Jumat, 23 April 2021

Sejarah Filipina (18): Sejarah Taiwan, Pulau Formosa; Seberapa Dekat Hubungan Lama Antara Formosa dan Pulau Luzon (Filipina)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini 

Artikel ini tidak berbicara tentang hubungan antara China dan Taiwan pada masa kini, tetapi mendeskripsikan sejarah awal Taiwan yang dimulai di pulau Formosa. Nama pulau utama di Taiwan yang disebut pulau Formosa merujuk pada nama Portugis (sejak era Portugis). Pulau Formasa ini tidak begitu jauh dari pulau Luzon dimana terdapat kota Manila (Filipina). Begitu dekat, sudah barang tentu antara dua pulau ini (Formosa dan Luzon) sudah terjadi interaksi yang intens sejak masa lampau.

Pada masa kini Taiwan dikenal sebagai sebuah pulau di Asia Timur yang di masa lampau disebut pulau Formosa. Pulau-pulau tetangga pulau Taiwan antara lain pulau Orchid dan pulau Hijau di Pasifik sebelah pantai Taiwan, kepulauan Penghu di selat Taiwan, serta Kinmen dan kepulauan Matsu sebelah pantai Fujian, Tiongkok Daratan. Secara geografis kepulauan di Taiwan ini terletak di Asia Timur sebelah pantai Tiongkok Daratan, sebelah barat daya kepulauan utama Jepang, tetapi sebelah barat langsung dari ujung Kepulauan Ryukyu Jepang, dan sebelah barat laut-utara Filipina. Pulau ini dihubungkan ke timur oleh Samudra Pasifik, ke selatan oleh Laut Tiongkok Selatan dan Selat Luzon, ke barat oleh Selat Taiwan, dan ke utara oleh Laut Tiongkok Timur. Pulau ini mempunyai panjang 394 kilometer (245 mil) dan lebar 144 kilometer (89 mil). Taiwan saat ini diklaim oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRT) walaupun RRT tidak pernah menguasai Taiwan.

Lantas bagaimana sejarah awal Taiwan di pulau Formosa yang begitu dekat secara geografis dengan Filipina? Tentu saja topik ini sudah pernah ditulis. Namun sejauh data baru ditemukan, narasi pulau Formasa di Tawain tidak akan pernah berhenti. Lalu apa pentingnya sejarah pulau Formasa dengan sejarah Filipina? Tentu saja sangat penting di masa lampau, meski pada masa kini hubungannya tidak begitu penting lagi. Keutamaan sejarah pulau Formosa di masa lampau karena terhubung dengan Asia Tenggara, khususnya pulau Luzon (Filipina) bahkan jauh sebelum penduduk Tiongkok mencapai pulau ini. Oh, begitu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Filipina (17): Miangas Tempo Dulu, Sengketa Antara Amerika Serikat vs Hindia Belanda; Miangas-Rote, Mindanao-Spratly

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini

Pulau Miangas begitu dekat dengan pantai selatan pulau Mindanao, tetapi begitu jauh dari pantai utara pulau Talaud. Ini ibarat pulau Cocos dan pulau Natal begitu dekat dengan pulau Jawa, tetapi begitu jauh dari pantai barat Australia. Namun kini pulau Miangas masuk wilayah kabupaten Kepulauan Talaud (Indonesia) dan pulau Cocos dan pulau Natal masuk wilayah teritori Australia. Dua kasus itu bermula di masa lalu dan telah diselesaikan pula di masa lalu. Dalam hal ini pulau Miangas menjadi perselisihan antara Amerika Serikat (Filipina) dan Hindia Belanda (Indonesia). Lalu yang menarik apa yang menjadi pangkal masalah dan apa pula yang mengakhiri masalah?

Perselisihan batas yursidiksi wilayah antara negara pada masa lampau sangat lazim. Hal itu juga banyak terjadi sejak era Hindia Belanda hingga era Republik Indonesia dengan negara lain. Hal yang terbaru adalah soal pulau Ligitan dan pulau Sipadan antara Indonesia dengan Malaysia. Itu sudah diselesaikan. Tempo doeloe, selain pulau Miangas, juga terjadi pada pulau Rondo di Atjeh antara teritori Hindia Belanda dengan teritori Inggris di Andaman. Demikian juga dengan pulau Cocos dan pulau Natal yang secara historis ditemukan oleh Belanda (dan bahkan benua Australia ditemukan pelaut Belanda). Namun dalam perkembangannya Inggris menklaim Australia dan juga pulau Cocos dan pulau Natal. Hindia Belanda yang begitu luas, Pemerintah Hindia Belanda sudah cukup dengan yang ada dan mengabaikan Australia dan pulau-pulau lainnya di selatan Jawa. Akibatnya Australia menjadi milik Inggris, demikian juga pulau Cocos dan pulau Natal yang begitu dekat dengan pantai selatan pulau Jawa. Sisa perselisihan batas yurisdiksi ini masih ada hingga sekarang soal pulau Spratly yang diklaim China maupun Filipina. Kasus ini belum selesai.

Lantas bagaimana sejarah sengketa pulau Miangas di dekat pulau Mindanao? Tentu saja topik ini sudah pernah dibahas, namun sejarah tetaplah sejarah. Yang jelas pulau ini yang pernah tempo doeloe dipersengkatan antara Amerika Serikat dengan Hindia Belanda tidak terlalu dipermasalahkan Filipina pada masa ini. Dalam hal inilah muncul kedekatan antara Indonesia dan Filipina di pulau Miangas. Namun persoalannya sedikit berbeda dengan kasus pulau Ligitan dan pulau Sipadan (Indonesia vs Malaysia yang di masa lalu ketika Amerika Serikat, Inggris dan Hindia Belanda menarik batas-batas yurisdiksi). Lalu apa pentingnya sejarah sengketa pulau Miangas? Sebagai sejarah, bagaimana kisahnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 22 April 2021

Sejarah Filipina (16): Amerika Serikat di Filipina, Sejak VOC hingga Hindia Belanda; Misi Amerika Serikat Usir Spanyol 1898

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini 

Kehadiran orang Amerika Serikat di Filipina sebenarnya sudah dimulai jauh sebelum tahun 1898. Namun tidak dalam wujud utusan atau militer Amerika Serikat, tetapi kapal-kapal dagang Amerika Serikat. Kapal-kapal dagang Amerika Serikat semakin intens sejak kemerdekaan Amerika Serikat diproklamirkan pada tahun 1776 yang mana pemerintah Amerika Serikat mulai memperluas pengembangan wilayah ke pantai barat (California) yang berada di bawah yurisdiksi Spanyol (yang berpusat di Meksiko). Oleh karena itu, aneksasi Filipina oleh Amerika Serikat (1898) terkait dengan perluasan wilayah Amerika Serikat di Pasifik dan hubungan politik antara Amerika Serikat dan Spanyol di pantai barat Amerika Serikat.

Gambaran umum yang selama ini diketahui tentang kehadiran Amerika Serikat di (wilayah) Filipina hanya dimulai saat terjadinya aneksasi (militer) tahun 1898 yang mana kemudian Amerika Serikat mengangkat presiden Emilio Aguinaldo sejak 23 Januari 1899 tetapi tidak lama kemudian berakhir pada tanggal 1 April 1901. Hal ini karena dalam perkembangannya Amerika Serikat membentuk pemerintahan yang bersifat teritorial (sipil) pada tahun 1901 (dalam bahasa sekarang otonomi khusus) seperti halnya Inggris dengan Australia. Di Filipina, pemerintah Amerika Serikat menempatkan seorang gubernur jenderal dengan menyelenggarakan legislatif dua kamar (seperti halnya sempat diperkenalkan di Australia oleh Inggris). Bercermin dari keberadaan Amerika Serikat berangkat dari revolusi, perang dan proklamasi kemerdekaan, Amerika Serikat pada prinsipnya tidak ingin menjajah tetapi lebih bersifat teritorial (pemerintahan otonomi). Namun penerapan di Filipina ini berbeda dengan Australia oleh Inggris (sesama orang Eropa) yang lebih setara, tetapi sebaliknya, sebagaimana diketahui di Hindia Belanda sifatnya kolonial yang mana orang Eropa setara di Belanda tetapi penduduk asli (pribumi Indonesia) sebagai orang yang dijajah. Hal itulah mengapa Amerika Serikat pada tahun 1935 mempersiapkan kemerdekaan penuh Filipina (tetapi bersifat persemakmuran). Hal ini mirip di Indonesia semasa pendudukan Jepang yang juga mepersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan membentuk BPUPKI dan PPKI tahun 1945. Uniknya, karena terjadi Perang Dunia-Perang Pasifik, kemerdekaan Filipina sepenuhnya (oleh Amerika Serikat baru terwujud tahun 1946) sementara Indonesia justru meraihnya pada tahun 1945 (proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dibacakan leh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus).

Lantas bagaimana sejarah hubungan Filipina dengan Amerika Serikat? Seperti disebut di atas yang tergambar hanya terjadi sejak 1898. Namun faktanya relasi Amerika Serikat dengan Filipina sudah ada sejak lama, seperti halnya hubungan Amerika Serikat dengan Indonesia sudah terbentuk sejak era VOC (Belanda) dimana pos perdagangan Amerika Serikar berada di Batavia dan kapal-kapal dagang Amerika Serikat sangat intens mengunjungi Batavia (via lautan Hindia dan Lautan Atlantik) seperti dari Boston dan Baltimore. Oo, begitu! Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Filipina (15): Relasi Internasional Filipina Spanyol dan Batavia Belanda; Sejak Era VOC hingga Era Hindia Belanda (1942)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini

Satu sejarah penting tentang masa lampau adalah sejarah hubungan antar berbagai tempat di Hindia Timur. Terbentuknya batas-batas yurisdiksi sejak kehadiran orang Eropa menyebabkan wilayah Hindia Timur terpisah-pisah (yang menjadi cikal bakal negara-negara masa kini di Asia Tenggara). Satu sejarah yang penting adalah hubungan antara Filipina-Spanyol dan Indonesia-Belanda. Namun dalam hal ini hanya dibatasi hubungan ibu kota Indonesi-Belanda di Batavia (kini Jakarta) dengan berbagai tempat di Filipina.

Batas-batas yurisdiksi di Hindia Timur pada era Portugis-Spanyol belumlah begitu jelas (masih sangat cair). Batas-batas yurisdiksi mulai mengerucut sejak kebijakan VOC berubah pada tahun 1665 dari kontak perdagangan yang longgar di (kota-kota) pantai menjadikan penduduk asli (pribumi) sebagai subjek. Ini setelah terusirnya Portugis dari Hindia Timur. VOC Belanda berhasil mengusir Portugis dari Malaka tahun 1642 dan kemudian dari Cambodia tahun 1643 (saat mana Abel Tasman menyelidiki Australia). Portugis lalu hanya tersisa di Makao dan pulau Timor bagian timur (kini Timor Leste). Kebijakan baru VOC Belanda ini juga seiring dengan terusirnya Spanyol dari Ternate (dan Manado) yang hanya terkonsentrasi di wilayah Filipina (yang sekarang). Sejak 1665 batas-batas yurisdiksi Belanda (VOC) di Hindia Timur (kini Indonesia) semakin jelas dengan Spanyol (kini Filipina) dan Portugis (kini Timor Leste). Invasi Inggris dari India (yang berpusat di Calcutta) ke pantai Sumatra pada tahun 1779 (mengkooptasi Bengkoelen) menjadi distorsi batas antara Belanda dengan Spanyol. Sejak Bengkoelen dan Australia (1777), pengaruh Inggris semakin meluas ke Semenanjung dan Borneo (utara). Sejak 1824 (Traktat London 1824) batas-batas yurisdiksi antara Belanda khususnya dengan Inggris semakin jelas (tukar guling Bengkoelen dan Malaka). Batas-batas yurisdiksi ini juga semakin diperjelas antara Belanda dan Inggris dengan Spanyol di Filipina dan antara Belanda dengan Portugis (di Timor) dan Inggris (Australia).

Lantas bagaimana sejarah hubungan internasional antara berbagai tempat di Filipina dengan Indonesia (baca: Hindia Timur atau Hindia Belanda) Belanda di Batavia? Tentu saja topik ini belum pernah ditulis. Namun sejarah tetaplah sejarah apapun aspeknya yang dalam hal ini dapat dikatakan aspek hubungan internasional. Apa pentingnya sejarah hubungan internasional masa lampau. Jelas bahwa hubungan internasional antara Indonesia dan Filipina masa kini berawal dari masa lalu. Lalu bagaimana sejarah hubungan Batvia dengan tepat-tempat di Filipina? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (51): Rupa Bumi Berubah; Memorylapse Peta Zaman Kuno hingga Timelapse Google Earth Zaman Now

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini  

Untuk memahami sejarah, tidak cukup hanya teks atau benda berdasarkan sumber-sumber lama dari zaman kuno seperti surat kabar, majalah, peta dan foto atau benda-benda purbakala atau benda-benda historis lainnya. Teknologi masa kini juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mendapat data (dan fakta baru) tentang suatu aspek yang dihubungkan dengan kejadian yang bersifat historis. Itulah analisis sejarah masa kini, narasi sejarah yang membutuhkan banyak data dan banyak sumber apapun teknologinya (mulai dari teknologi megalitikum hingga teknologi digital zaman Now). Para peneliti di Google belakangan ini sudah mulai memperkenal Timelapse Google Earth.

Dalam analisis sejarah, adakalanya pertanyaan muncul namun sulit mendapatkan data pendukung. Kejadian ini disebut memorylapse. Oleh karena data yang dibutuhkan sangat penting, nama data yang tersedia di msa lampau tidak ada maka diperlukan data alternatif. Meski penggunaan data alternatif ini sangat terbatas untuk aspek tertentu, tetapi jika dimanfaatkan secara maksimal untuk aspek yang tepat sangatlah berguna. Dalam penulisan artikel di dalam blog ini saya kerap menggunakan data alternatif. Misalnya membandingkan peta zaman kuno (era Portugis dan era VOC) dengan situasi dan kondisi sekarang saya memerlukan data satelit (digital) googlemaps. Tentu saja kini ada data googleearth yang lebih baik. Sebelumnya, saya juga kerap membangidngkan data teks (deskripsi) dengan data-data yang dihasilkan zaman Now berupa video-video yang diupload di Youtube, apakah hasil pemotretan, atudio-visul maupun yang terbaru data yang direkam dengan teknologi drone. Semua yang disebut yang terakhir bersifat data alternatif, tidak berdiri sendiri memang tetapi harus disandingkan dengan data lama zaman doeloe. Praktek inilah yang diperkenalkan para peneliti google sebagai Timelapse Google Earth.

Lantas bagaimana sejarah rupa bumi Indonesia? Yang jelas sebelum era staelit (teknologi digital) kita hanya tergantung pada peta-peta yang berhasil dikumpulkan. Semakin banyak peta (dan versinya) semakin baik untuk membangun akurasi (data yang lebih valid). Satu hal yang pasti dalam sejarah rupa bumi Indonesia telah banyak berubah sejak era VOC (yang dapat diperbandingkan dengan masa kini). Masih banyak penulis-penulis masa kini yang berasumsi kota Palembang berada di daerah aliran sungai Musi pada zaman kuno, tetapi dengan bantuan data satelit bisa diinterpretasi justru berada di pantai. Hal serupa juga dengan wilayah kota Jakarta yang sekarang, jangan bayangkan itu dari zaman kuno sebagai daratan. Dalam hal inilah arti penting memorylapse dan timelapse. Nah, untuk lebih memahami sejarah Indonesia, seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional hingga terbentuk Indonesia masa kini, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe dan sumber-sumber zaman Now.