka] dibagi atas empat etnis Rokka, Riung, Nage, Bajawa masing-masing klan mempunyai kebudayaan sendiri seperti rumah adat, tarian, pakaian adat. Sebelum tahun 1907 etnis Ngada lebih dikenal dengan nama De Rokka yang berpusat di sekitar Rokkas Piek sekitaran Gunung Inerie. Terdapat mitos nenek moyang suku Ngada telah melakukan perjalanan yang jauh dari tempat yang disebut dengan "pu’u zili giu gema" (tempat yang gelap gulita). Rumah orang Ngada disebut "sa'o", ditata membentuk permukiman pola bulat telur atau persegi panjang posisi mengelilingi lapangan digunakan berkumpul dan mengadakan upacara di tengah terdapat susunan panggung batu disebut "Ture" dimana terdapat batu ceper besar disebut Nabe sebagai altar dan batu tegak disebut "watu lewa'. Setiap rumah selalu menghadap ke "ngadhu" dan "bhaga" sebagai poros. Bhaga seperti rumah berukuran kecil representasi leluhur perempuan, Ngadhu/Madhu representasi leluhur laki-laki bentuk payung dengan keri atau atap alang-alang dan ijuk yang jumlah keduanya selalu berpasangan (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Ngada orang Ngada di pulau Flores? Seperti disebut di atas bahasa Ngada dituturkan orang Ngada di Ngada. Puu Zili Giu Gema, Sao, Ture, Nabe, Watu Lewa, Ngadhu, Bhaga. Lalu bagaimana sejarah bahasa Ngada orang Ngada di pulau Flores? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982