Depok dan sekitar tidak hanya pemasok hasil-hasil pertanian seperti beras
dan hortikultura ke Batavia juga mengekspor kopi olahan dari Tapos. Depok juga
sejak lama telah mengekspor kapur (Tjitajam) dan batu (Depok) ke Batavia. Tidak
hanya itu, batu bata dan keramik juga mengalir dari Tjitajam dan Depok ke
Batavia. Satu produk lagi yang mengalir ke Batavia adalah produk susu yang
terkenal berkualitas.
Het nieuws van den dag voor NI, 15-08-1933 |
Susu dari Depok lalu tenggelam dengan semakin banyaknya
peternak-peternak yang mengusahakan produk susu di Batavia dan Buitenzorg.
Populasi peternak yang mengusahakan produk susu terbanyak ditemukan di Mampang
Tegal Parang.
Melkerij ‘Vita’ Depok
Pada tahun 1933 seorang pengusaha di Depok mendirikan perusahaan susu (melkerij).
Perusahaan susu ini bernama Vita dan sekaligus merek (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 15-08-1933). Perusahaan Melkerij Vita ini langsung membuat
heboh di Batavia, karena kualitas susu merek Vita ini terbilang tinggi.
Berdasarkan hasil
pengujian laboratorium (semacam BPOM) terhadap semua produk susu yang beredar
di pasar, ternyata produk susu Melkerij ‘Vita’ Depok tidak kalah kelas dan
masuk dalam kategori kelas-2. Hanya ada dua pabrik susu yang masuk kategori
kelas-1, yakni: Melkerij ‘Petamboeran’ dan Melkerij ‘Kartiniweg’. Melkerij De Hoop dari Tandjong West
hanya masuk kategori kelas-2 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 09-03-1935).
Bataviaasch nieuwsblad, 16-02-1942 |
Ini menunjukkan
kualitas susu dari Depok cukup bertahan lama dan terkenal karena kualitasnya.
Pesaing sebelumnya, Melkerij ‘Petamboeran’ dan Melkerij ‘Kartiniweg’ sudah lama
tiada. Pada tahun 1942 hanya ada tiga pabrik susu kategori kelas-1 yakni Melkerij
Vita, merek Makasser dari Buitenzorg dan merek Tjipinang dari Meester Cornelis.
Ini suatu indikasi produk susu Depok cukup andal.
Pemilik pabrik susu Melkerij Vita
yang beralamat di Pasarstraat Depok (kini jalan Dewi Sartika) adalah H.
Gerspach. Pendiri perusahaan susu ini dikabarkan telah meninggal dunia (Bataviaasch
nieuwsblad, 27-02-1939). Sejak pendudukan Jepang kabar Melkerij Vita tidak
diketahui keberadaannya hingga hilang selamanya.
Pabrik-pabrik susu
yang menjamur di Batavia, Depok dan Buitenzorg diduga menyebar yang bermula di
Tandjong Barat. Sebagaimana diketahui Jan Andries Duurkoop, pemilik Land
Tandjong West, sejak era VOC sudah mendirikan peternakan berkapasitas 5.000
sapi untuk memproduksi susu. Peternakan Tandjong West bahkan saat itu dijuluki
sebagai Frisian di Timur (lihat Sejarah Tandjong Barat dalam blog ini). Pabrik
susu Tandjong West diduga penerusnya adalah Melkerij Vita di Depok. Jika dan
hanya jika Melkerij Vita terus bertahan hingga ini hari, boleh jadi Melkerij
Vita di Depok adalah pabrik susu tertua di Indonesia.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Keren Kak, lengkap banget dehhh
BalasHapusMau koreksi kak maaf sebelumnya kayaknya kalau dibilang tertua engga deh kak, karena masih banyak. COba di buka kak peternakans api perah Ursone
BalasHapusAnda benar, pada saat artikel itu ditulis belum memperhitungkan di luar Residentie Batavia. Pabrik susu Ursone paling tidak diketahui tahun 1905 di Lembang yang diusahakan oleh PA Ursone.
Hapus