*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini
Apakah ada sejarah Kolaka? Tentu saja ada. Hanya saja kurang terinformasikan. Lantas mengapa tidak ada yang menulis sejarah Kolaka? Hal itu boleh jadi karena keterbatasan data. Memang sejarah adalah narasi fakta dan data. Namun sejarah Kolaka tetaplah menarik untuk diperhatikan dan narasikan dengan baik. Sebap pada masa kini wilayah Kolaka yang tempo doeloe sangat luas, kini terlah menjadi tiga wilayah kabupaten.
Lantas bagaimana sejarah Kolaka.? Seperti disebut di atas sejarah Kolaka dapat dikatakan kurang terinformasikan. Yang jelas kini wilayah Kolaka terdiri dari tiga kabupaten, yaitu: kabupaten Kolaka, kabupaten Kolaka Utara dan kabupaten Kolaka Timur. Lalu bagaimana sejarah Kolaka secara keseluruhan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Kolaka: Riwayat Kerajaan Luwu
Pada dasarnya secara historis wilayah provinsi Sulawesi Tenggara yang sekarang, pada masa lampau meliputi tiga wilayah: Buton, Kolaka dan Konawe. Seperti disebut di atas, di wilayah Konawe terbentuk (kota) Kendari, sementara di wilayah Buton terdapat Kerajaan Buton (yang terkenal sejak zaman kuno), sedangkan di wilayah Kolaka penduduk berinteraksi dengan penduduk di perairan teluk dimana terdapat kerajaan kuno Kerajaan Luwu yang kemudian suksesinya Kerajaan Bone. Dalam hal ini wilayah Konawe berinteraksi dengan navigasi pelayaran perdagangan di (kerajaan Banggai) dan (kerajaan Ternate), wilayah Buton dengan (kerajaan Makassar) dan (kerajaan) Ternate (Maluku) dan wilayah Kolaka dengan (kerajaan Luwu) dan (kerajaan Bone).
Nama Kolaka sendiri, paling tidak baru diberitakan pada tahun 1903 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 11-04-1903). Disebutkan Sarasin, seorang ahli geografi mengujungin wilayah Kolaka untuk suatu penyelidikan ilmiah. Sarasin sendiri menyatakan bahwa wilayah (daratan) semenanjung tenggara Sulawesi ini kurang dikenal (nyaris tidak terinformasikan). Dalam hal ini dapat dikatakan Sarasin adalah orang asing pertama yang membuat wilayah ini dapat dikenal secara luas. Jauh sebelumnya di wilayah tengah pulau Sulawesi Kruijt dan Andriani sudah lama bekerja dan menghasilkan banyak tulisan (dan wilayah tengayh Sulawesi) sudah terinformasikan dengan baik). Perbedaan bahasa Tolaki dengan bahasa-bahasa lain dengan bahasa bertetangga sekitar 81-100 persen.
Lantas mengapa wilayah Kolaka kurang terinformasikan, Boleh jadi hal itu karena wilayah Kolaka berada selama ini berada di bawah bayang-bayang nama besar Buton dan Luwu. Sebagaimana diketahui nama Luwu dan Buton serta Banggai sudah dikenal secara luas dari zaman kuno sebagai pusat perdagangan yang penting (yang telah diidentifikasi dalam teks Negarakertagama, 1365). Dalam navigasi pelayaran perdagangan wilayah perairan (teluk Luwu/Bone) dan juga teluk Tomini yang dapat dikatakan tersembunyi dari navigasi pelayaran perdagangan internasional (sejak era Portugis dan VOC). Namun demikian, di wilayah Kolaka, secara domestik perngaruh Luwu dan Buton dapat dikatakan cukup intens.
Di teluk Mengkoka terdapat beberapa kampung yang cukup besar (yang terdiri dari sekitar 20 rumah) yang dihuni orang-orang Bone dan orang-orang Luwu serta orang-orang Toraja, yang dipimpin oleh (orang) Kolaka; beberapa pedagang Cina tinggal disini. Yang diimpor adalah beras, kain, minyak bumi, dan barang keperluan sehari-hari; sementara yang dikeluarkan dari wilayah ini adalah damar dan rotan. Lalu lintas pelayaran prahu cukup sibuk disini dari dan ke teluk Pau Pau dan Sindjai dan kota-kota yang lebih utara di sisi lain di teluk Boni. Perdagangan minuman jarang. Kadang-kadang perwakilan pangeran Boni datang ke Kolaka untuk mengatur bisnis, tetapi sebenarnya kepala kampung tidak di sana. Dalam laporan ini juga dihasilkan peta yang diberi judul Zuidkust Celebes. Golf van Boni. Vaarwaters naar de Mengkoka-baai (1904). Orang yang pertama memasuki wilayah pedalaman (Kolaka) diduga dalam hal ini adalah Sarasin.
Sejak kehadiran Sarasin di Kolaka, nama Kolaka mulai kerap disebut-sebut. Dalam berbagai laporan, sebagaimana dapat dibaca pada surat kabar De Preanger-bode, 28-12-1905 bahwa lanskap Mengkoka (Kolaka) meulai dari Poelang hingga Usu yang berada di bawah pengaturam Datu Luwu yang kemudian diambil alih Sulewatang (Bone) yang kemudian diserahkan kepada wakil Kolaka. Hal itu mengapa pangeran Bone menarik pajak di Mengkoka tetapi dengan sewenang-wenang. Setelah berakhirnya pera di Loewoe dengan pemerintah Hindia Belanda, Mengkoka dikembalikan kepada Loewoe. Sejak pemerintah Hindia Belanda menempatkan Asisten Residen di Sinjai situasi dan kondisi di teluk Mengkoka menjadi lebih tertata yang secara faktual diwakili oleh pejabat setingkat Controleur Loewoe di Palopo.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kolaka dari Waktu ke Waktu
unggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar