*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini
Tempo doeloe terdapat kerajaan Tambora. Penduduknya, di medan yang berat sangat piawai mengendarai kuda. Penduduk satu wilayah kerajaan terkubur akibat letusan dahsyat gunung Tambora. Letusan gunung Tambora pada tanggal 5 April 1815 sangat menggelegar hingga terdengar keras di kota Makassar (dan juga terdengar hingga pulau Bangka, Sumatra). Peradaban Tambora lenyap.
Tempo doeloe terdapat kerajaan Tambora. Penduduknya, di medan yang berat sangat piawai mengendarai kuda. Penduduk satu wilayah kerajaan terkubur akibat letusan dahsyat gunung Tambora. Letusan gunung Tambora pada tanggal 5 April 1815 sangat menggelegar hingga terdengar keras di kota Makassar (dan juga terdengar hingga pulau Bangka, Sumatra). Peradaban Tambora lenyap.
Puncak gunung Tambora (Lukisan 1750); kawah Tambora (Now) |
Bagaimana gunung Tambora meletus adalah satu hal.
Hal lain yang juga perlu dicatat dalam sejarah adalah bagaimana situasi dan
kondisi sekitar pasca meletusnya gunung. Sudah barang tentu dampak letusan
gunung Tambora sangat luas, tidak hanya di pulau Sumbawa. Lalu bagaimana
dampaknya di pulau Lombok. Dampak yang
besar di pulau Lombok (timur) mengindikasikan letusan gunung Tambora sangat
dahsyat. Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Kecamatan Tambora (Now) |
Letusan Gunung Tambora
Suara letusan gunung sudah diketahui tanggal 5
April 1815. Namun tidak ada yang tahun dimana suara itu berasal. Surat kabar
satu-satunya di Hindia, Java government gazette edisi 20-05-1815 melaporkan kajadiannya dan posisi
letusan berada di Tambora. Ada jarak waktu antara kejadian tanggal 5 dengan
pemberitaan tanggal 20 karena komunikasi saat itu baru lisan dan tulisan. Penyelidikan
dimana suara itu dikirim ekspedisi dari Makassar dan kemudian dari Makassar
laporan itu dikirim ke Batavia lewat kapal laut. Lalu, beberapa bulan kemudian
berita letusan gunung Tambora menjadi viral di Eropa.
Saat
kejadian meletusnya gunung Tambora pada era pendudukan Inggris (1811-1816).
Orang Eropa terdekat dari TKP berada di Makassar. Jarak pelayaran antara Hindia
dengan Eropa (Inggris dan Belanda) masih melalui Afrika Selatan. Sementara
berita bad nwes, good news tersebut mengalir ke Eropa, surat kabar Java
government gazette secara berkala memberitakan perkembangannya selama hampir
sebulan setelah berita pertama. Untuk lengkapnya dapat dibaca pada blog ini: ‘Sejarah
Makassar (16): Letusan Gunung Tambora di Bima Terdengar di Makassar, 5 April
1815: Bagaimana Cara Membuktikan Letusan Berasal dari Gunung Tambora?’
Bagaimana dampak letusan gunung Tambora di (pulau)
Lombok tidak pernah muncul. Sebab, di pelabuhan Ampenan dan pelabuhan Bima sendiri yang tergolong pelabuhan ramai belum
ada orang Eropa yang berdiam (menetap) sehingga tidak ada yang mentransmisikan
ke surat kabar yang terbit di Batavia. Sejak kehadiran orang Eropa di Ampenan
(1830an) letusan gunung Tmabora sudah lama berlalu. Kehidupan di pulau Lombok
sudah nieuw normaal kembali.
Sejak
perang saudara di Lombok antara kerajaan Karang Asem Lombok dam kerajaan
Mataram Lombok meletus tahun 1838, pedalaman pulau Lombok semakin tertutup
dengan dunia luar. Orang Eropa-Belanda terhalang masuk ke pedalaman Lombok
karena kebijakan pemenang perang sausra Kerajaan Mataram Lombok sengaja tidak
sengaja membatasi orang asing masuk ke pedalaman Lombok. Baru pada tahun 1847 orang
Eropa-Belanda diberi izin memasuki pulau Lombok oleh radja Mataram Lombok,
sehubungan dengan terjadinya perang Bali (sejak 1846).
Pemerintah Hindia Belanda mengutus seorang
Jerman, ahli botani Heinrich Zollinger untuk melakukan ekspedisi ilmiah ke
pulau Lombok. Heinrich Zollinger telah mengelilingi seluruh pantai-pantai
Lombok dan mengunjungi sebagian besar pelosok-pelosok pulau Lombok. Heinrich
Zollinge juga sudah sampai ke gunung Rindjani dan telah melihat danau Sagara. Heinrich
Zollinger telah mengamati geologi pulau Lombok dan mengidentifikasi flora dan
faunanya. Sebagai seorang botanis, Heinrich Zollinger juga mengulas
pemahamannya tentang pertanian di pulau Lombok. Laporan ini telah dimuat pada jurnal
Tijdschrift voor Neerland's Indie edisi September 1847 dengan judul Het Eiland
Lombok. Dari laporan inilah diketahui bagaimana dampak letusan gunung Tambora
di Lombok.
Ada
jarak waktu yang jauh antara kejadian letusan gunung Tambora tahun 1815 dengan
waktu pengamatannya pada tahun 1847 (32 tahun). Bagi seorang awam datang ke
pulau Lombok pada tahun 1847 tentu saja tidak melihat apa yang pernah terjadi
di Tanah Sasak. Hal ini karena semua sudah hijau kembali, terdapat sawah-sawah
yang luas dan kebun-kebun dimana-mana yang sebagian besar hasilnya mengalir ke
pusatperdagangan di pelabuhan Ampenan. Pandangan pertama orang awam hanya
memahami tanak Sasak di Lombok subur yang luar biasa dan selalu tersedia
pengairan sepanjang tahun meski musim kemarau. Heinrich Zollinger telah membuat
pertanyaan sendiri dan menjawabnya sendiri tuntas di dala laporan ekspedisnya.
Kesan pertama Heinrich Zollinger ketika memasuki
pedalaman pulau Lombok, seperti orang awam, mengagumi kesuburan tanah Sasak
yang membuat raja tunggal Lombok, Radja Bali Selaparang di Mataram telah
mencapai kemakmuran. Namun secara perlahan-lahan Heinrich Zollinger mulai
memahami dengan pertanyaan-pertanyaannya yang baik dengan menjawabnya sendiri
dengan tepat. Luasnya ruang pengamatan Heinrich Zollinger di pulau Lombok dan
dengan analisis yang komprehensif, lalu Heinrich Zollinger menyimpulkan
kesuburan Tanah Sasak karena dua hal, yakni dampak letusan gunung Tambora di
Soemabawa dan keberadaan danau Sagara dan hutan-huran di gunung Rindjani Lombok
yang terus memasok air ke sungai-sungai yang mengalir ke berbagai tempat di
pulau Lombok.
Bentuk dasar lumbung padi penduduk Sasak |
Tunggu deskripsi lengkapnya
Apakah Penduduk Tambora Punah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar