*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Selatan di blog ini Klik Disini
Wilayah daratan pulau Kalimantan terbilang sangat luas (termasuk Brunei, Sarawak dan Sabah). Sedangkan anak pulau Kalimantan yang terluas adalah pulau Laut. Sebagai pulau satelit terbesar di pulau Kalimantan tentu menarik diketahui. Bagaimana sejarah pulau Laut tentu saja sudah ditulis. Yang jelas pulau Laut menjadi penting ketika Pemerintah VOC membangun benteng di Tanah Laut (Fort Tabanio, benteng kedua setelah benteng Bandjarmasin).
Lantas apa pentingnya sejarah Pulau Laut? Pulau Laut adalah pulau satelit terbesar di pulau Kalimantan (pulau Borneo). Tidak itu saja, di Tanah Laut dibangun benteng kedua Belanda (era VOC). Pulau Laut tidak hanya terdapat Kota Baroe, tetapi kota ini terhubung dengan sejarah Pelaihara di Tanah Laut. Oleh karena itu sejarah Pulau Laut tidak hanya mencakup sejaraj kabupaten Kota Baru tetapi juga sejarah kabupaten Tanah Laut. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Dimulai di Pulau Laut. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Benteng Tabanio: Terbentuknya Kota Baroe di Pulau Laut
Pada tanggal 6 Juli 1779, Pemerintah VOC membuat kesepakatan dengan Soeltan Bandjarmasin. Salah satu poin dalam perjanjian ini perihal tentang pembangunan benteng di Tabanio. Implementasi pembangunan benteng ini tahun 1780 dikirim Carl Friedrich Reimer untuk melakukan survei, pengukuran dan pembuatan desain awal. Dalam peta desain ini Reimer mengidentifikasi sebagai Fort op Tabenjauw (Tabanio),
Mengapa benteng kedua VOC dibangun di Tabanio? Tentu pertanyaan ini penting, karena rencana pembangunan benteng di Tabanio adalah benteng kedua VOC (setelah Bandjarmasin). Jika pembangunan benteng Tabanio dibangun untuk memperluas wilayah (pantai barat dan pantai timur Borneo) terkesan tidak masuk akal. Hal ini karena jarak kedua benteng akan sangat berdekatan.
Belanda pertama kali ke Borneo pada tahun 1601. Pada tahun 1619 pelaut Belanda terbunuh di Bandjarmasin yang kemudian meninggalkan pulau. Pada tahun 1706 Inggris mendirikan pabrik di Bandjarmasin namun timbul perselisihan dengan Soeltan Bandjarmasin. Inggris juga meninggalkan Borneo. Belanda (VOC) kembali mendirikan perusahaan di Bandjarmasing pada tahun 1711. Pada tahun 1747 Pemerintah VOC mendirikan benteng di Bandjarmasin. Namun tidak diketahui jelas dimana posisi benteng. Sementara berdasarkan Peta 1741 Bandjarmasin yang berada di tepi timur sungai Bandjarmasing diidentifikasi sebagai Out Bandjarmasin (Bandjarmasing Lama). Kerajaan Bandjarmasin diduga telah relokasi ke Martapoera. Besar dugaan letak benteng Bandjarmasing di Out Bandjarmasin.
Satu-satunya jawaban adalah benteng Bandjarmasin yang berada di pedalaman (di sungai Bandjarmasin) tidak memiliki escape jika terjadi serangan. Sebab muara sungai Bandjarmasin terbuka. Besar dugaan benteng Tabanio direncanakan dibangun adalah untuk melindungi benteng Bandjarmasin (ke dalam) dan menjadi benteng pertama ke pantai timur Borneo (wilayah yang masih sangat rawan). Jalur navigasi pelayaran VOC ke China dan Jepang melalui pantai barat Borneo.
Wilayah pantai timur Borneo (Pasir, Koetai, Beraou, Tawi-Tawi (Soeloe) dan Mindanao adalah wilayah terisolir dari berbagai pusaran perdagangan Eropa (Belanda, Spanyol dan Inggris). Urutannya sebagai berikut: Portugis mengusir Spanyol dari Ternate dan kemudian menyingkir ke Manila (Filipina). Lalu kemudian Belanda mengalahkan Portugis di Ternate. Pada tahun 1659 Belanda mengusir Spanyol dari Manado, Sangir dan Talaud yang kemudian mendirikan benteng di Manado pada tahun 1679. Lalu kemudian VOC (Belanda) menaklukkan kerajaan Gowa. Lalu VOC kembali ker Bandjarmasing (Borneo) pada tahun 1711. Sementara itu Inggris semakin intens dari India via Atjeh dan Selat Malaka ke Tiongkok. Pantai barat Borneo adalah navigasi pelayaran VOC dari Batavia ke Jepang. berada di antara Spanyol (Manila dan Luzon) dan Inggris (pantai timur Tiongkok). Oleh karenanya terbentuk kawasan yang jarang dikunjungi orang Eropa (pantai timur Borneo, pantai utara Borneo dan selatan Mindanao dan Soeloe.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tanah Laut dan Pulau Laut: Terbentuknya Kota Pelaihari
Pembangunan benteng Tabanio tampaknya tidak terlaksana. Boleh jadi hal ini karena Pemerintah VOC mulai melemah. Ini seiring dengan pendudukan Prancis di Belanda pada tahun 1794. VOC sendiri sebelumnya sudah mulai sibuk urusan perang ketika Inggris memindahkan skuadronya dari Calcutta ke pantai barat Sumatra (Bengkoelen) pada tahun 1787. Akhirnya militer Prancis menduduki Batavia (Java) pada tahun 1795. Sejak ini diduga bagi VOC semakin sulit untuk mempertahankan Borneo dan mulai fokus ke Jawa dan Madoera (sehubungan dengan kehadiran militer Prancis). Akhirnya VOC dibubarkan pada tahun 1799. Tamat sudah VOC, pembangunan benteng Tabanio hanya rencana tinggal rencana hingga terjadinya pendudukan Inggris.
Pada saat Prancis menguasai Jawa dan Madoera, Inggris merajalela di mana-mana di luar Jawa dan Madoera. Setelah kedudukannya mulai di pantai barat Sumatra yang berpusat di Bengkoelen, Inggris menyisir VOC di Amboina, Manado dan Banda (kecuali Ternate masih dapat dipertahankan). Inggris yang sudah kuat di selat Malaka dan pantai timur Tiongkok merangsek ke Borneo (setelah tahun 1706 meninggalkannya). Namun Inggris tidak begitu tertarik di Moloeca, Manado dan Borneo. Inggris tampaknya sedang mengincar Jawa dan Madura. Pada era Gubernur Jenderal Daendels, tidak lama setelah VOC meninggalkan Borneo (Bandjarmasin) militer Inggris menduduki Batavia pada tahun 1811 (dan kemudian seluruh Jawa dan Madura). Namun Inggris tidak lama. Pada tahun 1816 harus mengembalikan Jawa dan Madoera kepada Belanda. Beberapa wilayah Inggris enggan dilepaskan Inggris termasuk pantai barat Sumatra dan Borneo.
Pada tahun 1818 Inggris melepaskan pantai barat Sumatra dan Bandjarmasin. Pada tahun 1819 Pemerintah Hindia Belanda (suksesi VOC) mulai membentuk cabang pemerintahan di luar Jawa dan Madoera termasuk di pantai barat Sumatra di Tapanoeli dan di pantai selatan Borneo di Bandjarmasin. Namun tidak lama kemudian (1821) terjadi pemberontakan di pantai barat Sumatra (kaoem Padri) dan di pantai barat Borneo (orang-orang Cina). Setelah pemberontakan Cina di pantai barat Borneo dapat dikendalikan, Pemerintah Hindia Belanda kembali mempertimbangkan untuk membangun benteng Tabanio.
Pembangunan benteng Tabanio ini diduga terkait dengan reorganisasi pembentukan cabang Pemerintah Hindia Belanda di Zuid en Oostkust van Borneo yang secara resmi dimulai pada tahun 1826. Pusat pemerintahan Belanda berada di Bandjarmasin dan kesultanan di Martapoera.
Pembangunan benteng Tabanio sangatlah penting bagi Pemerintah Hindia Belanda. Dengan ibu kota di Bandjarmasin, sistem pertahanan dipandang tidak memadai meski sudah ada garnisun di selatan dan di utara Bandjarmasin. Untuk melindungai Bandjarmasin dan Martapoera terdapat kersepakatan antara pemerintah dan Soeltan untuk membangun benteng di Tabanio. Benteng ini akan menghubungan pantai di Tabanio dengan Martapoera di pedalamman melalui Pelaihari dan Tjampaka.
Dalam perkebangan lebih lanjut, Pemerintah Hindia Belanda, karena menganggap kurang aman di Kota Baroe (Pulau Laut) karena sultan-sultan di pantai timur Bornero belum koperatif, sebagai cabang lain pemerintahan lalu dipindahkan ke Pelaihari, Hal ini karena keberadaan benteng Tabanio dan juga untuk mendekatkan diri ke Martapoera. Perpindahan dari Kota Baroe ke Pelaihari menjadi sebab nama district keudian disebut district Tanah Laut (nama yang menggabungkan nama Tanah Laut dengan daratan). Dalam hal ini ibu kota district Tanah Laut di Pelaihari.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar