Kemarin
(01/12/17), pembagian grup Piala Dunia (FIFA World Cup) 2018 di Rusia telah
diundi. Dalam pembagian grup Piala Dunia ini memang tidak terdapat nama
Indonesia dan Israel. Kedua negara ini hanya dimungkinkan bertemu di event
Piala Dunia saja. Hal ini karena Israel sudah sejak lama ‘dikeluarkan’ dari
Asia (AFC) oleh Indonesia. Keluarnya Israel dari Asia dan ‘ditampung’ di Eropa
(UEFA) adalah kememangan politik Indonesia terhadap Israel. Lantas apa yang
akan terjadi jika suatu waktu keduanya harus bertemu dalam penyelenggaraan
Piala Dunia?
Kapten Indonesia vs Hungaria PD 1938: Sama-sama dokter |
Konsekuensi apa lagi yang kemungkinan terjadi
di masa yang akan datang dalam Piala Dunia antara Indonesia dan Israel dan
antara Palestina dan Israel? Untuk memprediksi hal tersebut, kita dapat mempelajari
sejarah sepak bola Piala Dunia itu sendiri. Pada tahun 1938 Indonesia dijadwalkan
bertemu dengan Jepang. Pada tahun 1954 Indonesia dijadwalkan bertemu dengan
Israel. Pada tahun 2022 apa yang akan terjadi dengan Indonesia, Palestina dan
Israel di Piala Dunia di Qatar?
Kisah kehadiran Indonesia di Piala Dunia sesungguhnya telah dimulai tahun 1938. Indonesia kala itu masih bernama Nederlandsch Indie. Kehadiran Indonesia pada Piala Dunia 1938 mengikuti proses yang
normal: bukan penunjukan dan juga bukan menggantikan, tetapi mendaftar dan
mengikuti proses prakualifikasi sebagaimana tim-tim lainnya yang berhasil ke
Prancis. Sementara itu, pada Piala Dunia 1954, Indonesia terkendala partisipasinya dikarenakan
masalah diplomasia.
Prakualifikasi Piala Dunia 1958: Indonesia vs Israel
Pada tahun 1938 hanya ada enam negara Asia
anggota FIFA: Indonesia, Palestina, Jepang, China, Filipina dan Lebanon. Namun
yang berpartisipasi dalam Piala Dunia hanya Indonesia, Palestina dan Jepang.
Diantara tiga negara ini hanya Indonesia sendiri yang maju ke putaran final di
Prancis tahun 1938. Piala Dunia tidak diselenggarakan apda tahun 1942 dan 1946.
Piala Dunia 1950 dilangsungkan di Brasil.
Tidak lama setelah Piala Dunia 1938 terjadi perang dunia.
Era kolonial Belanda di Indonesia berakhir tahun 1942 sehubungan dengan
pendudukan Jepang. Indonesia lalu memproklamirkan kemerdekaan tahun 1945.
Antara tahun 1945 hingga 1949 terjadi perang kemerdekaan antara Indonesia
melawan Belanda. Baru pada akhir tahun 1949 Belanda mengakui kedaulatan
Republik Indonesia.
Pada tahun 1950 konsolidasi sepak bola
Indonesia baru dimulai setelah berakhirnya perang. Meski demikian, demam Piala
Dunia di Indonesia turut mempercepat proses pemulihan sepak bola Indonesia. Kompetisi
antar perserikatan dimulai. Lalu pada tahun 1952 Indonesia menjadi anggota FIFA
dan mengakui PSSI. Pada era kolonial Belanda di Indonesia terdapat dua federasi
yakni NIVU dan PSSI. FIFA hanya mengakui NIVU. Pada tahun 1954 AFC didirikan di
Manila (8 Mei 1954). Indonesia belum menjadi anggota.
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 31-05-1954): ‘Federasi sepakbola Malaka telah menempatkan
Singapura, Burma, Vietnam, Cambodja dan Indonesia di zona tengah kejuaraan
sepak bola Asia, yang kemungkinan akan diadakan awal tahun depan. Seorang
pejabat dari Asosiasi Sepak Bola Amatir Singapura telah menyatakan bahwa
kejuaraan ini akan diadakan setiap dua tahun di bawah arahan federasi sepak
bola Asia, yang dibentuk pada Asian Games kedua di Manila. Diputuskan untuk
membagi negara-negara peserta ke dalam tiga zona, Asia Timur, Tengah dan Barat.
Pemenang setiap zona kemudian akan berakhir di babak kejuaraan, di lokasi yang
akan ditentukan. Negara-negara dibagi ke dalam zona berikut: Zona Timur: Hong
Kong, Filipina, Jepang dan Korea Selatan. Zona barat: India, Pakistan, Sri
Lanka, Afghanistan, Israel dan Iran. Zona tengah: Burma, Vielnam, Kamboja,
Indonesia dan Singapura. Karena lokasinya yang sentral dan terhubung dengan
fakta bahwa ini adalah pusat federasi sepak bola Asia, Hong Kong mungkin akan
dipilih di tempat yang akan diselenggarakan final. Sekretaris Komite Olimpiade
Indonesia (KOI), Maladi, sementara itu menyatakan bahwa belum dapat dipastikan
bahwa Indonesia akan berpartisipasi dalam turnamen ini, karena belum
berafiliasi dengan Asian Football Federation (AFC). Ini pertama-tama harus
didiskusikan oleh Asosiasi Sepak Bola Indonesia, PSSI, menurut UP dari
Singapura’.
Dalam perkembangannya, sebagai anggota AFC
dan FIFA, Indonesia menjadi salah satu kandidiat untuk mengikuti prakualifikasi
Piala Dunia tahun 1958 yang akan diadakan di Swedia. Piala Dunia tahun 1954
sebelumnya diadakan di Swiss. Tidak semua anggota AFC menjadi kandidat, tetapi
yang menjadi kandidat adalah negara-negara sepak bola yang terbilang kuat.
Pada babak prakualifikasi Indonesia akan melawan China (Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 30-04-1957). Pada pertandingan home
Indonesia mengalahkan China 2-0 pada tanggal 12 Mei (Algemeen Indisch dagblad:
de Preangerbode, 13-05-1957); pada pertandingan away Indonesia dikalahkan oleh
China 4-3 pafa tanggal 2 Juni (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 03-06-1957).
Namun di partai penentuan di negara netral Indonesia vs China berakhir 0-0
China. Indonesia lanjut ke babak Zona Asia-Afrika karena unggul selisih gol.
Pada Zona Asia-Afrika Indonesia sudah
ditunggu wakil Asia lainnya (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 27-06-1957). Dua wakil Afrika adalah Mesir dan Sudan.
Persoalan pun muncul ketika Indonesia harus berhadapan dengan Israel untuk
menentukan wakil zona Asia-Afrika ke babak final Piala Dunia 1958 di Swedia.
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 27-06-1957: ‘Israel telah mengusulkan pertemuan antara tim
sepak bola Indonesia dan Israel untuk semifinal untuk zona Asia Afrika untuk
kejuaraan sepak bola dunia pada tanggal 31 Juli di Tel Aviv dan pada tanggal 18
Agustus di Jakarta. PSSI belum menanggapi hal ini, karena mereka masih menunggu
keputusan FIFA. Namun, Indonesia tidak dapat menerima usulan Israel, karena
asosiasi sepak bola PSSI mengadakan kongres tahunan pada akhir Juli dan pada
saat yang sama mengadakan final kejuaraan antar perserikatan. Sementara itu
Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik. PSSI telah menghubungi
Kementerian Luar Negeri mengenai kemungkinan bahwa Indonesia akan bertemu
Israel. Sejauh ini, bagaimanapun, tidak ada tanggapan positif yang telah
diterima dari kementerian. PSSI berpendapat untuk mengatasi halangan politik,
antara Indonesia dan Israel tidak dinyanyikan lagu kebangsaan dan juga tidak
dilakukan pengibaran bendera. Menurut PSSI,
Israel memiliki keinginan yang sama’.
Pemerintah Indonesia tidak menanggapi
pertemuan tim sepak bola Indonesia dan Israel (Algemeen Indisch dagblad: de
Preangerbode, 29-07-1957). Usulan PSSI yang telah dilayangkan k e FIFA sebelumnya
untuk dilakukan di negara netral telah mendapat jawaban dari Israel tidak
bersedia. Sementara usul PSSI itu sendiri belum ada tanggapan dari FIFA meski
Israel sudah mengirim sinyal penolakan.
Pertandingan antara Indonesia vs Israel tidak berdiri
sendiri. Pemerintah diduga telah memperhitungkan sehubungan dengan proses
penyelesaian Irian Barat. Indonesia tampaknya tidak mau kehilangan dukungan
dari negara-negara Arab. Indonesia membutuhkan dukungan dan solidaritas
negara-negara Arab, yang sampai sekarang menentang hubungan dengan Israel. Indonesia masih menunggu tanggapan FIFA agar pertandingan
melawan Israel terjadi di negara ketiga. Jika jawaban ini menyiratkan penolakan
terhadap usulan Indonesia, tidak ada pilihan lain selain membatalkan
pertandingan ini. Sebagai konsekuensinya Indonesia harus membayar denda FIFA
sebesar 3.500 dolar (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 29-07-1957).
Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser telah
mengirim pesan khusus kepada pemerintah Indonesia sehubungan dengan
pertandingan sepak bola antara Indonesia dan Israel dalam konteks Kejuaraan
Dunia. Dalam pesan ini, Presiden Nasser menyatakan harapannya, bahwa Indonesia
akan meninggalkan niatnya untuk memainkan pertandingan sepak bola melawan
Israel. Ini akan menjadi tindakan yang tidak simpatik dari Indonesia melawan
negara-negara Araibian untuk bermain melawan Israel (Het nieuwsblad voor
Sumatra, 10-08-1957). Sementara itu PSSI yang dipimpin Maladi menemui
kementerian luar negeri untuk mengesahkan pertandingan tersebut (Java-bode:
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 19-08-1957). PSSI
akan membiayai Israel di tempat netral.
Namun daya upaya PSSI yang ‘ngotot’ ini tidak terlaksana.
Pemerintah menggantung (tidak menggubris?). FIFA hanya menjawab secara
diplomatis bahwa pertandingan berlangsung di negara netral diberikan oleh
Presiden FIFA, asalkan Israel juga setuju. Namun tidak lama kemudian PSSI
menerima pesan dari Israel bahwa Tim Israel menolak bertanding di tempat netral
(Het nieuwsblad voor Sumatra, 27-08-1957). Ini berarti dengan sendirinya
pertandingan Indonesia vs Israel gagal. Pemerintah Indonesia yang dalam hal ini
bersikap diam, akhirnya terjawab sudah karena Israel menolak. FIFA mengamini.
Posisi Pemerintah Indonesia dalam hal ini menjadi tidak melukai PSSI tetapi
juga tidak merugikan kepentingan negara-negara Arab tetapi malah menguntungkan
dalam sidang PBB yang akan datang yang mana proses Irian Barat termasuk salah
satu agenda.
Jika Israel telah menolak di tempat netral,
PSSI kemudian merilis bahwa PSSI juga menolak bertanding di Israel karena
alasan di Tel Aviv, atmosfer di sana yang tidak menjamin keamanan pemain tim
Indonesia. Inikah diplomasi PSSI?
Perjuangan PSSI akhirnya kandas meski sudah dikirim
delegasi ke Swiss dan mendapat dukungan dari Wakil FIFA Karcl Lotsy (yang orang Belanda) karena Indonesia
bersedia membiayai Israel di tempat netral. Kepastian ini didapat setelah
delegasi menghubungi ketua panitia di Stockholm. Panitia berpendapat bahwa pada
prinsipnya jadwal harus dipertahankan, karena FIFA tidak terkait politik. Jika
kedua belah pihak (Israel, Indonesia) mencapai kesepakatan, panitia akan
keberatan bahwa mereka akan dimainkan dengan netral (Java-bode: nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 07-09-1957). Delegasi PSSI
juga telah memenui duta besar Israel di Den Haag, namun dubes mengatakan bahwa
Israel akan bersikeras bahwa sebuah pertandingan hanya akan dimainkan di negara
mereka sendiri (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 09-09-1957).
Menurut PSSI yang diumumkan Maladi sampai
sejauh ini belum diputuskan oleh FIFA. Sementara itu di lain pihak Mesir dan
Sudan yang melakukan pertandingan dan pemenangnya akan kemuingkinan bertemu
Israel dalam Zona Asia Afrika ini telah menolak untuk bertanding dengan Israel
(Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 04-11-1957). Dalam hubungan ini FIFA
menyatakan bahwa Israel sebagai pemenang dan Indonesia dikenai denda
(Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie,
04-11-1957).
Prediksi Piala Dunia 2022 di Qatar: Indonesia, Palestina dan
Israel
Tim Nasional Indonesia tidak berpartisipasi
dalam Piala Dunia 2018, tetapi Indonesia kini memiliki tim sepak bola yang
menjanjikan untuk meraih prestasi dan mampu berpartisipasi pada Piala Dunia
berikutya tahun 1922 di Qatar.
Sepak bola Indonesia adalah garis kontinum dari Piala
Dunia 1938 hingga Piala Dunia 2022. Pada tahun 1938 sepak bola di Indonesia
diwakili NIVU. Saat itu terdapat dualisme kepengurusan sepak bola (NIVU vs
PSSI), suatu kejadian yang berulang lagi kemudian antara PSSI vs KPSI.
Setiap negara berlomba untuk berpartisipasi
dalam Piala Dunia. Selain Indonesia, negara yang berpotensi untuk mampu ke
Pialai Dunia tahun 2022 adalah Palestina.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar