*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Manila kini adalah kota metropolitan tang menjadi ibu
kota negara Republik Filipina. Kota orang Tagalog ini berada di teluk Manila. Wilayah
Manila ini kini seakan memisahkan teluk Manila dengan danau Laguna. Kini hanya
dihubungkan oleh sungai Pasig. Apakah pada masa lalu teluk dan danau menjadi
satu kesatuan perairan/laut?
Laguna de Bay adalah danau terbesar di Filipina dan kedua terbesar di Asia Tenggara setelah Danau Toba di Indonesia. Danau ini terletak di Pulau Luzon antara Provinsi Laguna di selatan dan Rizal di utara. Metro Manila terletak di tepi baratnya. Luas permukaan danau ini adalah 949 kilometer persegi dan memiliki kedalaman rata-rata sekitar 2 meter. Laguna de Bay mengalir ke Teluk Manila melalui Sungai Pasig. Di tengah danau ini terletak sebuah pulau yang bernama Pulau Talim, yang merupakan bagian dari Binangonan, Rizal dan Cardona, Rizal di Provinsi Rizal. Prasasti Lempeng Tembaga Laguna ditemukan pada tahun 1989 di Laguna de Bay, Manila, Filipina. Penanggalan yang tertera menunjukkan tahun 822 Saka, atau 21 April 900. Prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno meskipun banyak kata-kata dari bahasa Sanskerta, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Tagalog Kuno serta ditulis dengan aksara Kawi. Gulungan tembaga ini agak berbeda pembuatannya apabila dibandingkan dengan gulungan tembaga dari Jawa semasanya. Huruf-huruf pada keping Laguna ditatah pada kepingnya langsung, sedangkan di Jawa ditulis pada keping yang dipanaskan dan menjadi lunak. Isi prasasti ini mengenai pernyataan pembebasan hutang emas terhadap seseorang bernama Namwaran. Di dalamnya juga menyebutkan sejumlah nama tempat di sekitar Filipina (Tondo, Pila, dan Pulilan) dan tempat yang belum bisa dipastikan (Dewata dan Medang). Prasasti ini menjadi petunjuk mengenai adanya pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Pulau Luzon pada awal abad X. (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah geomorfologi teluk Manila pulau Luzon dan danau Laguna? Seperti disebut di atas, danau Laguna adalah danau terbesar kedua di Asia Tenggara setelah danau Toba. Danau ini diduga tempo doeloe Bersatu dengan teluk Manila. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi teluk Manila pulau Luzon dan danau Laguna? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Geomorfologi Teluk Manila Pulau Luzon dan Danau Laguna; Danau Terbesar Kedua Setelah Danau Toba
Peta 1720 masih mengindikasikan bahwa teluk Manila dan danau Laguna dapat dikatakan masih terhubung. Hanya saja belum terpisah sepenuhnya. Dalam hal ini Kota Manila berada di sisi luar di suatu pulau yang besinggungan dengan teluk dan pulau lain di sisi dalam yang bersinggungan dengan danau. Tanda-tandanya pada masa ini cukup jelas sebagai sungai Pasig.
Pada masa ini salah satu sisi pulau menjadi sungai Pasig yang bersumber dari danau dan sisi yang lain menjadi sungai Taguig. Sungai Taguig bermuara ke sungai Pasig (pulau Taguig di dalam danau). Di arah muara sungai Pasig juga terdapat pulau (kemudian menyatu dengan daratan). Pada pertemuan sungai Taguig dengan sungai Pasig juga bermuara sungai Marikina (yang bersumber dari pegununungan). Dalam peta masa kini, danau disodet dengan membuat kanal yang dialirkan ke sungai Marikina (besar dugaan pembuatan kanal dimaksudkan untuk pengendali banjir).
Sungai Pasig pada masa ini dari danau ke teluk Manila hanya sekitar 27 Km. Dalam hal ini dapat dikatakan danau Laguna adalah perairan teluk yang terjebak di bagian dalam karena terjadi proses sedimentasi jangka Panjang di bagian sempit teluk yang kemudian menjadi rawa-rawa dan terbentuk daratan baru (dimana kini pusat Kota Manila). Oleh karena danau Laguna terbentuk dari suatu perairan teluk maka kedalamannya juga cukup dangkal, lebih-lebih terus terjadi proses sedimentasi di dasar danau (kini kedalaman danau hanya sekitar dua meter). Danau Laguna ini hingga kini masih sangat luas (disebutkan danau terbesar kedua di Asia Tenggara setelah danau Toba di Sumatra bagian utara)
Kampong/kota Manila sesuai Peta 1720 tidak berada di pantai tetapi di belakang pantai yang diduga berada di pertemuan sungao Pasig, sungai Taguig dan sungai Marikina. Lalu dalam perkembangannya pemerintah Spanyol membangun benteng di muara sungai Pasik (sisi selatan sungai) yang disebut Fort Santiago (dalam Peta 1720 benteng Santiago masih berada di luar teluk di pantai arah seletan pintu teluk (di teluk Balayan). Tipologi pembentukan awal kota colonial Manila (cikal bakal kampong Manila) yang bermula di Fort Santiago mirip dengan pembentukan awal kota colonial Jakarta (cikal bakal kampong Jacarta) yang bermula di Fort Batavia. Dalam peta-peta yang lebih baru area kota sudah berada di dekat pantai (tidak jauh dari benteng Santiago).
Sungai Pasig ini awalnya adalah jalur perairan sempit dari lautan/luar ke pedalaman. Namun karena proses sedimentasi jangka panjang jalur perairan sempit ini menyempit menjadi sungai (sungai Pasig). Terbentuk pulau Taguig di arah hulu sungai Pasig di danau lambat laun terdapat perbedaan tinggi permukaan danau dengan permukaan laut di teluk. Hal itulah yang mengakibatkan arus sungai terbentuk dari dana ke jalur pantai. Arus air ini semakin deras karena danau yang terbentuk di bagian dalam yang sangat luas dimana sejumlah sungai-sungai kecil bermuara.
Berdasarkan Peta 1720, nama-nama tempat yang diidentifikasi selain kampong/kota Manila, juga diidentifikasi nama Laguna (yang kemudian menjadi nama danau) dan nama Tondo (suatu daerah/aliran sungai di arah utara sungai Marikina. Nama Tondo akan mengingatkan kita dengan salah satu nama (tempat) yang dicatat dalam prasasti Laguna (900 M). Dalam hal ini nama Tondo di sekitar teluk Manila sudah eksi paling tidak selama 800 tahun (suatu masa yang sangat lama).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Danau Laguna Terbesar Kedua Setelah Danau Toba: Apakah Ada Relasi Pensduduk Antara Pantai Timur Sumatra dan Teluk Manila?
Dalam peta-peta awal Portugis, pulau-pulau di Filipina sudah diidentifikasi. Bagaimana mereka menggambarkan pulau-pulau itu sebenarnya masih sangat sederhana. Pulau Mindanao sudah digambarkan dengan baik. Satu yang penting dalam hal ini pulau Luzon seakan terpisah dua bagian yang mana dipisahkan oleh suatu rawa besar/pulau-pulau yang banyak di sekitar teluk Manila. Dalam hal ini boleh jadi antara teluk Manila dan danau Laguna masih berupa perairan luas dimana diantaranya terdapat pulau-pulau kecil. Ini mengindikasikan bahwa danau Laguna belum terbentuk.
Setelah Portugis menaklukkan Malaka tahun 1511, navigasi pelayaran perdagangan Portugis langsung diarahkan ke Maluku. Pada tahun 1516 Portugis membuka pos perdagangan di muara sungai Canton di pantai timur Tiongkok. Namun pada tahun 1519 terjadi perselisihan antara Portugis dan Tiongkok yang menyebabkan Portugis terusir dari Canton. Pada tahun 1521 Spanyol menemukan jalan hingga ke Filipina di pulau Zebu. Setelah Portugis terusir dari Canton, Portugis membuka hubungan perdagangan dengan Brunai tahun 1524 (sejak inilah nama pulau disebut Borneo). Pelaut-pelaut Portugis memperluas perdagangan hingga pulau Parago (kini Palawan) hingga ke pulau Luzon. Pada tahun 1537 Mendes Pinto tiba di Malaka. Mendes Pinto melakukan kunjungan ke pantai timur Sumatra di Kerajaan Aru Batak Kingdom. Dalam laporannya Mendes Pinto menyebutkan Kerajaan Aru Batak Kingdom adalah kerajaan yang kuat yang pernah menyerang kerajaan Malaka (sebelum kehadiran Portugis). Mendes Pinto menyatakan kekuatan militer Kerajaan Aru sebanyak 15.000 pasukan yang mana delapan ribu adalah orang Batak dan sisanya didatangkan dari Minangkabau, Jambi, Indragiri, Brunai dan Luzon.
Bagaimana situasi dan kondisi di pulau Luzon saat mana Mendes Pinto menyebut pasukan Kerajaan Aru Batak Kingdom di pnatai timur Sumatra didatangkan dari Luzon tidak diketahui secara jelas. Namun pulau Luzon sudah dipetakan oleh pelaut-pelaut Portugis. Yang jelas dalam hal ini ada hubungan antara Kerajaan Aru di pantai timur Sumatra dengan pantai utara Borneo dan pulau Luzon. Sejak Spanyol dan Portugis menemukan jalan ke pulau-pulau di Filipina terjadi persaingan diantara mereka. Persaingan itu tidak hanya di Maluku tetapi juga di pulau-pulau Filipina. Dalam perkembangannya Portugis lebih konsentrasi di selatan sedangkan Spanyol terkonsentrasi di tengah hingga merangsek ke utara di pulau Luzon.
Dalam berbagai tulisan disebut sejarah kampong (kota) Manila bermula saat
pelaut Spanyol Miguel López de Legazpi tiba di Manila pada tanggal 24 Juni 1571
yang mengambil keuntungan dari konflik wilayah Tondo versus Manila untuk
membenarkan pengusiran atau pemindahan penjajah Muslim Brunei yang mendukung
pengikut Manila. Sementara cucu Miguel dari Meksiko Juan de Salcedo menikah
dengan seorang putri Tondo, López de Legazpi memerintahkan agar bangsawan lokal
dieksekusi atau diasingkan setelah kegagalan Konspirasi Maharlikas, sebuah plot
di mana aliansi antara datu, raja, pedagang Jepang dan Kesultanan Brunei akan
bersatu untuk mengeksekusi orang Spanyol, bersama dengan Amerika Latin mereka.
rekrutan dan sekutu Visayan. Orang Spanyol yang menang menjadikan Manila, ibu
kota Hindia Timur Spanyol. Pada tahun 1574 Manila dikepung oleh bajak laut Cina
Lim Hong, yang akhirnya digagalkan oleh penduduk setempat. Setelah pemukiman
Spanyol, Manila segera dibangun yang menjadi bagian Keuskupan Agung Meksiko.
Pada tahun 1665 seorang belanda Johannes Vingboons mengunjungi Manila. Dalam lukisannnya Manila digambarkan hanya (masih) wujud suatu koloni (Spanyol) berupa benteng (fort) dengan empat bastion pada masing-masing sudut. Kota benteng ini berada di huk sungai Papangan (kini sungai Pasig) dan laut (teluk Manila). Di Dalam benteng kota ini terdapat sejumlah bangunan yang didiami oleh orang-orang Spanyol. Di sebelah utara di seberang sungai terdapat sejumlah rumah yang terpencar-pencar dan terdapat satu banguan besar sebagai gereja. Demikian juga di ssebalah utara sepanjang pantai terdapat sejumlah rumah dan juga terdapat banguna besar sebagai gereja. Di sebelah timur di belakang benteng juga terdapat beberapa rumah. Kota benteng Manila di sisi luarnya terdapat perkampongan. Pada bagian lain teluk di suatu tanjung juga terdapat kota benteng (Fort Cavila atau Cabitta). Di bagian dalam (sebelah selatan) kota benteng Cavila ini juga terdapat perkampongan dengan bangunan besar berupa gereja. Kota benteng Cavila tampaknya pelabuhan perdagangan. Kota Cavila atau Cabitta ini kini disebut Kota Cavite.
Sebagaimana diketahui setelah Belanda/VOC mengusir
Portiugis dari Maluku, hanya tinggal satu kekuatan lagi yang bersaing yakni
Spanyol di Ternate. Spanyol sendiri sudah sejak lama eksis di Zebu dan
pulau-pulau Filipina lainnya. Setelah Belanda berhasil mengusir Portugis dari
Malaka (1641) dan Kamboja (1642), kemudian pada tahun 1657 Belanda berhasil
mengusir Spanyol dari Ternate dan Manado. Pada tahun tahun 1661 di Manado sudah
ditempatkan seorang pejabat VOC (setingkat Residen). Pada tahun 1665 di Manado
mulai dibangun benteng VOC (Fort Amsterdam). Sejak inilah Spanyol (hanya)
terkonsentrasi di Filipina (minus pulau-pulau di selatan seperti Mangindanao,
Soeloe dan Tawi-Tawi serta Paragoa/Palawan). Boleh jadi Johannes Vingboons
mengunjungi Manila tahun 1665 karena situasi dan kondisi sudah kondusif.
Bagaimana situasi dan kondisi di teluk Manila sebelum kehadiran Portugis/Spanyol tidak diketahui secara jelas. Namun teluk Manila jelas bukan wilayah perdagangan baru, tetapi diduga kuat menjadi salah satu pusat perdagangan sejak zaman lampau (lihat prasasti Laguna, 900 M). Bagaimana situasi di Kawasan berdasarkan catatan prasasti Laguna 900 satu yang pasti disebutkan nama Tondo. Seperti dideskripsikan di atas, wilayah Tondo di utara bertetangga dengan wilayah Manila di selatan. Jelas dalam hal ini nama Tondo jauh lebih tua daripada Manila.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar