*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini
Dulu, saya sering mendengar dongeng di radio di Sukabumi. Biasanya program radio itu pada sore hari bada Ashar. Tapi, entahlah apakah masih ada program serupa itu pada masa kini. Dongeng (Verhaaltje, cerita bahasa Belanda; kisah bahasa Indonesia) meski umumnya ditujukan kepada anak tetapi banyak juga orang dewasa yang suka. Dongeng radio di Sukabumi kala itu disampaikan dalam bahasa Sunda (kesempatan saya untuk mengasah kemampuan bahasa Sunda saya).
Dulu, saya sering mendengar dongeng di radio di Sukabumi. Biasanya program radio itu pada sore hari bada Ashar. Tapi, entahlah apakah masih ada program serupa itu pada masa kini. Dongeng (Verhaaltje, cerita bahasa Belanda; kisah bahasa Indonesia) meski umumnya ditujukan kepada anak tetapi banyak juga orang dewasa yang suka. Dongeng radio di Sukabumi kala itu disampaikan dalam bahasa Sunda (kesempatan saya untuk mengasah kemampuan bahasa Sunda saya).
De Oostpost, 04-12-1862 |
Tapi
dongeng tetaplah dongeng. Sebab dongeng memiliki sejarahnya sendiri.
Dongeng-dongeng yang dulu sesaat sering saya dengar ternyata memiliki sejarah
yang panjang. Dongeng adalah heritage, tentang apapun yang diceritakan. Untuk
menambah pemahaman kita tentang dongeng, ada baiknya kita mulai menulisnya.
Kita mulai (dalam hal ini) tentang dongeng di Sukabumi dengan menelusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini
adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Penulisan Dongeng dan Raden
Hadji Mohamad Moesa (ayah dari Patih Soekaboemi)
Keberadaan dongeng di daerah Soenda paling tidak sudah diketahui sejak
1862 (lihat De Oostpost : letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws-
en advertentieblad, 04-12-1862).
Disebutkan Raden Hadji Mohamad Moesa di Limbangan, menawarkan kepada pemerintah
untuk dicetak sejumlah karyanya. Buku-buku tersebut untuk digunakan sekolah dan
buku bacaan (umum). Salah satu diantara buku yang ditawarkan itu adalah Wawatjan
Dongeng-Dongeng, Sudah barang tentu buku tersebut ditulis dalam bahasa Soenda,
tetapi tidak dijelaskan apakah ditulis dalam aksara Latin.
Rapport: Bandoeng, 31 December, 1863 |
Raden
Hadji Mohamad Moesa adalah seorang kepala panghoeloe dari Garoet (lihat Java-bode
: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 10-09-1862). Raden
Hadji Mohamad Moesa berperan aktif dalam mendorong penduduk untuk bersekolah,
sekolah yang didirikan oleh pemerintah. Namun tidak dijelaskan apakah Raden
Hadji Mohamad Moesa seorang guru. Yang jelas buku-buku yang ditulisnya termasuk
buku dongeng ditujukan untuk anak-anak bersekolah.
Pada tahun 1862 Sati Nasoetion alias Willem
Iskander membuka sekolah guru di Tanobato, Afdeeling Mandailing en Angkola
(kini Tapanuli Bagian Selatan). Willem Iskander berangkat studi ke Belanda
tahun 1857 untuk mendapatkan akta guru. Setelah lulus guru di Belanda tahun
1861 kembali ke kampong halaman di Afdeeling Mandailing en Angkola, Residentie
Tapanoeli, Sekolah guru (kweekschool) yang didirikan Willem Iskander adalah
sekolah guru ketika di Hindia Belanda (baca: Indonesia) setelah yang pertama
didirikan di Soerakarta tahun 1851 dan yang kedua di Fort de Kock tahun 1856.
Semangat
Raden Hadji Mohamad Moesa dalam dunia pendidikan dan dalam dunia penulisan buku
boleh jadi menjadi perhatian pemerintah untuk memperluas jangkauan pendidikan
di Residentie Preanger. Pada tahun 1866 sekolah guru (kweekschool) dibuka di
Bandoeng. Dua tokoh penting di belakang pendirian sekolah guru ini adalah Raden
Hadji Mohamad Moesa dan pengusaha yang berminat pada etnologi Soenda, KF Holle.
Dengan dibukanya sekolah guru negeri di Bandoeng telah menambah jumlah sekolah
guru menjadi empat. Pada tahun 1865 sekolah guru yang didirikan oleh Willem
Iskander di Mandailing en Angkola telah diakuisisi oleh pemerintah.
Sekolah guru (kweekschool) Tanobato adalah
sekolah guru terbaik di Hindia Belanda. Penilaian ini muncul setelah kunjungan
Inspektur Pendidikan Pribumi, CA van der Chijs ke sekolah guru Tanobato. Untuk
meningkatkan guru-guru pribumi seperti yang diraih Willem Iskander, pemerintah
mengirim tiga guru muda untuk studi ke Belanda. Tiga guru muda tersebut adalah
Barnas Lubis dari Mandailing en Angkola, Raden Soerono dari Soeracarta dan
Raden Adi Sasmita dari Soemedang. Untuk membimbing tiga guru muda ini, Willem
Iskander diberi beasiswa untuk studi lebih lanjut di Belanda. Selama Willem
Iskander di Belanda, sekolah guru Tanobato ditutup. Diharapkan Willem Iskander
setelah lulus akta guru kepala di Belanda akan diproyeksikan menjadi direktur
sekolah guru yang baru di Padang Sidempoean yang akan dibuka pada tahun 1879. Pada
bulan Mei 1874 tiga guru muda plus Willem Iskander berangkat dari Batavia
menuju Belanda. Sementara itu di Garoet (ibu kota Limbangan), Raden Hadji
Mohamad Moes telah diangkat menjadi anggota komisi pendidikan (lihat
Bataviaasch handelsblad, 28-12-1874).
Dalam keanggotaan komisi ini juga termasuk KF Holle.
Dalam
perkembangannya dongeng tidak lagi hanya ditulis dalam bahasa dan aksara
Soenda, tetapi juga sudah ditulis dalam bahasa Melayu dan aksara Latin. Dongeng Soenda juga tidak hanya ditulis (dikompilasi)
oleh orang Soenda tetapi juga dongeng Soenda telah ditulis dalam bahasa Soenda
oleh orang non-Soenda. Buku berjudul Dewa Danda yang ditulis dalan bahasa dan
aksara Soenda ditulis oleh seorang Belanda AHG Blokzeijl. Tidak hanya sampai
disitu, buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda oleh JA Uilkens.
Buku dongeng Soenda bahasa Belanda ini kemudian dimuat dalam Tydschrift voor
Indische Taai- Land- en Volkenkunde bagian keempat edisi 18 tahun 1878. Itulah
penulisan dongeng di Tanah Soenda. Dongeng Soenda akhirnya dapat dibaca oleh
pembaca asing. Inisiatif Raden Hadji Mohamad Moesa dalam penulisan dongeng
Soenda telah memicu orang Belanda juga untuk menulis buku dongeng.
Java-bode voor Nederlandsch-Indie, 13-08-1886 |
Dongeng Tidak Sekadar
Dongeng: Dongeng di Radio Sejak 1939
Raden
Hadji Mohamad Moesa sudah lama tiada. Akan tetapi anak-anaknya plus menantu
masih hidup. Sudah barang tentu menghargai karya Bapa mereka dan menghidupkan
tradisi lisan dan tulisan dongeng dimana mereka menjabat. Anak bungsu Raden
Hadji Mohamad Moesa yang bernama Karta Di Koesoema sebagai Patih di Soekaboemi
akan terus melestarikan kegiatan ngadongen di Soekaboemi.
Karta Di Koesoema dengan gelar rangga mengawali
karir sebagai wedana di Panembong (lihat Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 03-10-1874). Empat tahun kemudian,
Raden Rangga Karta di Koesoema dipromsikan menjadi Patih di Regentschap Limbangan
(lihat Bataviaasch handelsblad, 05-12-1878).
Pada tahun 1885 Raden Rangga Karta di Koesoema sebagai Patih dipindahkan
sebagai Patih di Afdeeling Soekaboemi (lihat Bataviaasch handelsblad, 23-10-1885).
Seperti disebutkan sebelumnya, sang ayah meninggal pada tahun 1886. Patih
Soekaboemi, Raden Rangga Karta di Koesoema pensiun dengan uang pensiun sebesar
f1200 per tahun (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 23-07-1892). Raden Rangga Karta
di Koesoema tampaknya tetap berada di Soekaboemi meski sudah pensiun. Raden
Rangga Karta di Koesoema menikahkan dua putra sekaligus di Soekaboemi, yakni Raden
Demang Karta di Koesoema dan Raden Rangga Soeria Nata Legawa (lihat Java-bode :
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 20-12-1894). Pada
tahun 1897 Raden Karta di Koesoema diangkat sebagai Adjunct-Djaksa di Landraad
Soekaboemi (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 31-03-1897). Sementara itu, Raden Rangga Soeria Nata Legawa
sejak 1892 diangkat sebagai Patih Soekaboemi (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 10-09-1892). Raden Rangga Soeria Nata
Legawa tampaknya menggantikan posisi sang ayah sebagai Patih Soekaboemi..
Salah
satu cucu Raden Hadji Mohamad Moesa mengikuti jejaknya sebagai penulis. Sang
cucu, Raden Demang Soeria Nata Legawa yang kini menjadi Patih Soekaboemi pada
tahun 1896 disertakan dalam penulisan seri buku Mitranoetani dan Mitraning
Amongtaniteks dalam bahasa Soenda (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 14-12-1896).
Seri buku ini sebelumnya ditangani oleh adviseur-honorair voor inlandsche zaken.
KF Holle dan kini ditangani oleh HCH de Bie (yang menjadi rekan kerja Raden Demang
Soeria Nata Legawa). Sebagaimana diketahui KF Holle adalah rekan kerja Raden
Hadji Mohamad Moesa dalam awal penulisan buku-buku (berbahasa Soenda).
KF Holle meninggal dunia di Buitenzorg tahun
1896. KF Holle dapat dikatakan sebagai ‘pahlawan’ penduduk Preanger. Untuk
menghormatinya lalu muncul gagasan untuk mendirikan monumen KF Holle apakah di
Garoet atau di Bandoeng (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 14-05-1897). Dalam
pengusulan ini termasuk Raden Demang Soeria Nata Legawa dan WPD de Wolff van
Westerde, asisten residen Poerwokerto, Raden Adipati Aria Wira Tanoedatar
(Bupati Limbangan), Raden Adipati Soeraa Nata Ningrat (Bupati Lebak)..
Dongeng
Soenda mulai menarik perhatian orang-orang Belanda. Banyaknya jenis
dongeng-dongeng Soenda mulai ada upaya
untuk mengumpulkannya dan dilakukan pengelompokkan (lihat De Preanger-bode, 24-10-1922).
Disebutkan telah ditemukan cerita-cerita wajang, kisah-kisah tentang raja-raja,
orang-orang mulia di zaman kuno yang petualangannya dimulai secara tragis tapi dalam
pergumulan hidup mendapat keberuntungan yang bervariasi. Kelompok dongeng
lainnya adalah legenda, cerita fantastis, narasi simbolik, novel cinta,
pertempuran petualang. Semua itu disebut banyak dibaca.
Dalam pengelompokkan dongeng-dongeng ini mereka
menemukan bahwa karya-karya yang menurut
pengalaman, orang Sunda tidak begitu tertarik pada buku-buku bacaan praktis,
seperti buku-buku tentang hal-hal ilmiah, tentang seni atau ukiran, pelajaran
laut, dan tentang mata pelajaran yang melibatkan pemikiran. Satu karya yang membuat
pengecualian untuk ini dengan judul yang menarik, yang mencakup sesuatu seperti
seni perawatan untuk tetap muda menciptakan daya tarik yang sangat besar
sehingga orang ingin melihat atau membacanya karena penasaran. Terutama untuk anak-anak
dicatat bahwa mereka menyukai cerita-cerita lucu dari kehidupan sehari-hari.
Selain dongeng dan cerita, tentu saja juga untuk teka-teki sangat disukai.
Setelah
dianggap dongeng cukup luas pembacanya, radio juga mulai memprogrammnya dalam
acara dongeng di radio (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 11-11-1939). Program radio acara dongeng
ini dilakukan oleh Radio Nirom.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar