Selasa, 11 Juli 2017

Sejarah Kota Depok (8): Komunitas Kristen Land Depok di Tengah Penduduk Asli Beragama Islam; Sekolah Pemerintah vs Sekolah Zending

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Cornelis Chastelein sesungguhnya tipikal VOC tulen. Saat dirinya masih memiliki jabatan prestisius berani berspekulasi sebagai pionir membeli lahan di Depok, suatu area terjauh dimana orang Eropa/Belanda berada, untuk mengusahakan pertanian (onderneming). Cornelis Chastelein bekerja dengan para tenaga kerjanya dengan sepenuh hati untuk menghasilkan keuntungan. Cornelis Chastelein sendiiri memiliki anak bernama Anthony Chastelein sebagai pewaris.

Gereja di Depok (foto 1939)
Namun sulit dipahami apa yang dipikirkan oleh Cornelis Chastelein ketika asetnya yang berharga jelang kematiannya sebagian diwariskan kepada tenaga kerjanya sebagaimana dinyatakan di dalam testamen yang dibuatnya tahun 1714. Padahal saat itu era materialistik.

Dalam kehidupan nyata, apapun yang dilakukan oleh Cornelis Chastelein, apalagi saat itu era materialistik, tidak ada orang yang peduli. Semua orang-orang Eropa/Belanda berlomba-lomba demi keuntungan dan tidak sempat memikirkan apa yang dilakukan oleh orang lain. Semua orang-orang Eropa/Belanda saat itu berafiliasi dengan VOC (organisasi dagang). Pemerintah dan gereja absen dalam semua kehidupan saat itu. Begitu lama ketidakhadiran pendeta di tanah yang baru.

Sabtu, 08 Juli 2017

Sejarah Kota Depok (7): Perkampungan Tionghoa (Pecinan) Depok Tempo Doeloe, Bukan di Pondok Cina; Lantas Dimana?

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Apakah ada perkampungan Tionghoa (pecinan) di Kota Depok? Itu pertanyaannya. Tidak pernah diceritakan dan juga tidak pernah ditulis. Mungkin ada sebagian yang  menjawab: Ada pecinan di Depok yakni di Landerien Pondok Tjina. Tampaknya itu keliru. Sebab tidak pernah ditulis Pondok Tjina sebagai pecinan (perkampungan Tionghoa). Mungkin ada sebagian menjawab: Ada pecinan di Landerien Depok sendiri. Jika tidak di Land Pondok Tjina dan juga tidak di Land Depok. Lantas dimana? Pertanyaan ini yang ingin dijawab. Mari kita telusuri.

Sebuah mansion di Kampong Lio, Pondok Terong (foto 1930)
Perkampungan Tionghoa (pecinan) adalah suatu area dimana komunitas orang-orang Tionghoa terawal yang pernah ada dan jumlahnya cukup signifikan serta situsnya masih ditemukan hingga ini hari.

Kampung Tionghoa

Dalam Sensus Penduduk (SP) yang dilakukan onderdistrik Depok terdiri dari 32 desa, yakni: Bedji, Blimbing, Bodjonggede, Bodjongsari, Doerenseribu, Grogol, Kalisoeren, Kedoengringin, Kemiri Moeka, Koekoesan, Limo, Mampang Ilir, Mampang Oedik, Nangerang, Nangerangsoesoekaii, Paboearan, Pangkalan Djati, Paroengblingbing, Pasir Poetih, Pitara, Ratoe Djaja, Rawadenok, Saroea, Sasak Pandjang, Sawangan, Tadjoerhalang, Tanahbaroe. Tjimanggies, Tjinangka, Tjinere, Tjipajoeng, Tjitajam dan Tjoeroeg.

Jumat, 07 Juli 2017

Sejarah Kota Depok (6): Depok adalah Nama Asli, Bukan Singkatan; Een der Oudste Christengemeenten van het Eiland Java

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Di dalam Wikipedia, disebut secara etimologi nama Depok/Depoc berasal dari akronim organisasi Kristiani yang didirikan Cornelis Chastelein: De Eerste Protestante Organisatie van Christenen. Wikipedia mengutip dari tulisan Tasa Nugraza Barley berjudul ‘The Forgotten Bule Depok’ yang diupload tanggal 22 September 2014. Tidak diketahui dari mana sumbernya bahwa nama Depok sebagai akronim.

Salinan testamen Cornelis Chastelein ( JN Grimmiu, 1852)
Asal-usul nama Depok berbeda dengan asal usul Batavia, Preanger dan Buitenzorg. Nama Batavia merupakan nama region/wilayah di Belanda bagian utara tempo doeloe, sementara nama Preanger mengacu pada penyebutan orang Belanda untuk orang Priangan, sedangkan Buitenzorg bermula dari penyebutan region/wilayah tempat peristirahatan di luar kota (buiten dan zorg). Nama Depok sendiri adalah nama yang diadopsi dari nama asli. Depokker merujuk pada orang-orang pribumi, pewaris Cornnelis Chastelein di Land Depok (lihat Depok en de Depokker: Eene Bijdrage tot de Kennis van Inlandsche Christenen op Java door JN Grimmius, 1852).

Depok adalah Nama Asli

Nama Depok adalah nama asli, bukan singkatan. Disebut asli karena pemberian nama Depok muncul dari orang asli. Nama-nama asli memang sulit dilacak asal-usulnya. Faktanya nama-nama asli sudah disebut sejak lama. Nama tetangga Depok yang sudah sejak lama eksis adalah Mampang, Pondok Tjina dan Pondok Terong.

Kamis, 06 Juli 2017

Sejarah Kota Depok (5): Pembangunan Jalur Kereta Api Batavia-Buitenzorg via Depok; Mempersatukan Kembali Orang Eropa

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Rencana eksploitasi jalur kereta api Batavia dan Buitenzorg akan sangat berdampak luas terutama dalam menghubungkan istana di Bogor dan istana di Batavia; memudahkan transportasi penduduk maupun wisatawan yang ke Buitenzorg juga menjadi saranan angkutan utama barang dan komoditi dari hulu sungai Ciliwung. Pembukaan jalur kereta api Batavia dan Buitenzorg via Depok tidak hanya membuka isolasi Depok dan sekitar yang menjadi jalan kuno sejak era Padjadjaran di sisi barat sungai Tjiliwong, juga menyatukan kembali orang-orang Eropa/Belanda di sepanjang sungai Tjiliwong (Batavia, Depok dan Buitenzorg).

Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873
Pada tahun 1861 di Afdeeling Buitenzorg terdapat orang Eropa/Belanda sebanyak 759 orang (lihat Statistiek der Assiten Residentie Buitenzorg, 1861). Di Land Bloeboer (pusat kota Buitenzoeg) sebanyak 250 orang. Semua landerien yang berada di sisi barat sungai Tjiliwong termasuk Depok secara keseluruhan terdapat 372 orang Eropa/Belanda (yang hampir semuanya berada di Land Depok, 350 orang). Sedangkan di sisi timur sungai Tjiliwong hanya terdapat 55 orang Eropa/Belanda.

Eksploitasi kereta api di Batavia dan sekitar akhirnya realisasi pembangunannya dilakukan pada tahun 1869.  Pembangunan jalur kereta api Batavia-Buitenzorg ini ditandai dengan pencangkulan pertama yang dilakukan oleh Gubernur Jenderal pada tanggal 25 October 1869.

Selasa, 04 Juli 2017

Sejarah Kota Depok (4): Moda Transportasi di Depok Tempo Doeloe; Jalan Kuno Sejak Era Padjadjaran

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Kota Depok pada masa ini berada diantara Jakarta dan Bogor yang di masa doeloe Gemeente Depok berada diantara Batavia dan Buitenzorg.  Pada masa sebelumnya di masa lampau, kampong Depok berada diantara (pelabuhan) Soenda Kalapa dan (kerajaan) Pakwan-Padjadjaran.

Peta, 1755
Nama Depok kemungkinan besar adalah nama asli, bukan nama yang diadopsi setelah munculnya orang-orang Eropa/Belanda. Sebab menurut dokumen VOC semasa Cornelis Chastelein masih hidup disebutkan membeli lahan di Sringsing (1691) dan membeli lagi lahan di Depok dan Mampang (1696). Nama-nama Sringsing, Depok dan Mampang boleh jadi nama-nama kuno (sejak era Pakuan-Pajajaran) atau paling  tidak nama-nama yang muncul sebelum kedatangan orang-orang Eropa/Belanda.

Nama-nama tempat yang dicatat sejak pembelian lahan oleh Cornelis Chastelein di Sringsing, Depok dan Mampang bersumber dari laporan ekspedisi yang dilakukan oleh Abraham van Riebeek tahun 1703 yang melalui rute sisi barat sungai Tjiliwong: Tjililitan, Tandjong, Pondok Tjina, Depok, Pondok Terong, Bodjonggede, Tjiliboet dan Paroeng Angsana.

Senin, 03 Juli 2017

Sejarah Kota Depok (3): Wilayah Administrasi Depok Tempo Doeloe; Tanah Partikelir, Penduduk dan Nama-Nama Desa

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini


Pada era VOC diberi kesempatan untuk pemilikan lahan pribadi yang dikenal sebagai tanah partikelir (landerien). Pada masing-masing tanah partikelir ini terdapat sejumlah kampung yang dihuni oleh penduduk pribumi, Tionghoa dan Eropa/Belanda. Salah satu tanah partikelir yang terpenting di afdeeling Buitenzorg adalah Depok. Hampir seluruh populasi orang-orang Eropa/Belanda berada di Depok.

Statistik Kota Depok tempo doeloe (1861)
Orang-orang Tionghoa tampak lebih tersebar di semua landerien. Populasi orang-orang Tionghoa terbanyak ditemukan di landerien di Pondok Terong/Ratoe Djaja, Pondok Tjina dan Tjinere. Di Landerien Mampang tidak ditemukan orang Tionghoa.

Nama-Nama Tanah Partikelir Tahun 1861

Pada awal pembagian administratif Regentschappen (Kabupaten) Buitenzorg memiliki lima district (kecamatan), yakni: Buitenzorg, Paroeng, Tjibinong, Jassinga dan Tjibaroessa. Pada tahun 1861 Regentschappen (Kabupaten) Buitenzorg terdiri dari 62 tanah partikelir (landerien) dan 1.030 kampong dengan jumlah penduduk pribumi sebanyak 341.083 (lihat Statistiek der Assiten Residentie Buitenzorg, 1861).