Jumat, 27 Januari 2017

Sejarah Bandung (9): Gedung Sate; Dulu Kantor Gouvernements Bedrijven, Kini Kantor Gubernur



Gedung Sate pada masa ini sangat terkenal di Bandung. Gedung ini sejak 1980 menjadi Kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat. Bangunan yang megah ini merupakan kombinasi teknik sipil dan teknik arsitektur yang baik. Bangunan utama gedung yang besar ini mulai dibangun tahun 1920 dan selesai tahun 1924. Bagaimana detail gedung yang masih utuh hingga sekarang ini sudah banyak ditulis. Artikel ini menelusuri dari aspek lainnya. 1920

Gouvernements Bedrijven

Gedung Sate (Gouvernements Bedrijven), 1924
Ini bermula tahun 1907, ketika di dalam suatu perdebatan di DPR (Tweede Kamer) akhirnya memutuskan untuk membentuk Gouvernements Bedrijven (De Preanger-bode, 12-07-1907). Yaitu, suatu departemen baru, dengan mengangkat seorang direktur yang digaji f2.000 per bulan. Departemen ini akan didampingi sekretaris dengan gaji f600 dan dilengkapi dengan sejumlah pejabat dengan 150 orang pegawai dan staf, yang juga termasuk penyewaan gedung sebesar f6.000. Untuk sementara direktur dijabat oleh Mr. Pott sambil menunggu Mr. Wenckebach yang didatangkan dari Belanda (Bataviaasch nieuwsblad, 05-12-1907).

Departement van Gouvernements Bedrijven, cabang dari Civiel Departement. Sejak dimulainya pemerintahan Hindia Belanda, 1800, dua departemen yang powerfull (cakupannya luas dan intensitasnya sangat tinggi) adalah Militair Departement dan Civiel Departement. Kantor pos dan telegraf menjadi bagian dari departemen baru ini (Bataviaasch handelsblad, 08-02-1908). Kantor lainnya yang dimasukkan menjadi bagian dari Departement van Gouvernements Bedrijven adalah Kantor Kereta Api yang selama ini menjadi tupoksi dari departemen PU (BOW= Departementen der Burgerlijke Openbare Werken) (De Preanger-bode, 01-07-1908), Kantor Listrik dan sebagainya. Singkat kata: departemen baru ini akan menjadi departemen besar (pada masa ini mirip dengan Kementerian BUMN).   

Sambil menata organisasi dan pengoptimalan fungsi SDM, departmen baru ini langsung membuat terobosan baru dengan rencana besar untuk mensinergikan layanan kereta api dengan layanan listrik dan pertambangan (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-8-1909). Departemen ini juga mulai menyusun kontrak-kontrak dengan pihak ketiga (De Preanger-bode, 03-01-1910), seperti kabel bawah laut.

Pada fase awal pendirian departemen baru ini, di sisi lain kota Bandoeng sudah semakin berkembang sebagai suatu kota besar di pedalaman di wilayah Preanger. Secara ekonomi, wilayah Preanger menjadi industri perkebunan (teh dan kopi) yang semakin maju yang menyebabkan kota Bandoeng menjadi pusat berbagai perusahaan perkebunan. Disamping itu, letaknya yang berada di ketinggian membuat daya tarik sendiri sebagai tempat peristirahatan bagi orang kaya di Batavia Juga Bandoeng dan sekitarnya menjadi tujuan wisata bagi para pelancong dari Eropa.  yang sudah mulai berkembang pula. Kota Bandoeng menjadi segalanya, lengkap dan semakin mudah diakses apalagi dengan telah dibukanya jalur kereta api Batavia-Bandoeng via Perwakarta (sebelumnya via Buitenzorg-Soekaboemi dan Tjoandjoer). Saat itu menunjukkan, Bandoeng adalah salah satu kota yang cukup pesat perkembangannya di Hindia Belanda. Namun di sisi lain, perkembangan kota yang pesat telah memakan korban, sudah banyak sawah ladang yang diakuisisi dan akan banyak lagi areal persawahan utama di Kota Bandoeng yang akan direklamasi sebagai tempat pemukiman (Peta 1900)

Gedung Baru di Pinggir Kota Bandung

Lambat laun Departement van Gouvernements Bedrijven kapasitasnya semakin besar dan kompleksitas bidang pekerjaannya juga makin rumit dan cakupannya makin luas (seluruh Hindia Belanda). Untuk memenuhi itu, muncul pemikiran untuk melakukan reorganisasi dan juga mempertimbangkan relokasi kantor pusat dari Weltevreden di Batavia ke Bandoeng di Preanger.

Ini sesuai dengan perkembangan baru, penataan kembali organisasi GB yang mana diperlukan penyatuan berbagai bidang di dalam satu gedung yang sama (Algemeen Handelsblad, 21-07-1916). Posisi Direktur DGB yang pertama, digantikan oleh Mr. De Kat. Direktur baru ini baru datang ke Bandong dalam suatu lokakarya yang diadakan di Hotel Preanger dalam hal membicarakan relokasi Kantor DGB (lihat De Preanger-bode, 20-04-1917).

Sejumlah pertimbangan yang muncul adalah tersedia lahan yang luas, nyaman dari sisi teknis (area Weltevreden sudah semakin tidak kondusif), sesuai dengan kebutuhan ruang lingkup pekerjaan dan ingin dijauhkan dari kemungkinan adanya serangan musuh dari luar. Sementara itu, departmen yang membawahi bidang telegraaf dan telepon sangat memungkinkan lokasinya berada di pedalaman dan di ketinggian. Apalagi Bandoeng berhawa dingin yang memungkinkan system peralatan lebih terjaga. Meski demikian kerugiannya ada karena jauh dari peralatan yang berkaitan laut semakin jauh (lihat De Preanger-bode, 20-09-1917). Dengan kata lain, Kota Bandoeng adalah yang paling sesuai dengan lokasi kantor pusat Departement van Gouvernements Bedrijven. Disamping itu, Kota Bandoeng masih cukup dekat dengan ibukota Negara di Batavia. Dalam Peta 1910, lahan yang dulunya sawah luas sudah mulai berkembang pemukiman baru.

Untuk rencana pembangunan kantor di Bandung ini sebagaimana dilaporkan De Preanger-bode, 20-09-1917 menurut perhitungan akan membebaskan biaya sewa di Batavia sebesar f100/000 per tahun. Pembangunan akan menelan biaya sebesar f1.5000.000 (lebih murah jika dibandingkan dengan Batavia sebesar dua juta gulden, karena perbedaan harga tanah). Pembangunan ini akan dilaksanakan Pemerintah Kota Bandoeng dengan biaya pinjaman selama 40 tahun dengan bunga lima persen yang ditaksir sebesar f87.500 cicilan pokok plus bunga. Dalam hal ini Departemen GB akan menyewa selama empat tahun dan jika angsuran pinjaman ini selesai gedung akan menjadi milik pemerintah pusat. Untuk biaya tahunan perumahan ditaksir f10.000.  Untuk pekerjaan pembangunan proyek gedung sudah dibuat memorandum dengan departemen PU, namun kapan dimulai belum ditentukan secara pasti.

Pemukiman baru ini baru sejauh Riaoustraat (Jalan Riau yang sekarang). Dalam tempo sepuluh tahun kemudian, jalan Riau sudah berada jauh di belakang. Area pemukiman elit Eropa ini bahkan di dalam perencanaan tata kota Bandung sudah jauh melewati jalan Riau. Lokasi dimana kantor Departement van Gouvernements Bedrijven sudah menjadi bagian dari master plan tata kota (lihat Peta 1920).

Pelaksanaan pembangunan gedung Kantor DGB dimulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 27 Juli 1920 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 28-07-1920). Disebutkan yang hadir dalam peresmian peletakan batu pertama ini hanya terbatas terutama diantara wakil-wakil dari pemerintah kota (gemeente) yang juga dihadiri burgemeester, Coops dan perwakilan dari Departemen GB yang juga hadir directeur GB, Roelofsen. Juga disebutkan bahwa gagasan dan perencanaan relokasi GB dan pembangunan gedung sudah dimulai sejak tahun 1916. Tim pelaksanan pembangunan gedung ini adalah Ir. Gerber (dari pusat) dan Ir. Slors (dari kota Bandoeng) dimana Gerber terbatas pada gedung dan Slors untuk lingkungannya seperti jalan, drainase dan roil dan penyediaan tempat kerja yang mendahului pekerjaan gedung. Peletakan batu dilakukan oleh dua anak gadis dari Roelofsen en Coops sebagai symbol kerjasama antara pusat dan kota.

Selama dalam pembangunan gedung GB, Gubernur Jenderal datang ke Bandoeng untuk berkunjung (Bataviaasch nieuwsblad, 18-06-1921). Gubernur Jenderal kaget ketika tiba di Bandoeng tidak menyangka Bandoeng sudah menjadi kota besar, padahal beberapa tahun yang silam ketika dia datang ke Bandoeng masih sebuah desa kecil dengan beberapa rumah di Jalan Raya Pos (een klein dorpje was, met enkele huizen aan den Grooten Postweg). Gubernur Jenderal sendiri datang hari Kamis tanggal 16 dengan kereta api berangkat pukul 12 dari Batavia dan tiba di bandoeng pukul 17 yang disambut di stasiun oleh Resident, Walikota (Reitsma), Ass Residen, komandan militer setempat, Bupati dan pengawas GB yang ada di Bandoeng.  Gubernur Jenderal menginap di rumah Residen. Dalam kunjungan ini Gubernur Jenderal juga mengunjungi Sekolah Tinggi Teknik.

Sebagaimana dilaporkan Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 21-08-1923, gedung dan perumahan yang akan dibangun akan digunakan oleh perusahaan besar Kereta Api (SS), Mijnwezen (pertambangan), PTT (pos, telepon dan telegraf), Waterkracht en Elektriciteit (PLTA dan Listrik) dan perusahaan kecil Garam dan Opium. Perencanaan desain gedung dan pengawasannya di bawah pimpinan Ir. J. Gerber (insinyur dari BOW). Posisi gedung sengaja dibuat menghadap ke utara daripada menghadap ke arah selatan (kota) karena pertimbangan desain gedung untuk memanfaatkan sinar matahari untuk system pencahayaan di siang hari. Pekerjaan fisik gedung ini dilakukan oleh perusahaan kontruksi kota Bandoeng. Pembangunan gedung ini adalah taruhan dan suatu kebanggaan. Gedung ini merupakan bangunan terbesar kedua di dunia colonial. Depan gedung GBm 1927

Namun setelah pembangunan gedung kantor Departement van Gouvernements Bedrijven dimulai muncul krisis ekonomi. Areal pemukiman dimana kantor GB berada mulai melambat karena dampak krisis. Rencana tata kota yang sudah lama dibuat seakan terbengkalai akibat pertumbuhan dan pekembangan permintaan perumahan yang stagnan (lihat Peta 1930).

Namun demikian, satu hal yang penting adalah muncul gagasan untuk mendirikan sekolah tinggi teknik yang akan ditempatkan di Bandoeng. Alasan mengapa di Bandoeng karena industri yang berada di bawah Departemen van GB sudah beberapa waktu sebelumnya diarahkan ke Bandoeng. Hal serupa ini juga pernah terjadi mengapa sekolah tinggi pertanian berada di Buitenzorg karena departemen pertanian sudah mengarahkan berbagai laboratorium pengembangan budidaya tanaman ke Buitenzorg.

Perkembangan areal pemukiman di sekitar kantor GB baru hidup kembali pada paruh tahun 1930an. Rencana tata ruang kota tahun 1920an sudah mulai menunjukkan tanda-tanda baik sebagaimana ditunjukkan dalam Peta-1940. Namun pertumbuhan areal pemukiman baru ini akan terhambat lagi karena terjadinya pendudukan Jepang.

Esk Gedung Gouvernements Bedrijven Menjadi Kantor Gubernur

Kantor Departement van Gouvernements Bedrijven di Bandoeng, bukanlah kantor yang berada di bawah Province, Residentie atau Gemeente. Akan tetapi kantor yang berada langsung di bawah pusat. Pada fase perang kemerdekaan, gedung GB ini menjadi markas militer Belanda. Akibatnya, para laskar dan TNI menjadikan orang-orang Belanda yang berada di gedung ini menjadi target. Dengan kata lain, gedung GB juga menjadi area pertempuran yang penting ti Bandoeng.

Setelah pengakuan kemerdekaaan RI oleh Belanda, gedung ini menjadi milik Pemerintah RI.

Pada tahun 1980 eks gedung GB yang megah ini kemudian dijadikan sebagai Kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat.

Sebelumnya, Kantor Gubernur menempati gedung…di jalan Braga. Gedung ini dulunya adalah kantor Residen Preanger. Sementara kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat adalah eks gedung, rumah gubernur adalah eks rumah Residen Preanger yang beralamat di Jalan Otista. Gedung GB ini pada entah kapan kemudian dikenal sebagai Gedung Sate, karena terdapat ornamen yang menggambarkan bentuk ‘tusuk sate’ di atas menara utama gedung.

Pada masa ini, dua gedung yang menjadi warisan colonial Belanda (gedung GB dan rumah Residen) merupakan situs paling penting dengan arsitektur yang masih ingin dilirik para wisatawan.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar