*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Depok dalam blog ini Klik Disini
Jalan Margonda adalah jalan yang cukup panjang di Kota Depok. Jalan besar ini merupakan urat nadi kota. Margonda di Bogor disebut dalam sejarah sebagai pahlawan Depok. Karena itulah namanya ditabalkan sebagai nama jalan utama di Kota Depok. Namun di dalam sejarah Depok, sejarah Margonda hanya ditulis sangat singkat. Sesingkat penulisan namanya. Dari uraian yang ada hanya itu yang diulang-ulang oleh satu penulis dan oleh penulis lainnya.
Jalan Margonda adalah jalan yang cukup panjang di Kota Depok. Jalan besar ini merupakan urat nadi kota. Margonda di Bogor disebut dalam sejarah sebagai pahlawan Depok. Karena itulah namanya ditabalkan sebagai nama jalan utama di Kota Depok. Namun di dalam sejarah Depok, sejarah Margonda hanya ditulis sangat singkat. Sesingkat penulisan namanya. Dari uraian yang ada hanya itu yang diulang-ulang oleh satu penulis dan oleh penulis lainnya.
Margonda (internet) |
Lantas siapa sesungguhnya Margonda? Padahal nama Margonda adalah nama
paling penting di Kota Depok pada masa ini. Mengapa riwayat pahlawan Depok ini hanya
ditulis seadanya. Dengan kata lain: mengapa riwayat hidupnya tidak lengkap?
Pertanyaan-pertanyaan ini bukannya mudah dijawab, bahkan sebaliknya justru menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan baru. Karena itulah sejarah Margonda tetap menarik. Mari
kita telusuri.
Organisasi Pemuda Pasoendan
Nama Margonda muncul kali pertama di surat kabar pada tahun 1938. Margonda,
11 dari 12 siswa dinyatakan lulus ujian Laborant (huipanalyst) di Laborantencursus
(lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 28-01-1938). Dua orang
penguji dalam ujian Asisten Analisis tersebut adalah Prof. Ir. Amons dan Ir.
Akkersdijk. Tidak disebutkan dimana alamat Kursus Loboratorium (Laboranten Cursus)
berada.
Peta Bogor, 1934 |
Setelah lulus, tidak diketahui dimana Margonda ditempatkan bekerja. Setahun
setelah kelulusan Margonda, Bataviaasch nieuwsblad, 19-04-1939 memberitakan
hasil rapat umum Jasana Obor Pasoendan. Hasil rapat ini berhasil menyusun dewan
baru. Presiden adalah Tojib, Wakil Presiden Margonda, Sekretaris A. Muzani, Bendahara
Doerachman serta Komisaris Toni. Sekretariat berada di Gang Kepatihan No. 2
Buitenzorg.
Jasana Obor
Pasoendan adalah cabang Organisasi Pemuda Pasoendan. Bataviaasch nieuwsblad, 19-04-1939
juga memberitakan dewan baru organisasi pemoedi Pasoendan cabang Buitenzorg sebagai
berikut: Hanidjat, sebagai Presiden; Maemoenah sebagai sekretaris dan Oertamah
sebagai bendahara. Komisaris adalah Ahar. Sekretariat beralamat di Gang Slot No.
1 Buitenzorg. Sebulan sebelumnya Jasana Obor
Pasoendan melaksanakan perayaan ulang tahun keempat yang diadakan di gedung Harsodarsono, Gang
Kebon Djahe (Bataviaasch nieuwsblad, 20-03-1939).
Dalam perayaan ini hadir Bupati dan Patih Buitenzorg.
Pada bulan Juli 1939 Mergonda ditempatkan bekerja. Economische Zaken memberitahukan
terhitung sejak 20 Juli 1939 Margonda dan Idham ditempatkan di laboratorium kimia
Penelitian Industri. Keduanya bekerja sebagai teknisi laboratorium di
Laboratorium Kimia Divisi Penelitian Industri (Bataviaasch nieuwsblad, 31-07-1939).
Divisi Penelitian Industri ini diduga menjadi cikal bakal Balai Penelitian
Industri yang sekarang yang terletak di Pasar Bogor (tidak jauh dari AKA Bogor).
Organisasi Pemuda Bogor, Jasana Obor
Pasoendan juga memiliki divisi kepanduan (pramuka). Divisi kepanduan ini
beralamat di Gang Empang Kidoel. Disebutkan jumlahnya telah meningkat (lihat Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 30-09-1939). Jasana Obor Pasoendan Bogor
sebagai cabang Organisasi Pemuda Pasoendan pada tahun 1940 merayakan ulang
tahun Organisasi Pemuda Pasoendan yang ke-10. Acara perayaan dilakukan pada
hari Sabtu tanggal 17 di gedung IEV Clubgebouw (lihat Bataviaasch nieuwsblad,
09-02-1940). Beberapa waktu kemudian, Jasana Obor Pasoendan juga memperingati
ulang tahunnya yang ke-5 yang duadakan di gedung klub IEV (Het nieuws van den dag
voor Nederlandsch-Indie, 17-02-1940).
Catatan: Gedung IEV ini pada masa itu terletak di lokasi Gedung Dewan yang
kemudian diatasnya dibangun bioskop Ramayana (kini jadi mal). Sementara Gang
Kepatihan berada di seberang gedung IEV ini. Gang Slot sendiri berada di
seberang kantor pos/samping SMP N 1 Bogor.
Bataviaasch nieuwsblad, 19-04-1941 |
Organisasi pemuda lahir dari tubuh organisasi kebangsaan.
Organisasi kebangsaan pertama didirikan tahun 1900 di Kota Padang yang diberi
nama ‘Medan Perdamaian’. Organisasi ini digagas dan presiden pertama adalah Dja
Endar Moeda. Organisasi kebangsaan Medan Perdamaian berhaluan nasional (baca:
Indonesia). Pada tahun 1908 muncul organisasi kebangsaan berbasis kedaerahan di
Batavia yang dikenal sebagai Boedi Oetomo. Beberapa bulan kemudian, seorang
mahasiswa di Belanda, Soetan Casajangan merespon berdirinya Boedi Oetomo karena
dianggap kemunduran menetapkan haluannya berbasis daerah. Soetan Casajangan
lalu menggagas berdirinya perhimpunan mahasiswa Indonesia berhaluan nasional
(Indisch Vereeniging) pada bulan Oktober 1908 di Leiden. Soetan Casajangan yang
juga merupakan adik kelas Daja Endar
Moeda di Kweekschool Padang Sidempoean didaulat menjadi presiden pertama
Indisch Vereeniging. Namun dalam perkembangannya, Boedi Oetomo yang semakin
membesar (terutama setelah mendapat sokongan dari pemerintah) muncul organisasi
pemudanya yang disebut Jong Java. Mahasiswa-mahasiswa di Belanda yang berasal
dari Jawa merespon positif lahirnya Jong Java. Indisch Vereeniging mulai
tergembosi sebagaimana selama ini pemerintah kurang tertarik dengan kiprahnya Medan
Perdamaian (yang berhaluan nasional). Melihat situasi ini, seorang alumni yang
menjadi asisten dosen di sekolah kedokteran hewan (Inlandschen Veeartsen
School) di Buitenzorg yang tengah melanjutkan studi di Utrecht, Sorip Tagor
memproklamirkan berdirinya Jong Sumatranen pada tanggal 1 Januari 1917. Sejak
itu, bermunculan organisasi pemuda dari sejumlah organisasi kebangsaan seperti
Organisasi Pemuda Pasoendan (Jong Pasoendan), Jong Ambon, Jong Minahasa dan
lainya. Jong Batak kemudian didirikan pada tahun 1919 di Batavia oleh seorang
mahasiswa STOVIA, Abdul Rasjid. Ini bukan serba kebetulan bahwa Saleh Harahap
gelar Dja Endar Moeda, Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan, Sorip Tagor
[Harahap] dan Abdul Rasjid [Siregar] sama-sama kelahiran Padang Sidempoean,
tetapi secara kebetulan sama-sama penggagas organisasi kebangsaan. Sorip Tagor
alumni pertama Inlandschen Veeartsen School (yang didirikan di Bogor tahun
1907) kelak dikenal sebagai kakek (ompung) dari Inez/Risty Tagor dan Deisti
Astriani Tagor (istri Setya Novanto).
Dalam kongres ke-7 Jasana Obor
Pasoendan (nama lama Organisasi Pemuda Pasoendan) telah berhasil menetapkan dewan
baru untuk periode 1941-1943). Ketua terpilih adalah K. Soekanda. Wakil ketua:
Dj. Prawirawinata. Sekretaris I: Hedie. Sekretaris II: Lili Marsidi. Bendahara:
Madnasih. Pemimpin propaganda: Memet (lihat De Indische courant, 19-05-1941). Juga disebutkan bahwa Sekretariat
beralamat di Bandoeng, Gang Idjan No.14. JOP sebagai pemendekan Jasana Obor
Pasoendan bertujuan untuk mempromosikan budaya Sunda pada khususnya dan
Indonesia pada umumnya, serta perkembangan mental dan fisik di antara anggotanya.
Asosiasi ini memiliki partisipasi (cabang) di Batavia, Buitenzorg, Soekaboemi,
Tjiandjoer, Tjimahi, Bandung, Tjlparaj, Oedjoengbroeng, Leles, Garoet,
Tasikmalaja, Tjiamis, Bandjar, Cheribon dan Djokja.
Meski tidak pernah lagi ditemukan lagi nama Margonda di
surat-surat kabar, Margonda diduga telah memainkan peran penting dalam
perkembangan organisasi pemuda Pasoendan di Bogor, Jasana Obor Pasoendan.
Ketika kongres pemuda Pasoendan di Bogor tahun 1941, walau tidak ada namanya
dalam susunan pengurus pusat Jasana Obor Pasoendan, Margonda diduga kuat telah
memainkan peran penting dalam kongres tersebut karena Jasana Obor Pasoendan
Bogor adalah tuan ruma kongres. Sebagaimana diketahui pada tahun 1942 (setahun
setelah kongres) terjadi pendudukan (militer) Jepang. Pemerintahan Hindia
Belanda berakhir sudah. Namun demikian, nama Margonda selama pendudukan Jepang
(1942-1945) tidak pernah terdeteksi lagi.
Perang Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia: Kapan dan Dimana Margonda Gugur?
Pada masa ini, nama Margonda di
dalam berbagai tulisan adalah seorang patriot. Disebutkan Margonda telah
tertembak dalam perang yang berlangsung di Depok pada 16 November 1945 di area
(sungai) Kalibata (sekitar Beji sekarang). Margonda disebutkan tertembak saat melemparkan
granat ke pihak musuh. Margonda tewas dalam pertempuran tersebut. Namun tidak
diketahui dimana Margonda dimakamkan.
Pertempuran di Depok ini dapat juga dilihat pada artikel
lain dalam blog ini: Sejarah Kota Depok (36): Seputar Perang Kemerdekaan di
Indonesia (1945-1949); Perang Kemerdekaan Bermula di Depok?; Sejarah Kota Depok
(35): Seputar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia; Revolusi Sosial di Depok, 11
Oktober 1945; Sejarah Kota Depok (34): Seputar Berakhirnya Era Kolonial
Belanda; Situasi dan Kondisi di Tanah-Tanah Partikelir di Onderdistrict Depok
Margonda meninggalkan seorang istri
bernama Maemoenah dan seorang putri yang cantik bernama Jopiatini (lihat
detik.com). Margonda dan Maemoenah menikah di Bogor pada tanggal 24 Juni 1943.
Wali nikah adalah ayah kandung Maemunah (Mintaredja). Setelah menikah, pasangan
muda ini menetap di Gang Slot No.1. Kabar gugurnya Margonda dalam Perang Depok sempat
membuat Maemoenah tak percaya, diceritakan Maemoenah selalu pergi ke Stasiun
Bogor bersama anaknya Jopiatini yang masih berusia satu tahunan. Kedua ibu dan
anak ini tetap menunggu dan berharap Margonda pulang dengan selamat. Namun
harapan tidak terkabul karena kanyataannya Margonda telah gugur di Depok.
Margonda dan Maemoenah adalah sama-sama aktivis
organisasi kebangsaan di Buitenzorg (baca: Bogor). Margonda adalah Wakil Ketua
organisasi pemuda Jasana Obor Pasoendan, sementara Maemoenah adalah sekretaris organisasi
pemoedi Pasoendan cabang Buitenzorg yang alamat sekretariatnya di Gang Slot No.
1 Buitenzorg (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 19-04-1939). Alamat sekretariat ini
diduga adalah rumah orangtua dari Maemoenah. Alamat ini juga yang diduga
menjadi tempat tinggal Margonda dan Maemoenah setelah menikah. Di rumah ini
diduga anak mereka Jopiatini lahir.Nama Jopiaatini diduga terinspirasi
dari nama JOP (singkatan Jasana Obor Pasoendan).
Jopiatini, sebagaimana dilaporkan
detik.com masih hidup berumur 72 tahun tinggal di Jakarta. Maemoenah, ibu
Jopiatini disebutkan tidak menikah lagi dan hanya membesarkan sang putri
pahlawan hingga ke jenjang perguruan tinggi di Jurusan Ekonomi, Universitas
Indonesia (kini Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia di Depok).
Revolusi Sosial di Depok: Awal Perang Kemerdekaan
Pada tanggal 17 Agustus 1945 siang
bahwa Indonesia telah merdeka sudah diketahui secara luas di Depok. Lalu pada tanggal 11
Oktober 1945 muncul kabar telah terjadi peristiwa berdarah yang tidak
diinginkan di Depok. Robert Kiek, seorang reporter ANP/Aneta yang mendengar peristiwa
tertarik untuk menyelidikinya. Pasukan Inggris di Batavia yang ingin bergerak
ke Buitenzorg membagi pasukan sebagian (satu detasemen) untuk mengawal Robert
Kiek dan dua reporter lainnya ke Depok. Surat kabar melaporkan bahwa pada
tanggal 15 Oktober 1945 di Buitenzorg, 45 km di selatan Batavia tanpa insiden
diduduki oleh pasukan Inggris. Robert Kiek bersama pasukan pengawal diduga pada
tanggal 15 Oktober 1945 melakukan penyelidikan di Depok.
Telex, 16-10-1945: ‘Di Depok (antara Batavia dan
Buitenzorg) kelompok bersenjata Nasionalis melakukan penggerebekan, warga cukup
banyak terbunuh, rumah dirusak dan semua isinya telah diambil. Orang-orang
telah meninggalkan desa. Kapal Australia telah berlayar dari Australia membawa
sebanyak 687 tahanan politik (yang dipindahkan dari Digoel) menuju Indonesia
(Tandjong Priok). Kemarin sore terjasdi pertempuran di Zuid Batavia di mana dua
hari lalu pasukan Inggris telah mengambil kontrol di lapangan usara Tjililitjan
(kini Halim) Tentara kontingen Nederland telah dikirim kesana untuk
memperkuat’.
Laporan yang dimuat Telex besar
dugaan adalah hasil reportase Robert Kiek. Surat kabar Provinciale Drentsche en
Asser courant, 17-10-1945 juga merilis laporan Robert Kiek yang menyatakan setidaknya
15 orang laki-laki dan perempuan Eropa dan Indo-Eropa. Para kelompok nasionalis
telah menguasai Depok selama empat hari, para warga telah menyerah dan meminta
belas kasihan dan seluruh warga telah melarikan diri ke hutan. Saat kedatangan
Robert Kiek bersama pasukan Gurkha (15/10) dengan tanggal kejadian (11/10)
adalah empat hari. Dengan demikian
selama empat hari tersebut warga Depok (Depokker) ditahan sebelum pasukan
Gurkha membebaskannya. Laporan Robert Kiek yang terperinci muncul dalam surat
kabar Algemeen Handelsblad edisi 18-10-1945.
Warga Depokker yang dibebaskan dibawa ke Bogor, sementara
pasukan Gurkha kembali bergabung dengan satuan induknya di Bogor. Dalam proses
evakuasi tawanan wanita dan anak-anak ini, pasukan nasionalis dari yang
bersemubunyi di balik pohon-pohon sepanjang perjalanan menembaki truk pengakut
dengan senapan mesin. Di Bogor, pasukan Inggris tidak hanya melucuti tentara
Jepang, juga membebaskan tahanan Belanda di penjara Paledang. Dalam pembebasan di
penjara Paledang ini juga termasuk para sandera laki-laki dari Depok. Para
warga Depokker lalu kemudian dievakuasi ke Tjiloear (salah satu tangsi pasukan
Inggris).
Tentu saja dalam peristiwa Depok
belum ada tentara Indonesia. Sebab kabinet RI sendiri baru tanggal 13 Oktober
1945 terbentuk (lihat Keesings historisch archief: 14-10-1945). Dalam daftar
menteri tersebut tidak ada Menteri Pertahanan (yang ahli dalam pertahanan
negara), yang ada hanyalah Menteri Keamanan Rakyat. Ini menunjukkan bahwa belum
ada Panglima karena memang belum ada tentara. Namun tanda-tanda perang sudah
mulai ada. Sebagai respon terhadap pasukan sekutu Inggris dan NICA yang tidak peduli
terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, lalu Tentara Rakjat Indonesia
mengumumkan Proklamasi Perang pada tanggal 13 Oktober 1945 dan yang juga hal
yang sama dilakukan Oemat Islam sebagaimana dilaporkan Keesings historisch
archief: 14-10-1945.
Akibat tidak adanya komando, maka muncul berbagai
kelompok di tengah masyarakat yang mengatasnamakan dirinya sendiri (terutama
setelah tidak berfungsinya militer Jepang). Salah satu atau beberapa kelompok
yang bergerak di Depok itulah yang diduga melakukan aksi kerusuhan di Depok
yang menyebabkan banyak korban meninggal dan luka. Aksi penawanan wanita dan
anak-anak dan penyanderaan laki-laki bersar kemungkinan terkait dengan kedatangan
pasukan asing (Sekutu/Inggris) memasuki wilayah Indonesia. Sebagaimana
diketahui, Depokker berafiliasi dengan asing (Belanda). Oleh karenanya
kerusuhan di Depok tidak berdiri sendiri. Apalagi di penjara Paledang sudah
terdapat 1500 tahanan Eropa/Belanda terlebih dahulu sebelum sandera laki-laki
dari Depok ikut dijebloskan dalam penjara (lihat Friesch dagblad, 24-10-1945).
Tanda-tanda perang kemerdekaaan ini
sudah mulai terlihat di Depok pada tanggal 15 Oktober ketika pasukan Gurkha yang
membawa tawanan mendapat gangguan di perjalanan dan kemudian bergabung dengan
induknya di Bogor. Pada tanggal 16 Oktober 1945 juga dilaporkan bahwa pasukan
Belanda telah mengambil kendali lapangan terbang Tjililitan (kini Halim) dan
pasukan tambahan telah dikirim untuk memperkuatnya. Pada tangga 17 Oktober 1945
terjadi pertempuran antara pasukan Belanda dengan nasionalis. Dua pasukan
Belanda ditembak nasionalis dari atas pohon dengan senapan mesin (De patriot,
18-10-1945). Inilah hari-hari pertama kontak perlawanan nasionalis dengan
(pasukan) Belanda/NICA yang dimulai di Depok.
Pasukan sekutu Inggris pada tanggal 20 Oktober 1945
mendarat di Semarang dan pada tanggal 25 Oktober 1945 di Surabaya. Lalu pada
tanggal 28 Oktober hingga 31 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang hebat di
Surabaya. Ketika terdesak, tentara Sekutu mengusulkan perdamaian. Pemimpin
Sekutu di Soerabaya meminta pemimpin Indonesia (Soekarno) untuk mengadakan
gencatan senjata di Surabaya. Soekarno dan Amir Sjarifoeddin Harahap ke
Soerabaja.
Dari hari ke hari, tanda-tanda suhu
perang semakin menguat. Presiden Soekarno dalam dilema. Sebagian menginginkan
dengan jalan tertib dan damai dan sebagian yang lain (terutama dari kalangan
pemuda) menginginkan perang. Radio Bandoeng yang dilansir surat kabar berbahasa
Belanda melaporkan bahwa Markas Barisan Rakjat tidak bisa menerimanya dan
Soekarno harus disalahkan (Provinciale Drentsche en Asser courant, 17-10-1945).
Perang akan membawa banyak korban.
Dalam konteks desakan pemuda di berbagai tempat, gerakan
pemuda dalam peristiwa kerusuhan di Depok boleh jadi sudah ‘mencuri start’
dalam perang (mempertahankan kemerdekaan) itu sendiri. Hal ini karena para
nasionalis dari golongan muda telah menyandera para pria Depok dan membawanya
ke Buitenzorg. Dengan demikian, kerusuhan di Depok bersisi dua: revolusi
sosial di satu sisi (internal) dan perang (mempertahankan) kemerdekaan di sisi
lain. Sekali lagi, dengan kata lain, kerusuhan di Depok tidak berdiri sendiri. Selain
terungkap dalam kerusuhan itu perang suci juga ada indikasi keterlibatan
anggota keamanan (yang menjaga tahanan di penjara Paledang) dalam kerusuhan di
Depok seperti yang disampaikan dua tahanan yang berhasil melarikan diri
sebagaimana dilaporkan surat kabar Telex edisi 22-10-1945. Genderang perang pada
dasarnya sudah diumumkan pada tanggal 13 Oktober.
Dalam perkembangan selanjutnya
setelah kejadian kerusuhan di Depok, dilaporkan telah ditangkap enam nasionalis
terkemuka di Buitenzorg untuk diinterogasi yang juga dikaitkan dengan kerusuhan
di Depok (Telex, 24-10-1945). Sementara itu seorang yang sudah berada dipenjara
10 hari malarikan diri dari penjara Paledang (sehari sebelum pasukan sekutu
Inggris tiba) menceritakan apa yang terjadi di dalam penjara dan bagaimana
kondisi para tawanan yang baru datang dibawa dari Depok dengan kereta api dan
nasib mereka selama di penjara. Orang tersebut mengatakan mereka dipenjara
karena alasan keamanan (Friesch dagblad, 24-10-1945).
Kerusuhan di Depok begitu menarik perhatian Belanda.
Mengapa kerusuhan di Depok muncul timbul spekulasi sebagaimana dilaporkan
Provinciale Drentsche en Asser courant, 27-10-1945 dikaitkan dengan seratus
lima puluh tahun lalu tentang awalnya Land Depok oleh Cornelis Chastelein yang
kemudian mewariskan lahan Depok kepada para budaknya setelah beralih ke agama Kristen.
Dalam perkembangan lebih lanjut, kehidupan para warga Depok (Depokker),
lebih-lebih dengan masuknya zending memunculkan perbedaan standar hidup yang
membedakan dengan penduduk sekitar. Kontras standar hidup dan perbedaan agama
inilah yang diduga menjadi faktor penting yang menyebabkan munculnya kerusuhan.
Namun argumen ini belum tentu
sepenuhnya benar. Sebab sebelum terjadinya kerusuhan di Depok, ekskalasi
politik antara Pemerintah Indonesia dan nasionalis Indonesia di satu pihak
dengan pasukan sekutu Inggris dan NICA di pihak lain sudah meningkat tajam. Dalam
permulaan perang ini terindikasi hanya satu saluran pemberitaan di kalangan
nasionalis Indonesia yakni Radio Indonesia Bandoeng (lihat De patriot,
18-10-1945). Salah satu penyiar pemberani di Radio Bandoeng adalah Sakti
Alamsyah Siregar (kelak dikenal sebagai pendiri surat kabar Pikiran Rakyat).
Kerusuhan di Depok yang dilakukan pada tanggal 11 Oktober
1945 seakan telah dimulai lebih awal dan mendahului Proklamasi Perang yang
diundangkan pada tanggal 13 Oktober 1945 di Batavia. Perbedaan waktu antara
kerusuhan di Depok (11 Oktober) dan maklumat perang di Batavia (13 Oktober)
hanya dua hari, sementara dari sisi jarak antara Depok dan Batavia hanya 20 Km.
Secara relatif, waktu dan tempat sangat berdekatan. Ini suatu indikasi bahwa
kerusuhan di Depok tidak dipandang sebagai kerusuhan yang bersifat lokal,
melainkan lebih mencerminkan perang nasional (memiliki keterkaitan dengan
Batavia) itu sendiri yang kebetulan TKP-nya dimulai di Depok. Pihak sekutu/NICA
kemudian merespon proklamasi perang dari nasionalis dan Oemat Islam itu dengan
maklumat perang. (baca isi maklumat perang sekutu: Keesings historisch
archief: 14-10-1945).
Dengan demikian kerusuhan di Depok
meski tampak sebagai yang bersifat lokal, tetapi dengan melihat horizon
kejadian di berbagai tempat pada waktu yang berdekatan, kerusuhan di Depok
adalah bagian dari perang kemerdekaan itu sendiri di area antara Batavia dan
Buitenzorg. Berikut adalah tanggal-tanggal kejadian yang berdekatan (sejak
pasukan sekutu Inggris merapat di pelabuhan Tandjong Priok tanggal 29 September
1945):
11 Oktober 1945: Kerusuhan di Depok yang didahului
informasi pembicaraan di Singapoera tidak menguntungkan karena pasukan sekutu
Inggris di Indonesia ternyata ingin masuk lebih jauh (ke pedalaman) untuk
mendukung Kerajaan Belanda.
13 Oktober 1945: Kabinet Indonesia pertama terbentuk
dengan Menteri Penerangan Amir Sjarifoeddin. Proklamasi perang dari
(pemerintah) Indonesia (yang juga diikuti oemat Islam). Pasukan sekutu Inggris
mendarat di Medan dan di Padang.
14 Oktober 1945: Komandan pasukan sekutu di Jawa
mengumumkan proklamsi perang.
15 Oktober 1945: Pasukan sekutu Inggris menduduki
Buitenzorg.
16 Oktober 1945: Pasukan Belanda/NICA mengambil kendali
lapangan terbang Tjililitan.
17 Oktober 1945 terjadi pertempuran antara pasukan
Belanda dengan nasionalis di sekitar lapangan terbang Tjililitan.
18 Oktober 1945: Pasukan sekutu Inggris memasuki
Bandoeng.
20 Oktober 1945: Pasukan sekutu Inggris mendarat di
Semarang.
25 Oktober 1945: Pasukan sekutu Inggris mendarat di
Soerabaja.
Perang Depok: Pendudukan Depok oleh Belanda
Revolusi sosial di Depok pada
tanggal 11 Oktober 1945 bisa dikatakan sebagai awal dari perang mempertahankan kemerdekaan
RI. Satu detasemen pasukan Inggris yang terdiri dari Gurkha yang membebaskan
sandera di Depok mendapat perlawanan dari nasionalis yang sudah bergerilya di
Depok. Perlawanan inilah yang disebut awal perang tersebut. Perang sesungguhnya
di Depok baru pada tahap berikutnya terjadi.
Dalam berbagai tulisan disebutkan bahwa Margonda telah
tertembak dalam perang yang berlangsung di Depok pada tanggal 16 November 1945
di area (sungai) Kalibata (sekitar Beji sekarang). Dalam pertempuran di Depok
yang menyebabkan Margonda gugur tidak disebutkan dengan siapa berperang: apakah
pasukan Sekutu/Inggris atau pasukan NICA/Belanda?
Depok adalah salah satu area pemusatan
TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Hal ini sehubungan dengan kedudukan pasukan
Sekutu/Inggris yang kuat di Batavia, Buitenzorg, Bandoeng dan Cheribon. Area
lainnya di Tjikampek dan Tangerang. Tiga area ini merupakan basis pertahanan
Indonesia yang mengelilingi Batavia/Djakarta.
Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te
Batavia. 21-11-1945 TKR di Tjikampek, Tangerang dan Depok Jawa Barat.
Syarifoeddin Harahap menyatakan TKR di tiga wilayah ini lebih rapih (disiplin)
jika dibandingkan di Jawa Timur
TKR yang terkonsentrasi di Depok
bermarkas kembali di markas yang pernah ditempati sebelum pembebasan Depok oleh
pasukan Inggris/Gurkha. Selama terkonsentrasinya TKR dan laskar di Depok tidak ditemukan
indikasi pertempuran. Posisi markas ini sangat strategis karena dekat dengan
stasion Depok. Meski demikian, moda transportasi keretaapi belum dioperasikan.
Pasukan NICA/Belanda sendiri belum ada pergerakan ke Depok. Pasukan
Belanda/NICA baru beberapa bulan kemudian bergerak dan menduduki Depok tepatnya
pada tanggal 24 Maret 1946.
Amigoe di Curacao: weekblad voor de Curacaosche eilanden,
25-03-1946: ‘Pasukan Belanda dengan kekuatan satu batalion pada hari Minggu menduduki
Depok di jalan dari Batavia ke Buitenzorg. Ada beberapa pertempuran dan seorang
petugas terluka’. Limburgsch dagblad, 25-03-1946: ‘Depok di jalur kereta api
dari Batavia ke Buitenzere, kemarin oleh pasukan Nederlandsch Indie diduduki’.
Het dagblad, 26-03-1946 |
Sehari kemudian dilaporkan dalam pertempuran di Depok. Di
pihak Belanda empat orang pasukan terluka dan dua orang petugas. Sedangkan di
pihak nasionalis 10 orang tewas. Sejumlah orang ditahan untuk penyelidikan
lebih lanjut. Sejumlah senjata dan amunisi ditangkap (Het dagblad : uitgave van
de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 26-03-1946). Area pertempuran lalu kemudian
bergeser ke selatan Depok (di Tjitajam). Area pertempuran ini berada di antara
Depok dan Buitenzorg. Mengapa pasukan Belanda/NICA sangat berambisi membebaskan
area antara Batavia dan Buitenzorg dengan penguatan markas di Depok tidak lain
untuk merebut sentra pangan dan juga untuk menyatukan pertahanan Batavia dan
Buitenzorg. Dalam bulan April 1946 kerap terjadi pertempuran dan korban tewas
dan luka di pihak TKR dan laskar cukup banyak.Lalu
kemudian penggunaan moda transportasi keretapi oleh pasukan Belanda/NICA di
jalur Depok dilakukan. Peristiwa pertempuran pertama di kereta api baru terjadi
pada tanggal 17 April 1946 (lihat Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche
Dagbladpers te Batavia, 23-04-1946). Penyusupan oleih nasionalis TKR terus
terjadi hingga bulan Juli (Het dagblad : uitgave van de Nederlandsche
Dagbladpers te Batavia, 12-07-1946). Pertempuran pada bulan Agustus terjadi di
Paroeng dan Serpong (barat Depok) dan di Tjilengsi (timur Depok). Depok menjadi
penanda navigasi perang. Mulai bulan Oktober setiap penumpang kereta api
dilarang turun kecuali orang-orang yang tinggal di Depok. Setiap yang turun
harus melapor (Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia,
03-10-1946).
Lambat laun seluruh area antara Batavia dan Buitenzorg dapat
dikuasai kembali oleh Belanda. Pada bulan Oktober 1946 pihak Belanda di satu
sisi mulai melakukan inventarisas terhadap orang-orang Eropa/Belanda yang
dibunuh, mencari dan memindahkan kuburuannya dan di sisi lain mulai melakukan
penyelidikan terhadap peristiwa, menangkap orang-orang yang terlibat. Juga pada
bulan ini para wartawan Indonesia dari pers republikan, yang tinggal di Batavia,
melakukan perjalanan pada Sabtu pagi ke daerah-daerah sekitar Batavia, termasuk
Depok yang telah ditenangkan dan sekarang di bawah pemerintahan Belanda. Kota
Depok tampak sebagai kota mati (Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche
Dagbladpers te Batavia, 14-10-1946). Ini seakan menandai kilas balik kunjungan
reporter ANP. Robert Kiek pada tanggal 15 Oktober 1945 ke Depok untuk
memastikan terjadinya kerusuhan di Depok. Lalu kemudian di Depok diberitakan
bahwa telah diadakan konferensi gereja (Trouw, 02-11-1946). Belanda kembali di
Depok lalu disusul para warga Depok (Depokker). Sementara para pejuang
nasionalis masih bergerilya melawan militer Belanda di berbagai tempat. Het dagblad: uitgave van de
Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 22-02-1947 mempublikasikan surat seorang
Depokker yang kaumnya berada di Kamp Kedong Halang bahwa mereka telah
diberitahu tanggal 23 Januari 1947 untuk segera meninggalkan kamp tersebut dan
kembali ke Depok. Pada tanggal 7 Februari, warga Depok (Depokker) terakhir
harus meninggalkan kamp.
Het dagblad..te Batavia, 22-02-1947 |
Para Depokker dalam hal ini adalah
korban revolusi, tetapi nasib mereka tertolong dua kali. Sementara para
revolusioner yang awalnya berpartisipasi aktif baik dalam melawan pasukan
Sekutu/Inggris maupun bertempur melawan pasukan NICA/Belanda, sebagian
diantaranya tidak tahan. Setelah di sejumlah tempat telah dikuasasi oleh
Belanda kembali dan menjadi wilayah yang tenang muncul keinginan untuk
meletakkan senjata dan bergabung ke wilayah Belanda (area van Mook). Mereka ini
di pihak Belanda dianggap orang-orang yang sadar, tetapi sebaliknya di pihak
republiken yang tetap terus setia berjuang meski tinggal di hutan dan
kekurangan pangan, menganggap golongan orang-orang tersebut adalah penghianat
bangsa. Di Bandoeng, seorang komandan TRI (berinisial M) menyerah dan
menghentikan perlawanan (lihat Algemeen Indisch dagblad, 26-03-1947). Tentu
saja komandan ini tidak sendiri tetapi juga punya pasukan. Juga di Djogjakarta
dilaporkan sebanyak 169 mantan perwira TNI telah membelot ke Belanda (De
locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 04-01-1949). Para
pembelot ini harus dibedakan dengan orang-orang Depokker. Juga para penghianat
ini harus dibedakan dengan Margonda.
Tentara RI dan laskar mengungsi di Bandoeng (1946) |
Kolonel Abdul Haris Nasution |
Dalam perkembangan lebih lanjut,
pasca Agresi Militer I (pertengahan 1947), wilayah pertahanan Siliwangi semakin
sempit (garis demarkasi van Mook), konsentrasi (kepadatan) pasukan semakin
tinggi. Kolonel Abdul Haris Nasution merelokasi sebagian pemimpin militer ke
Tapanoeli untuk memperkuat pertahanan jelang Agresi Militer II (akhir 1948).
Letkol AE Kawilarang dan Majoor Ibrahim Adji berangkat ke Tapanoeli. Letkol AE
Kawilarang memimpin di wilayah pertahaan Laboehan Batoe dan Tapanuli Selatan.
Sedangkan Majoor Ibrahim Asdji memimpin di wilayah sub pertahanan Tapanuli
Selatan yang bermarkas di Padang Sidempoean. Wilayah pertahanan Tapanuli
Selatan adalah kampung halaman Menteri Pertahanan Amir Sjarifoeddin Harahap dan Panglima Siliwangi Kolonel Abdul Haris Nasution.
Mr. Masdoelhak Nasution, Ph.D |
Setelah para pemimpin Indonesia di
Djogjakarta ditangkap, sebagian langsung dibunuh (termasuk top list Masdoelhak)
dan sebagian diasingkan seperti Soekarno dan Mohammad Hatta. Sejak itu muncul
Pemerintahan Darurat RI yang beribukota di Bukittinggi. Mengapa ibukota di
pengungsian ini begitu kuat dan tidak bisa ditembus pasukan militer Belanda?
Hanya dua jalur akses menuju Bukittinggi, selain dari Padang juga dari Sibolga.
Pada wilayah pertahanan Sumatra Timur bagian selatan dan Tapanuli komando di
bawah pimpinan Letkol AE Kawilarang dengan anak buah terbaiknya Majoor Ibrahim
Adji (orang yang diduga menjadi komandan Letnan Margonda di Depok).
Kenyataannya area pertahanan Padang Sidempoean tidak pernah ditaklukkan militer
Belanda hingga tiba waktunya gencatan senjata (yang dilanjutkan konferensi
KMB). Di Kota Padang Sidempoean juga terjadi aksi bumi hangus seperti di
Bandoeng Selatan. Ibukota RI di Bukittinggi selamat. Kampung halaman Abdul
Haris Nasution persis diantara Kota Padang Sidempoean dan Kota Bukittinggi di
Kotanopan. Wilayah pertahanan satu-satunya di Indonesia yang bersih dari
militer Belanda adalah kampung halaman Abdul Haris Nasution. Tidak salah
Kolonel Abdul Haris Nasution mengirim teman dekatnya Letkol AE Kawilarang ke
Tapanoeli. Terbukti Letkol AE Kawilarang dan Majoor Ibrahim Adji menunaikan
tugasnya: selain mengamankan kampung halaman Abdul Haris Nasution juga
melindungi ibukota RI di Bukittinggi tetap aman. Kolonel Abdul Haris Nasution,
Letkol AE Kawilarang dan Majoor Ibrahim Adji adalah trio Siliwangi di Padang
Sidempoean.
Satu hal pertanyaan yang masih tersisa adalah kapan
Margonda gugur? Jika Margonda dinyatakan
tertembak dan tewas di Kali Bata, Depok pada tanggal 16 November 1945, faktanya
tidak ada bukti atau indikasi yang mendukung. Di sekitar tanggal ini tidak ada pergerakan
militer menggunakan moda transportasi kereta api. Pasukan Sekutu/Inggris hanya
terbatas di lokasi-lokasi dimana terdapat militer Jepang (yang dilucuti) dan
internir Eropa/Belanda yang dibebaskan. Area Depok bukan lokasi militer Jepang
maupun tempat penahanan Eropa/Belanda. Area Depok hanya basis pertahanan TKR
dan laskar untuk melakukan gerilya ke Batavia dan Buitenzorg. Sedangkan pasukan
Belanda/NICA baru bergerak dan menduduki Depok pada bulan Maret 1946. Saat
pendudukan Depok oleh pasukan Belanda/NICA baru terjadi sejumlah pertempuran. Di
pihak TKR dan laskar cukup banyak yang tewas dan terluka. Lalu muncul
pertanyaan, apakah Margonda gugur di Kalibata, Depok pada bulan Maret 1946?. Atau
apakah Margonda gugur pada tanggal 16 November 1945 tetapi bukan lokasi
kejadian di Depok?
Het dagblad (edisi pertama) 23-10-1945 |
Het dagblad:
uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 14-11-1945: ‘Mengenai
peristiwa militer di sekitar Batavia, kami menjelaskan hal berikut dari pihak
resmi: Pada tanggal 12 November sejumlah tersangka ditangkap di daerah
Pasarminggoe; senjata ditemukan pada mereka. Beberapa dari mereka mencoba
melarikan diri dan karenanya digulingkan (ditembak). Para ekstrimis
(nasionalis) menyerbu larut malam kemarin di Polonia bivak dan melemparkan
granat tangan, di sisi kami ada seorang lelaki yang luka ringan. Tentara (Belanda)
yang terluka parah yang disebutkan dalam ikhtisar sebelumnya telah meninggal’.
Dengan demikian, sejauh penelusuran yang dilakukan peristiwa pertempuran di
Kali Bata Depok belum ditemukan. Dalam hal ini, tentu saja perlu dilakukan pada
sumber lain. Akan ditambahkan dalam paragraf ini jika sudah ditemukan. Catatan:
Pasukan Belanda baru mulai aktif (beroperasi) pada tanggal 12 November 1945.
Het dagblad:
uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 12-11-1945: ‘Mengenai
situasi umum di sekitar Batavia, kami menerima ikhtisar resmi berikut pagi ini:
Ketika pasukan Belanda diizinkan, maka area yang menjadi tersedia, oleh pihak
berwenang Inggris menunjuk area-area sebagai berikut di Batavia. Pasukan kami
sekarang menduduki: 1. Kantor Politik di Lapangan Kebajoran; 2. Pabrik sepatu
Bata di Doeren Kalibata (dekat stasion jalur kereta api Manggarai-Buitenzörg);
3. Lapangan Polisi di Tjililitan; 4. Rumah desa Pondok Gede (dekat Tjtlilitan);
5. Tuindorp Polonia, sebuah desa vila di selatan Meester Cornelis, yang
sekarang telah 'ditetapkan sebagai tempat peristirahatan bagi personel militer
kami dalam mengamankan area-area yang disebutkan di atas. Kamp-kamp dan bivak
ini berulang kali diserang oleh kelompok-kelompok ekstremis sejak pendudukan
kami. Kebajoran dan Pondok Gede kejadiannya paling banyak’.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber
utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber
disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja.
Pak, selain Margonda dan Tole Iskandar, ada nama satu pahlawan lokal Depok yaitu Muchtar. Apa Bapak tahu tentang sejarah beliau ?
BalasHapusSejauh ini belum. Jika ada data nama kedua tokoh ini akan dibuat dalam satu artikel. Terimakasih
HapusDiceritakan dari ibu bahwa bapaknya bernama muhtar bin kenang tinggal di depok tepatnya di sekitar PLN Depok 2 (bekas rumahnya adalah masjid saat ini di jalan Giring Giring Raya. Pa Muhtar bin Kenang menurut ceritanya adalah seorang tentara belanda yg reaign dan berganti peran menjadi guru dan kepala sekolah Di cipayung (sekarang SDN Cipayung) juga sempat menjabat sebagai kepala Desa/Lurah di Cikumpa.
BalasHapusMungkin admin punya literaturnya? Jadi saya bisa kembali terang silsilah keluarga saya. Terima kasih sebelumnya