Senin, 03 September 2012

Sejarah Cibubur Depok: Suatu Area 'Bumi Perkemahan Pramuka' yang Berkembang Menjadi Kawasan Perumahan 'Segi Tiga Emas' (Jakarta, Depok dan Bekasi)

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini KLIK DISINI
**Sejarah Cibubur Tempo Doeloe dalam blog ini Klik Disini
***Sejarah Pramuka Indonesia Sebenarnya dalam blog ini klik disini

Cibubur bukanlah wilayah Depok, melainkan sebuah desa/kelurahan di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Tetapi faktanya pada masa ini ada suatu kawasan yang diidentifikasi sebagai Cibubur Depok. Sekalipun ini agak membingungkan, namun masih bisa ditelusuri mengapa muncul istilah Cibubur Depok pada masa ini. Penelusuran ini dimaksukan untuk memberi penjelasan kepada berbagai kalangan yang kerap salah dalam mengidentifikasi apakah Cibubur masa kini adalah sebuah nama desa/kelurahan atau sebuah nama kawasan.
***
Sebelum ada Desa Cibubur (Jakarta), ada sebuah desa lama yang disebut sebagai Desa Cisalak yang menjadi bagian dari wilayah Kecamatan Cimanggis Kabupaten Bogor (kini menjadi bagian wilayah Kota Depok). Di sudut Desa Cisalak ini ada sebuah setu (danau kecil) yang disebut Setu Jemblang (kini disebut Setu Baru). Pada tahun 1969 di selatan setu ini (kini Kelurahan Harjamukti) dipilih sebagai tempat Pertemuan Pramuka Penegak Pandega Puteri Putera (PERPPANITERA). Lokasi ini dipilih karena hawanya sejuk, lingkungan yang hijau, setu yang jernih dan adanya hutan di utara setu membuat area ini sesuai untuk sebuah ‘perkampungan’ pramuka bagi penegak/pandega (setingkat SMA/perguruan tinggi). Disamping itu, lokasinya yang tidak jauh dari Jakarta, membuat area ini menjadi pilihan yang tepat untuk sebuah bumi perkemahan bagi PERPPANITERA (yang kini disebut Raimuna) secara nasional. Kawasan kegiatan kepramukaan (yang kemudian disebut BUPERTA) yang luasnya 210 Ha sebelumnya merupakan areal perkebunan karet.

Pada waktu diselenggarakannya Raimuna pertama itu, desa terdekat dari Cisalak adalah Desa Cibubur. Sebuah kampung di utara Setu Baru disebut kampung Pondok Rangon yang mana kampung ini masuk bagian wilayah Desa Cibubur. Pada tahun 1973 Kwartir Nasional (Kwarnas) menyelenggarakan pertemuan besar pramuka untuk penggalang (setingkat SMP) yang pertama secara nasional (disebut Jambore). Lokasi untuk jambore yang direkomendasikan adalah Desa Cibubur (di utara Setu Baru) karena lokasi itu masih cukup luas dan datar. Sementara di selatan Setu Baru (Desa Cisalak) yang menjadi area Raimuna sebelumnya tidak dipilih karena selain lahannya sempit juga di area itu sudah mulai banyak penduduk apalagi area itu menjadi jalan utama dari Cisalak ke Cileungsi.

Dengan adanya penyelenggaraan jambore ini nama Cibubur mulai dikenal secara luas. Ketika Raimuna diselenggarakan jalan menuju lokasi (Setu Baru) dilakukan melalui Jalan Radar Auri. Akan tetapi, ketika Jambore jalan yang dilalui tidak melalui Jalan Radar Auri (yang masuk Kabupaten Bogor) melainkan dibuat jalan baru melalui Desa Cibubur (DKI Jakarta) yang kini dikenal sebagai Jalan Jambore (terusan Jalan Raya Cibubur/Jalan Lapangan Tembak). Nama Cibubur terus meroket seiring dengan kebijakan Kwarnas yang menetapkan area Cibubur menjadi lokasi pertemuan pramuka jangka panjang baik untuk pramuka penggalang maupun pramuka penegak/pandega. Sejak tahun 1981 bumi perkemahan Cibubur sering dipilih menjadi tempat Jambore Nasional  maupun Raimuna Nasional tetapi tidak lagi setelah tahun 2008.

Selama adanya kegiatan kepramukaan di bumi perkemahan itu, nama Cibubur terus melejit sementara nama Cisalak, Cimanggis lambat laun mulai meredup. Dalam perkembangannya Buperta ini semakin mudah diakses seiring dengan pembangunan jalan tol Jagorawi (Jakarta-Bogor) yang dimulai tahun 1973 (selesai tahun 1978). Tragisnya, jalan tol ini membelah Desa Cibubur. Area Buperta yang berada di Kampung Pondok Rangon terpisah dari desa induknya, dan selanjutnya Kampung Pondok Rangon dinaikkan statusnya dari kampung menjadi desa—Desa Pondok Rangon (masuk Kecamatan Cipayung). Akan tetapi nama Cibubur tetap melekat pada area Buperta sekalipun nama kelurahannya telah berubah menjadi Desa Pondok Rangon. Sementara  dalam perkembangannya Desa Cisalak dimekarkan dan area Raimuna dulu (selatan Situ Baru) menjadi Desa Harjamukti. Desa baru ini tidak seperti Desa Pondok Rangon yang berpisah dengan Desa Cibubur, tetapi Desa Harjamukti ini sebagian di sisi barat jalan tol dan sebagian di sisi timur jalan tol yang dihubungkan oleh flyover (jembatan layang) di atas jalan tol Jagorawi. Jembatan layang ini dibangun ketika menjelang Jambore Nasional yang ketiga yang diselenggaran di Buperta (Desa Pondok Rangon) pada tahun 1981. Saya sendiri ikut Raimuna Nasional tahun 1982.

Area Perkemahan dan Setu Baru di Depok
Adanya jalan tol dan jembatan layang ini, area yang sebelumnya hanya dikenal sebagai bumi perkemahan lambat laun mulai dilirik pengembang. Uniknya para pengembang menjadikan nama Cibubur sebagai ikon—mengacu pada nama yang populer menunjukkan area bumi perkemahan, padahal lokasinya bukan berada di Desa Cibubur. Ini dengan sendirinya nama Cibubur menjadi nama generik (bukan lagi sekadar menunjukkan nama desa). Dengan begitu, era nama Kawasan Cibubur dimulai. Pada tahun 1997 sejumlah pengembang mulai membangun perumahan baru di kawasan ini. Diawali oleh Konsorsium Duta Pertiwi yang membangun Kota Wisata yang terkenal dengan konsep lima benuanya. Nama Cibubur muncul ke permukaan, sedangkan nama-nama Cisalak/Harjamukti (Kecamatan Cimanggis) dan Pondok Rangon (Kecamatan Cipayung) tetap tenggelam di Situ Baru—danau kecil yang menjadi tempat kegiatan pramuka yang memisahkan Desa Pondok Rangon dengan Desa Harjamukti. Selanjutnya Kawasan Cibubur berkembang ke arah timur  Buperta (wilayah Bekasi) sepanjang Jalan Trans Yogie. Awalnya Jalan Trans Yogie ini adalah sebuah pembangunan jalan alternatif yang menghubungkan Jakarta dengan kota mandiri Jonggol sekitar tahun 1990. Namun proyek Jonggol ini tidak terlaksana. Sisi-sisi jalan alternatif inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh para pengembang hingga akhirnya menjadi kawasan perumahan 'segi tiga emas'.
***
Pada tahun 1999 Kota Depok dibentuk. Depok dinaikkan statusnya yang telah menjadi kota administratif (kotif) sejak tahun 1981. Dengan terbentuknya Kota Depok ini, sejumlah kecamatan di Kabupaten Bogor bergabung, salah satunya adalah Kecamatan Cimanggis. Desa Harjamukti yang telah menjadi bagian Kawasan Cibubur yang menjadi bagi dari Kecamatan Cimanggis, maka dengan sendirinya Desa Harjamukti masuk ke wilayah Kota Depok. Sejak 1999 mulai muncul istilah Cibubur Depok. Kawasan Cibubur ini semakin berkembang apalagi pada tahun 2002 terjadi banjir besar di Jakarta yang menyebabkan pengembang semakin jorjoran mempromosikan Kawasan Cibubur ini sebagai lokasi hunian baru yang bebas banjir. Dan terbukti sejak banjir itu, muncul sejumlah pengembang baru di Kawasan Cibubur ini yang melahirkan perumahan-perumahan seperti Raffles Hill, Taman Laguna, Citra Gran, The Address Cibubur dan sebagainya.

Nama Cibubur Depok sendiri merujuk pada Kawasan Cibubur yang berada di sisi-sisi jalan poros Trans Yogie di wilayah Kota Depok di sebelah barat Kali Sunter. Sedangkan sebelah timur Kali Sunter adalah bagian wilayah Kabupaten Bekasi, setelah itu jalan poros ini masuk Kabupaten Bogor. Ini berarti Perumahan Raffles Hils yang berada di Kelurahan Harjamukti termasuk wilayah Kota Depok yang menjadi kawasan  Cibubur Depok. Kawasan Cibubur Depok ini dengan demikian hanya wilayah yang berada di sebelah selatan Situ Baru (sisi jalan tol sebelah timur), di sebelah barat Kali Sunter dan di sebelah selatan Jalan Jambore (berbatasan dengan Kelurahan Cibubur). Ini berarti Cibubur Junction masuk wilayah Kelurahan Cibubur. Sementara Taman Laguna dan Citra Grand masuk kawasan Cibubur yang berada di wilayah Kabupaten Bekasi. Batas Kabupaten Bekasi dengan Kabupaten Bogor adalah Kali Cikeas. Ini berarti Taman Wisata masuk Kabupaten Bogor sebagaimana halnya dengan Taman Cikeas (perumahan tempat tinggal Presiden SBY). Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan berbagai sumbe.


Batas Wilayah Depok di Area Cibubur

5 komentar:

  1. Salam kenal, tulisan yang informatif dan menarik, jangan lupa berkunjung balik ke blog kami yaaa!! Ki Ageng Mangir adalah tokoh kontroversial dalam sejarah Mataram, Masuknya agama Islam di perdikan Mangir yang dipelopori oleh pemimpinnya, jelas mempunyai implikasi sosial maupun politik baik di Mataram maupun di Mangir sendiri. Terlepas dari itu kenyataan bahwa Roro Sekar Pembayun menikah dan punya anak ternyata disepakati oleh para pemerhati masalah Mangir meskipun dalam versi yang berbeda beda, Kalaupun sekarang kami mengklaim bahwa kami dari keturunan Mangir - Pembayun itu bukan karena kami mengaku -aku atau hendak meninggikan gengsi, justru kami ingin kesalah-pahaman persepsi tentang Ki Ageng Mangir bisa diperjelas. Maka trah kami tidak menyambung-dirikan dengan kerajaan Mataram ataupun keningratan, karena memang Ki Ageng Mangir selalu merendahkan diri, maka ketika Pembayun menawarkan suatu kesepakatan tentang nilai keislaman, kalbu seni dan olah fikir Ki Ageng Mangir segera mengisyaratkan tentang sebuah kebenaran yang harus diikuti bahkan dengan taruhan nyawa. Itulah yang membuat keturunan Mangir tetap eksis di mana mana khususnya di wilayah Tapos Depok, karena memang trah Mangir di Depok cukup banyak peninggalan makam yang berkaitan dengan pergerakan pasukan kecil Roro Pembayun yang berkolaborasi dengan Pangeran Jayakarta dalam memerangi Batavia - VOC antara tahun 1618 - 1629 yang diteruskan dengan perjuangan Panjiwanayasa membantu Pangeran Purbaya di Jatijajar Depok pada tahun 1682 - 1700.Foto : Pembayun (Basuki Abdullah, dilukis di sebuah pesanggrahan di Tapos) dan Makamnya di kramat Kebayunan Tapos Depok Jawa Barat

    BalasHapus
  2. ternyata banyak juga sejarah di Cibubur, seperti halnya perumahan Horizon East Depok

    BalasHapus
  3. jadi tahu sejarah di tapos ni...sebagai pendatang baru di kramat, leuwinanggung tapos, depok

    BalasHapus