*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini
Apakah Bondongan memiliki sejarah? Tentu saja ada, tetapi tidak hanya sekadar toponimi dan Taman Makam Pahlawan. Topografi wilayah Bondongan sebenarnya telah menceritakan sejarahnya sendiri. Tempo doeloe, sungai Tjikpakantjilan dibendung di beberapa titik untuk melembabkan sawah-wawah yang baru dicetak dan kebun-kebun buah-buahan yang baru ditanam. Di area inilah muncul perkampongan yang baru: kampong Bondongan.
Apakah Bondongan memiliki sejarah? Tentu saja ada, tetapi tidak hanya sekadar toponimi dan Taman Makam Pahlawan. Topografi wilayah Bondongan sebenarnya telah menceritakan sejarahnya sendiri. Tempo doeloe, sungai Tjikpakantjilan dibendung di beberapa titik untuk melembabkan sawah-wawah yang baru dicetak dan kebun-kebun buah-buahan yang baru ditanam. Di area inilah muncul perkampongan yang baru: kampong Bondongan.
Kampong Bondongan (Peta 1900) |
Nama kampong
Bondongan tidak hanya di daerah aliran sungai Tjipakantjilan, tetapi juga
ditemukan di Jawa [Bendongan]. Di daerah aliran sungai Tjitaroem di dataran
tinggi Priangan juga terdapat nama tempat Bandong [Bandoeng], pada posisi
dimana sungai Tjikapoendong jatuh ke sungai Tjitaroem. Di Batavia [Meester
Cornelis] ada juga nama tempat yang disebut Bendoengan [Oedik dan Ilir].
Okelah. Kita kembali ke sejarah kampong Bondongan. Untuk menambah pengetahuan,
mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’
seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan
sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil
kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini
tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang
lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah
disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih
menekankan saja*.
Bondongan:
Dari Batoetoelis ke Empang
Nama-nama tempat Batoetoelis, Bondongan dan Empang bukanlah
nama kuno, namun juga bukan nama baru. Ketiga nama tempat ini baru muncul pada
era VOC. Tiga nama ini tidak merujuk pada nama asli, tetapi nama yang terkesan diintroduksi
dari bahasa Melajoe [bendung, empang, batu tulis]. Nama-nama kampong ini muncul
sebagai penanda navigasi saat itu dimana terdapat situs yang penting. Bondongan
karena ada bendungan; empang karena ada yang diempang, dan batu tulis karena
ada batu bertulis (prasasti). Pada ekspedisi pertama nama-nama ini belum ada.
Kampong Batoetoelis (Peta 1900) |
Pada ekspedisi pertama (1687-1701) nama-nama yang
diidentifikasi adalah nama geografis seperti gunung Salak, sungai Tjisadane, sungai
Tjiliwong, sungai Tjipakoe dan sungai Tjikaret. Beberapa nama kampong yang
diidentifikasi di sisi (timur) sungai Tjiliwong antara lain Katoelampa, Paroeng
Benteng, Bantarkemang dan Tadjoer. Nama-nama kampong ini diduga kuat adalah
perkampongan baru setelah ekspedisi pertama (1687) yang mana Luitenant
Tanoedjiwa di Kampong Baroe diposisikan sebagai kepala wilayah (bupati).
Kampong Baroe kira-kira berada di Warung Jambu yang sekarang.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Bupati
Kampong Baroe Memimpin Pembangunan Pertanian
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar