*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Blok
Rokan kini menjadi heboh. Blok sumber minyak di pantai timur Sumatra ini kini
pengelolaannya sejak 9 Agustus 2021 di bawah Pertamina (PT Pertamina Hulu Rokan,
PHR) setelah proses ambil alih dari PT Chevron Pacific Indonesia. Konon, Blok
Rokan ini terbilang ladang minyak terbesar kedua di Indonesia. Blok Rokan ini
sebelumnya dihubungkan dengan Caltex, Stanvac dan Shell.
Blok Rokan adalah suatu area wilayah kerja pertambangan
(minyak) yang meliputi lima kabupaten di provinsi Riau. Lima kabupaten tersebut
adalah kabupaten Bengkalis, kabupaten Siak, kabupaten Kampar, kabupaten Rokan
Hulu dan kabupaten Rokan Hilir. Mengapa disebut Blok Rokan? Yang jelas nama
sungai Rokan sudah dikenal sejak masa lampau. Muara sungai Rokan pada zaman
kuno (era Hindoe Boedha) jauh di pedalaman, sehingga muara sungai tidak terlalu
jauh dari pusat peradaban di pedalaman di mana kini ditemukan candi Manggis
(bagian dari percandian Padang Lawas) dan candi Muara Takus. Besar dugaan di
zaman kuno lima kabupaten ini adalah suatu peraiaran (laut) dimana sungai
besar, sungai Rokan dan sungai Kampar bermuara.
Lantas
bagaimana sejarah Blok Rokan sebagai kawasan sumber minyak? Seperti disebut di
atas, Blok Rokan ini kini pengelolaannya telah diambila alih pemerintah. Namun
kita tidak berbica tentang bisnis minyak masa kini, tetapi tentang sejarah awal
kawasan Blok Rokan. Yang jelas kini Blok Rokan ini berada di pantai timur
Sumatra, tetapi di masa lampau posisi GPSnya berada di muara sungai Rokan. Bagaimana
bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan
artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel
saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja*.
Blok Rokan di Pantai Timur
Sumatra: Proses Sedimentasi Zaman Kuno di Muara Sungai Rokan
Tidak
ada kawasan lahan gambut yang masif di (pulau) Jawa. Kawasan lahan gambut yang
luas hanya ditemukan di (pulau) Sumatra, pulau Kalimantan dan (wilayah) Papua.
Kawasan lahan gambut mengindikasikan proses sedimentasi bahan fosil (terutama
tumbuhan) yang masih berumur muda. Secara teoritis dalam jangka panjang, bahan
fosil ini bisa berubah menjadi berbentuk batubara atau minyak (rantai karbon). Pada
peta masa kini, kawasan lahan gambut cenderung berdampingan dengan kawasan
pertambangan batubara dan kawasan pertambangan minyak. Salah satu kawasan
minyak di pantai timur Sumatra kini dikenal sebagai Blok Rokan.
Blok Rokan sebagai area konsesi pertambangan
minyak berdasarkan pemetaan (eksplorasi) masa kini meliputi kawasan yang sangat
luas. Seperti di sebut di atas kawasan Blok Rokan ini meliputi lima kabupaten.
Jika dibandingkan peta kolam-kolam minyak bawah tanah di Blok Rokan dengan peta
kawasan lahan gambut di wilayah yang sama maka gambar yang muncul ke permukaan
adalah wilayah tersebut berada di tiga daerah aliran sungai yang berhulu
dipedalaman, yakni sungai Rokan, susngai Siak dan sungai Kampar. Peta kawasan
ladang-ladang minyak https://www.ruangenergi.com
Lantas
mengapa kawasan gambut dan kawasan ladang-ladang minyak di Blok Rokan begitu
masif relatif terhadap wilayah yang lain di wilayah pantai timur Sumatra?
Tentulah hal itu harus dikaitkan dengan kegiatan (aktivitas) penduduk yang
sangat masif di pedalaman pada zaman kuno. Sebagaimana diketahui bahwa tiga
sungai besar (Rokan, Siak dan Kampar) berhulu di wilayah pegunungan yang
berdekatan satu sama lain yakni wilayah Mandailing Angkola (kini provinsi
Sumatra Utara) dan wilayah Rao (kini provinsi Sumatra Barat). Dua wilayah penduduk
di pegunungan ini sejak zaman kuno sudah dikenal sebagai pusat pertambangan
emas (sejak era Nabi Nuh, pegunungan Ophir sebagaimana disebut dalam kitab
suci). Pada tiga wilayah hulu sungai inilah terdapat candi-candi zaman kuno.
Adanya candi-candi zaman kuno di wilayah
pedalaman Sumatra di perbatasan Sumatra Utara dan Sumatra Barat sebenarnya
mengindikasikan wilayah itu di zaman kuno sebagai pusat peradaban. Candi tertua
adalah candi Simagambat di pertemuan sungai Batang Angkola dan sungai Batang
Gadis yang mengalir ke pantai barat Sumatra. Percandian Padang Lawas di
pertemuan sungai Batang Pane dan sungai Barumun yang mengalir ke pantai timur.
Candi Manggis dilalui sungai Rokan (kanan( yang kemudian bergabung dengan
sungai Rokan (kiri) lalu mengalir ke pantai timur Sumatra. Demikian juga candi
Muara Takus dilalui sungai Kampar (kanan) yang dihilir bertemua sungai Kampar
Kanan yang kehilir bermuara ke pantai timur Sumatra. Kawasan candi Muara Takus
ini juga menjadi hulu sungai Siak yang mengalir ke pantai timur Sumatra. Semua
sungai-sungai yang mengalir ke pantai timur ini masuk ke wilayah tangkapan air
yang kini menjadi wilayah gambut dari muara sungai Barumum hingga sungai muara
sungai Kampar (lihat peta). Di wilayah belakang kawasan gambut inilah ditemukan
ladang-padang minyak (lihat peta). Kawasan ladang-ladang minyak yang berada
jauh di belakang pantai (gambut) diduga kuat menjadi muara sungai Rokan, sungai
Siak dan sungai Kampar. Dengan kata lain garis pantai pada zaman kuno jauh
berada di pedalaman. Dalam hal ini pulau Sumatra zaman kuno lebih ramping jika
dibandingkan sekarang. Adanya ladang minyak di belakang garis pantai pedalaman
(zaman kuno) diduga rawa-rawa di daerah aliran sungai dimana terjadi proses
sedimentasi fossil (sampah-sampah tumbuhan dari pedalaman).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Sejarah Eksplorasi dan
Eksploitasi Minyak di Pantai Timur Sumatra
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar