*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Di Jakarta ada namanya jalan Luutze. Nama jalan ini unik karena tidak ada di kota lain. Nama Lautze ditabalkan sebagai nama jalan untuk menggantikan Chinese Kerkweg terjadi pada tahun 1950 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 17-10-1950). Ruas jalan Lautze ini berada di antara jalan Taman Sari dan jalan Kartini di Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Di Jakarta ada namanya jalan Luutze. Nama jalan ini unik karena tidak ada di kota lain. Nama Lautze ditabalkan sebagai nama jalan untuk menggantikan Chinese Kerkweg terjadi pada tahun 1950 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 17-10-1950). Ruas jalan Lautze ini berada di antara jalan Taman Sari dan jalan Kartini di Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Java-bode, 17-10-1950 |
Apa hebatnya Lautze sehingga harus ditabalkan
menjadi nama jalan menggantikan Chinese Kerkweg? Itu die pertanyaannya. Lantas
siapa Lautze? Satu yang terpenting pada masa ini di jalan Lautze terdapat
masjid Tionghoa yang diberi nama masjid Lautze. Masjid ini unik karena berbau
Tionghoa. Nah, utuk menghindari gagal paham, mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Nama Jalan Lautze dan Nama Masjid Lautze
Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh
Belanda, tepatnya setelah RIS dibubarkan dan kembali ke negara kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) tanggal 17 Agustus 1950, mulai dilakukan
bersih-bersih. Sebanyak 120 nama jalan baru diumumkan untuk menggantikan nama
jalan lama yang berbau kolonial. Dari tiga puluh pertama yang beritakan surat
kabar, tiga diantaranya adalah Oranje Boulevard diubah sepenuhnya menjadi
Djalan Diponegoro, Nassau Boulevard menjadi Djalan Imam Bondjol dan van
Heutzboulevard menjadi Djalan Teuku Umar (lihat Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 10-10-1950). Pada publikasi 30 buah
yang keempat terdapat nama jalan Lautze yang menggantikan Chinese Kerkweg (lihat
Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 17-10-1950).
Bagaimana
mekanisme penentuan dan siapa saja yang dilibatkan tidak diketahui secara
jelas. Wali Kota Djakarta saat itu adalah Raden Soewirjo. Pada waktu yang sama
juga dilakukan di berbagai kota seperti di Bandoeng, Semarang, Soerabaja dan
Medan. Di Medan dibentuk komite yang terdiri dari tujuh orang yang lalu
disahkan oleh Wali Kota dalam peraturan. Boleh jadi hal serupa ini yang
dilakukan di Djakarta.
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di
blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah
menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping
pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar
lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya
dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang
tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar