Gedung
Sate pada masa ini sangat terkenal di Bandung. Gedung ini sejak 1980 menjadi
Kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat. Bangunan yang megah ini merupakan kombinasi
teknik sipil dan teknik arsitektur yang baik. Bangunan utama gedung yang besar
ini mulai dibangun tahun 1920 dan selesai tahun 1924. Bagaimana detail gedung
yang masih utuh hingga sekarang ini sudah banyak ditulis. Artikel ini
menelusuri dari aspek lainnya. 1920
Gouvernements Bedrijven
Gedung Sate (Gouvernements Bedrijven), 1924 |
Ini
bermula tahun 1907, ketika di dalam suatu perdebatan di DPR (Tweede Kamer)
akhirnya memutuskan untuk membentuk Gouvernements Bedrijven (De Preanger-bode, 12-07-1907).
Yaitu, suatu departemen baru, dengan mengangkat seorang direktur yang digaji
f2.000 per bulan. Departemen ini akan didampingi sekretaris dengan gaji f600
dan dilengkapi dengan sejumlah pejabat dengan 150 orang pegawai dan staf, yang
juga termasuk penyewaan gedung sebesar f6.000. Untuk sementara direktur dijabat
oleh Mr. Pott sambil menunggu Mr. Wenckebach yang didatangkan dari Belanda (Bataviaasch
nieuwsblad, 05-12-1907).
Departement van Gouvernements Bedrijven, cabang
dari Civiel Departement. Sejak dimulainya pemerintahan Hindia Belanda, 1800,
dua departemen yang powerfull (cakupannya luas dan intensitasnya sangat tinggi)
adalah Militair Departement dan Civiel Departement. Kantor pos dan telegraf
menjadi bagian dari departemen baru ini (Bataviaasch handelsblad, 08-02-1908). Kantor
lainnya yang dimasukkan menjadi bagian dari Departement van Gouvernements
Bedrijven adalah Kantor Kereta Api yang selama ini menjadi tupoksi dari
departemen PU (BOW= Departementen der Burgerlijke Openbare Werken) (De
Preanger-bode, 01-07-1908), Kantor Listrik dan sebagainya. Singkat kata:
departemen baru ini akan menjadi departemen besar (pada masa ini mirip dengan
Kementerian BUMN).
Sambil
menata organisasi dan pengoptimalan fungsi SDM, departmen baru ini langsung
membuat terobosan baru dengan rencana besar untuk mensinergikan layanan kereta
api dengan layanan listrik dan pertambangan (Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 07-8-1909).
Departemen ini juga mulai menyusun kontrak-kontrak dengan pihak ketiga (De
Preanger-bode, 03-01-1910), seperti kabel bawah laut.
Pada fase awal pendirian departemen baru ini,
di sisi lain kota Bandoeng sudah semakin berkembang sebagai suatu kota besar di
pedalaman di wilayah Preanger. Secara ekonomi, wilayah Preanger menjadi
industri perkebunan (teh dan kopi) yang semakin maju yang menyebabkan kota
Bandoeng menjadi pusat berbagai perusahaan perkebunan. Disamping itu, letaknya
yang berada di ketinggian membuat daya tarik sendiri sebagai tempat
peristirahatan bagi orang kaya di Batavia Juga Bandoeng dan sekitarnya menjadi
tujuan wisata bagi para pelancong dari Eropa. yang sudah mulai berkembang pula. Kota
Bandoeng menjadi segalanya, lengkap dan semakin mudah diakses apalagi dengan telah
dibukanya jalur kereta api Batavia-Bandoeng via Perwakarta (sebelumnya via
Buitenzorg-Soekaboemi dan Tjoandjoer). Saat itu menunjukkan, Bandoeng adalah salah
satu kota yang cukup pesat perkembangannya di Hindia Belanda. Namun di sisi
lain, perkembangan kota yang pesat telah memakan korban, sudah banyak sawah ladang
yang diakuisisi dan akan banyak lagi areal persawahan utama di Kota Bandoeng
yang akan direklamasi sebagai tempat pemukiman (Peta 1900)
Gedung Baru di Pinggir Kota Bandung
Lambat
laun Departement van Gouvernements Bedrijven kapasitasnya semakin besar dan
kompleksitas bidang pekerjaannya juga makin rumit dan cakupannya makin luas
(seluruh Hindia Belanda). Untuk memenuhi itu, muncul pemikiran untuk melakukan reorganisasi
dan juga mempertimbangkan relokasi kantor pusat dari Weltevreden di Batavia ke
Bandoeng di Preanger.
Ini
sesuai dengan perkembangan baru, penataan kembali organisasi GB yang mana
diperlukan penyatuan berbagai bidang di dalam satu gedung yang sama (Algemeen
Handelsblad, 21-07-1916). Posisi Direktur DGB yang pertama, digantikan oleh Mr.
De Kat. Direktur baru ini baru datang ke Bandong dalam suatu lokakarya yang
diadakan di Hotel Preanger dalam hal membicarakan relokasi Kantor DGB (lihat De
Preanger-bode, 20-04-1917).
Sejumlah pertimbangan yang muncul adalah
tersedia lahan yang luas, nyaman dari sisi teknis (area Weltevreden sudah
semakin tidak kondusif), sesuai dengan kebutuhan ruang lingkup pekerjaan dan
ingin dijauhkan dari kemungkinan adanya serangan musuh dari luar. Sementara
itu, departmen yang membawahi bidang telegraaf dan telepon sangat memungkinkan
lokasinya berada di pedalaman dan di ketinggian. Apalagi Bandoeng berhawa
dingin yang memungkinkan system peralatan lebih terjaga. Meski demikian
kerugiannya ada karena jauh dari peralatan yang berkaitan laut semakin jauh
(lihat De Preanger-bode, 20-09-1917). Dengan kata lain, Kota Bandoeng adalah
yang paling sesuai dengan lokasi kantor pusat Departement van Gouvernements
Bedrijven. Disamping itu, Kota Bandoeng masih cukup dekat dengan ibukota Negara
di Batavia. Dalam Peta 1910, lahan yang dulunya sawah luas sudah mulai
berkembang pemukiman baru.
Untuk
rencana pembangunan kantor di Bandung ini sebagaimana dilaporkan De
Preanger-bode, 20-09-1917 menurut perhitungan akan membebaskan biaya sewa di
Batavia sebesar f100/000 per tahun. Pembangunan akan menelan biaya sebesar
f1.5000.000 (lebih murah jika dibandingkan dengan Batavia sebesar dua juta
gulden, karena perbedaan harga tanah). Pembangunan ini akan dilaksanakan
Pemerintah Kota Bandoeng dengan biaya pinjaman selama 40 tahun dengan bunga
lima persen yang ditaksir sebesar f87.500 cicilan pokok plus bunga. Dalam hal
ini Departemen GB akan menyewa selama empat tahun dan jika angsuran pinjaman
ini selesai gedung akan menjadi milik pemerintah pusat. Untuk biaya tahunan
perumahan ditaksir f10.000. Untuk
pekerjaan pembangunan proyek gedung sudah dibuat memorandum dengan departemen
PU, namun kapan dimulai belum ditentukan secara pasti.
Pemukiman
baru ini baru sejauh Riaoustraat (Jalan Riau yang sekarang). Dalam tempo
sepuluh tahun kemudian, jalan Riau sudah berada jauh di belakang. Area
pemukiman elit Eropa ini bahkan di dalam perencanaan tata kota Bandung sudah
jauh melewati jalan Riau. Lokasi dimana kantor Departement van Gouvernements
Bedrijven sudah menjadi bagian dari master plan tata kota (lihat Peta 1920).
Pelaksanaan
pembangunan gedung Kantor DGB dimulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal
27 Juli 1920 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 28-07-1920). Disebutkan yang hadir
dalam peresmian peletakan batu pertama ini hanya terbatas terutama diantara
wakil-wakil dari pemerintah kota (gemeente) yang juga dihadiri burgemeester, Coops
dan perwakilan dari Departemen GB yang juga hadir directeur GB, Roelofsen. Juga
disebutkan bahwa gagasan dan perencanaan relokasi GB dan pembangunan gedung
sudah dimulai sejak tahun 1916. Tim pelaksanan pembangunan gedung ini adalah
Ir. Gerber (dari pusat) dan Ir. Slors (dari kota Bandoeng) dimana Gerber
terbatas pada gedung dan Slors untuk lingkungannya seperti jalan, drainase dan roil
dan penyediaan tempat kerja yang mendahului pekerjaan gedung. Peletakan batu
dilakukan oleh dua anak gadis dari Roelofsen en Coops sebagai symbol kerjasama
antara pusat dan kota.
Selama dalam pembangunan gedung GB, Gubernur
Jenderal datang ke Bandoeng untuk berkunjung (Bataviaasch nieuwsblad, 18-06-1921).
Gubernur Jenderal kaget ketika tiba di Bandoeng tidak menyangka Bandoeng sudah
menjadi kota besar, padahal beberapa tahun yang silam ketika dia datang ke
Bandoeng masih sebuah desa kecil dengan beberapa rumah di Jalan Raya Pos (een
klein dorpje was, met enkele huizen aan den Grooten Postweg). Gubernur Jenderal
sendiri datang hari Kamis tanggal 16 dengan kereta api berangkat pukul 12 dari Batavia
dan tiba di bandoeng pukul 17 yang disambut di stasiun oleh Resident, Walikota
(Reitsma), Ass Residen, komandan militer setempat, Bupati dan pengawas GB yang
ada di Bandoeng. Gubernur Jenderal
menginap di rumah Residen. Dalam kunjungan ini Gubernur Jenderal juga
mengunjungi Sekolah Tinggi Teknik.
Sebagaimana
dilaporkan Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 21-08-1923, gedung dan
perumahan yang akan dibangun akan digunakan oleh perusahaan besar Kereta Api
(SS), Mijnwezen (pertambangan), PTT (pos, telepon dan telegraf), Waterkracht en
Elektriciteit (PLTA dan Listrik) dan perusahaan kecil Garam dan Opium.
Perencanaan desain gedung dan pengawasannya di bawah pimpinan Ir. J. Gerber
(insinyur dari BOW). Posisi gedung sengaja dibuat menghadap ke utara daripada
menghadap ke arah selatan (kota) karena pertimbangan desain gedung untuk memanfaatkan
sinar matahari untuk system pencahayaan di siang hari. Pekerjaan fisik gedung
ini dilakukan oleh perusahaan kontruksi kota Bandoeng. Pembangunan gedung ini
adalah taruhan dan suatu kebanggaan. Gedung ini merupakan bangunan terbesar kedua
di dunia colonial. Depan gedung GBm 1927
Namun
setelah pembangunan gedung kantor Departement van Gouvernements Bedrijven dimulai
muncul krisis ekonomi. Areal pemukiman dimana kantor GB berada mulai melambat
karena dampak krisis. Rencana tata kota yang sudah lama dibuat seakan
terbengkalai akibat pertumbuhan dan pekembangan permintaan perumahan yang stagnan
(lihat Peta 1930).
Namun demikian, satu hal yang penting adalah
muncul gagasan untuk mendirikan sekolah tinggi teknik yang akan ditempatkan di
Bandoeng. Alasan mengapa di Bandoeng karena industri yang berada di bawah
Departemen van GB sudah beberapa waktu sebelumnya diarahkan ke Bandoeng. Hal
serupa ini juga pernah terjadi mengapa sekolah tinggi pertanian berada di
Buitenzorg karena departemen pertanian sudah mengarahkan berbagai laboratorium
pengembangan budidaya tanaman ke Buitenzorg.
Perkembangan
areal pemukiman di sekitar kantor GB baru hidup kembali pada paruh tahun
1930an. Rencana tata ruang kota tahun 1920an sudah mulai menunjukkan
tanda-tanda baik sebagaimana ditunjukkan dalam Peta-1940. Namun pertumbuhan
areal pemukiman baru ini akan terhambat lagi karena terjadinya pendudukan
Jepang.
Esk Gedung Gouvernements Bedrijven Menjadi
Kantor Gubernur
Kantor
Departement van Gouvernements Bedrijven di Bandoeng, bukanlah kantor yang
berada di bawah Province, Residentie atau Gemeente. Akan tetapi kantor yang
berada langsung di bawah pusat. Pada fase perang kemerdekaan, gedung GB ini
menjadi markas militer Belanda. Akibatnya, para laskar dan TNI menjadikan
orang-orang Belanda yang berada di gedung ini menjadi target. Dengan kata lain,
gedung GB juga menjadi area pertempuran yang penting ti Bandoeng.
Setelah
pengakuan kemerdekaaan RI oleh Belanda, gedung ini menjadi milik Pemerintah RI.
Pada
tahun 1980 eks gedung GB yang megah ini kemudian dijadikan sebagai Kantor
Gubernur Provinsi Jawa Barat.
Sebelumnya, Kantor Gubernur menempati gedung…di
jalan Braga. Gedung ini dulunya adalah kantor Residen Preanger. Sementara
kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat adalah eks gedung, rumah gubernur adalah eks
rumah Residen Preanger yang beralamat di Jalan Otista. Gedung GB ini pada entah
kapan kemudian dikenal sebagai Gedung Sate, karena terdapat ornamen yang menggambarkan bentuk
‘tusuk sate’ di atas menara utama gedung.
Pada
masa ini, dua gedung yang menjadi warisan colonial Belanda (gedung GB dan rumah
Residen) merupakan situs paling penting dengan arsitektur yang masih ingin
dilirik para wisatawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar