Rencana eksploitasi jalur kereta api Batavia dan Buitenzorg akan sangat berdampak luas terutama dalam menghubungkan istana di Bogor dan istana di Batavia; memudahkan transportasi penduduk maupun wisatawan yang ke Buitenzorg juga menjadi saranan angkutan utama barang dan komoditi dari hulu sungai Ciliwung. Pembukaan jalur kereta api Batavia dan Buitenzorg via Depok tidak hanya membuka isolasi Depok dan sekitar yang menjadi jalan kuno sejak era Padjadjaran di sisi barat sungai Tjiliwong, juga menyatukan kembali orang-orang Eropa/Belanda di sepanjang sungai Tjiliwong (Batavia, Depok dan Buitenzorg).
Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873 |
Eksploitasi kereta
api di Batavia dan sekitar akhirnya realisasi pembangunannya dilakukan pada
tahun 1869. Pembangunan jalur kereta api
Batavia-Buitenzorg ini ditandai dengan pencangkulan pertama yang dilakukan oleh
Gubernur Jenderal pada tanggal 25 October 1869.
Tahap awal
Eksploitasi jalur kereta api di
Batavia dan sekitar justru terlaksana untuk jalur Batavia-Tandjong Priok (yang
tidak diproyeksikan tahun 1864). Eksploitasi berikutnya ruas antara Batavia
(Stasion Kota yang sekarang) ke Meester Cornelis (Djatinegara) yang
berjarak 9 Km mulai beroperasi tanggal 15 September 1871 (lihat De Eeerste
Jawasche Spoorwegen dalam Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, 1873). Setelah jalur
Batavia-Meester Cornelis terealisasi, baru perencanaan awal ditetapkan untuk
menuju Buitenzorg. Ini menunjukkan bahwa proposal eksploitasi awal tahun 1864 gagal
dan juga mengindikasikan bahwa eksploitasi ruas jalur kereta api Batavia-Buitenzorg
tidak sekaligus.
Untuk merealisasikan jalur
Batavia-Buitenzorg, Gubernur Jenderal atas nama Radja (Buitenzorg, 30 Juni 1870)
membuat peraturan termasuk di dalamnya soal rute yang dilalui dan pembebesan
lahan: dari batas Afdeeling Meester Cornelis dekat Afdeeling Buitenzorg di dekat
desa Seregseng, sebagai titik awal, ke arah selatan sepanjang Land PondokTjina,
Depok, Ratoe Djaja dan Pondok-Teroug, Bodjong- Gedeh, Tjileboet dan Buitenzorg
atau Bloeboer ke jalan di sepanjang kampung Pleidang dekat Jembatan Merah di
ibukota Buitenzorg (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 02-07-1870).
Dalam proses akuisisi lahan, pembebasan lahan di ruas Land Depok tidak
mulus (malahan berlarut-larut). Spoorweg Maatschappij menemukan persoalan hak
kepemilikan lahan. Namun setelah melalui pengadilan, usrusan lahan-lahan di
Land Depok dapat diselesaikan, Pengadilan Tinggi secara tegas memutuskan bahwa
lahan-lahan di Depok, , Mampang dan lainnya adalah milik pewaris Cornelis
Chastelein. Pengadilan Tinggi juga akhirnya memutuskan konpensasi diberikan
kepada pewaris berdasarkan testament yang dibuat pada tanggal 24 Juli 1714
(lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 12-01-1874).
Pembangunan jalur
kereta api ruas Batavia-Buitenzorg via Depok selesai dan awal operasi dimulai
tanggal 31 Januari 1873 (lihat Bataviaasch handelsblad, 29-01-1873).
Tahap Selanjutnya
Sejak pengoperasian kereta api
jalur Batavia-Buitenzorg via Depok tahun 1873 arus penumpang terus meningkat. Ini
satu indikasi Depok akan menjadi lebih ramai dan menjadi simpul terpenting
antara Batavia-Buitenzorg. Sepanjang tahun 1876 jumlah penumpang ke Depok
sebanyak 712.015 orang (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 31-07-1877). Demikian juga terjadi peningkatan arus
pengangkutan barang dan komoditi dari Depok.
Stasion Depok adalah stasion besar diantara Batavia dan Buitenzorg. Di
stasion Depok kereta cukup lama berhenti dan melakukan fungsi menaikkan dan
menurunkan kereta kuda. Kereta-kereta kuda yang dulu lintas jarak jauh
Batavia-Buitenzorg atau sebaliknya sudah (via jalan raya sisi timur sungai
Tjiliwong) sudah banyak dimanfaatkan dan menghemat waktu tempuh. Depok menjadi tempat
transit untuk perjalanan di sekitar.
Pembangunan sejumlah halte dan perbaikannya terus dilakukan di sepanjang
rute Batavia-Buitenzorg. Halte-halte yang sudah dibangun diantaranya di Lenteng
Agoeng, Pondok Tjina, Pondok Terong, Bojonggedeh dan Tjiliboet. Di Tjiliboet
secara khusus dibangun stasion pengisian bahan bakar.
Pada tahun 1904 di
sepanjang jalur kereta batavia-Buitenzorg terjadi kecelakaan. Persoalannya
sepele tetapi dampaknya bisa serius, yakni soal pengaturan berhenti. Akibat
kelalaian masinis terjadi kecelakaan tabrakan kereta di stasion. Jalur dari
Batavia ke Buitenzorg terdapat sistem yang mengatur bahwa di Lenteng-Agong,
Pondok Tjina, Depok dan Tjitajam di sebelah kiri, sedangkan di Passar-Mingo,
Bodjong Gedeh dan Tjileboet justru berhenti di kanan. Padahal di Belanda semua
pemberhentian berada di kiri (Bataviaasch nieuwsblad, 15-01-1904).
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar