*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini
Pulau terluar di utara Sulawesi tidak hanya Miangas, juga ada pulau Meares (kini disebut pulau Marore atau pulau Maru). Apa pentingnya pulau ini pada masa kini karena menjadi penanda tapal batas antara negara Filipina dan negara Indonesia. Pada masa lampau, pulau ini menjadi pananda navigasi untuk kapal-kapal Hindia Belanda (dengan Spanyol dan Amerika Serikat).
Lantas apakah ada sejarah pulau Marore? Nah, itu dia. Tidak tahu maka ingin tahu. Yang jelas nama pulau Marore atau pulau Maru tempo doeloe dicatat pulau Meares. Lalu bagaimana sejarahnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Pulau Meares
Sudah beberapa lama kepulauan di utara Manado dibentuk sebagai satu onderafdeeling dari Afdeeling Manado yakni onderafdeeling Sangir en Talaud, namun pejabat Pemerintah Hindia Belanda baru ditempatkan tahun 1882. Pejabat pemerintah setingkat Controleur tersebut berkedudukan di Taroena (pulau Groote Sangir). Dengan penempatan Controleur di Taroena, mengindikasikan ibu kota onderafdeeling Sangier en Talaud berada di Taroena. Ini akan membuka peluang bagi pulau Meares dikunjungi oleh pejabat pemerintah.
Pada tahun 1899 kapal Pemerintah Hindia Belanda melakukan pelayaran (patroli) ke pulau-pulau di onderafdeeling Sangir en Talaud (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 05-08-1899). Disebutkan kapal ss Edi berangkat dari Manado tanggal 9 Maret. Setelah mengunjungi beberapa tempat termasuk Liroeng, pada tanggal 13 Maret kapal tiba di pulau Kratoa (salah satu pulau di kepulauan Manoesa). Lalu keesokan harinya kapal tersebut berlayar ke pulau Palmas dimana terdapat kampong Miangas. Komandan kapal turun dan bertemu dengan kepala lampong Miangas. Setelah dari Miangas pelayaran patroli kapal ss Edi dilanjutkan dan berlabuh di pulau Meares,
Dari berbagai keterangan tersebut terdapat kesan bahwa pejabat pemerintah, dalam hal ini Controleur Sangir en Talaud yang berkedudukan di Taroena belum pernah berkuinjung ke pulau Meares. Pemberian lencana dan bendera oleh komandan kapal ss Edi kepada kepala kampong mengindikasikan bahwa penduduk pulau Meares resmi menjadi bagian dari Pemerintah Hindia Belanda yang dengan sendirinya berada di bawah kendali Controleur kepulauan Sangir en Talaud yang berkedudukan di Taroena. Namun yang tetap menjadi pertanyaan kapan Controelur berkunjung ke pulau yang paling terjauh (terluar) di kepulauaan Sangir tersebut?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Nama Meares Menjadi Marore
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar