*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Apa pentingnya Kota Kamboja? Yang jelas, seperti
Malaka, Kota Kamboja diakuasai oleh VOC (Belanda) tahun 1642. Tentu saja tidak
hanya itu. Secara historis, disebut Kota Kamboja adalah kota kuno yang disebut
dalam catatan geografi Ptolomeus abad ke-2 dengan nama Katigara. Dalam hubungan
inilah menarik untuk diperhatikan bagaimana sejarah geomoerfologi (wilayah)
Kamboja.
Perkembangan peradaban Kamboja terjadi pada abad 1 Masehi. Selama abad ke-3,4 dan 5 Masehi, negara Funan dan Chenla bersatu untuk membangun daerah Kamboja. Negara-negara ini mempunyai hubungan dekat dengan Cina dan India. Kekuasaan dua negara ini runtuh ketika Kerajaan Khmer dibangun dan berkuasa pada abad ke-9 sampai abad ke-13. Kerajaan Khmer masih bertahan hingga abad ke-15. Ibu kota Kerajaan Khmer terletak di Angkor, sebuah daerah yang dibangun pada masa kejayaan Khmer. Angkor Wat, yang dibangun juga pada saat itu, menjadi simbol bagi kekuasaan Khmer. Pada tahun 1432, Khmer dikuasai oleh Kerajaan Thai. Dewan Kerajaan Khmer memindahkan ibu kota dari Angkor ke Lovek, di mana Kerajaan mendapat keuntungan besar karena Lovek adalah bandar pelabuhan. Pertahanan Khmer di Lovek akhirnya bisa dikuasai oleh Thai dan Vietnam, dan juga berakibat pada hilangnya sebagian besar daerah Khmer. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1594. Selama 3 abad berikutnya, Khmer dikuasai oleh Raja-raja dari Thai dan Vietnam secara bergilir. Pada tahun 1863, Raja Norodom, yang dilantik oleh Thai, mencari perlindungan kepada Prancis. Pada tahun 1867, Raja Norodom menandatangani perjanjian dengan pihak Prancis yang isinya memberikan hak kontrol provinsi Battambang dan Siem Reap yang menjadi bagian Thai. Akhirnya, kedua daerah ini diberikan pada Kamboja pada tahun 1906 pada perjanjian perbatasan oleh Prancis dan Thai. Kamboja dijadikan daerah Protektorat oleh Prancis dari tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah dari Koloni Indochina. Pada masa ini Kamboja mempunyai area seluas 181.035 km2. Berbatasan dengan Thailand di barat dan utara, Laos di timurlaut dan Vietnam di timur dan tenggara. Kenampakan geografis yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine yang terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah Gunung Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813 mdpl. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah geomorfologi Kota Kamboja dan Katigara? Seperti disebut di atas, ; wilayah Kamboja kini berada diantara Thailand dan Vietnam di teluk Siam. Lalu bagaimana sejarah geomorfologi Kota Kamboja dan Katigara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Geomorfologi Kota Kamboja dan Katigara; Antara Thailand dan Vietnam di Teluk Siam
Dalam sejarah zaman kuno, disebut Kamboja adalah salah satu yang memiliki sejarah di Asia Tenggara seperti hanya Sumatra, Semenanjung Malaka dan Kalimantan. Hal itu karena keempat tempat itu telah dipetakan Ptolomeus abad ke-2. Dalam catatan geografis Ptolomeus disebut nama Cattigara, nama yang oleh beberapa ahli tempat itu berada di Kamboja yang sekarang.
Peneliti-peneliti pada era Hindia Belanda ada yang menduga nama Cattigara adalah Kamboja (lihat An historical and descriptive account of China,1836). Namun ada juga yang berpendapat lain bahwa Cattigara berada di kota Hai Phong (Vietnam( yang sekarang (lihat Klassenstrijd; een veertiendaags revolutionair socialistisch blad, jrg 3, 1928) di Djilolo, di Mergui (Burma), Canton dan ada juga menyebut Singapoera (lihat Encyclopaedie van Nederlandsch-Indie Onder redactie van S. de Graaff en D.G. Stibbe, met medewerking van W. C. B. Wintges, 1916). Yang jelas hingga kini dimana nama yang disebut Ptolomeus Cattigara masih terus diperdebatkan. Pada artikel lain dimana nama yang disebut Ptolomeus semenanjung Aurea Chersonesus sudah dibuktikan sebagai pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya dan pulau Taprobana juga sudah dibuktikan sebagai pulau Kalimantan. Lalu bagaimana dengan nama Cattigara?
Apakah Cattigara pada abad ke-2 (titik paling timur
dari dunia yang dikenal), pada masa kini
berada di Kamboja? Di dalam Encyclopaedie van Nederlandsch-Indie disebut ‘pulau
ini dikatakan sangat subur dan menghasilkan sangat banyak emas, dan di sudut
barat memiliki ibu kota, yang disebut Zilveren (Perak),yang sebagian
berhubungan dengan Sumatra. Hal itulah mengapa dalam peta yang ditampilkan di
atas posisi Cattigara itu berada sejajar dengan Aurea Chersonesus (pulau
Sumatra dan Semenanjung Malaya).
Bagaimana menjelaskan Catigara berada di Kamboja harus diperhatikan dua hal. Pertama, narasi pelayaran ke Catigara setelah Aurea Chersonesus tidak disebutkan berapa lama ke arah timur paling jauh. Oleh karena itu sejumlah peneliti era Hindia Belanda masih berberda penafsiran satu sama lain. Kedua, karena narasi yang kurang jelas, maka interpretasi ke dalam peta juga beragam. Seperti peta yang ditampilkan di atas ada peneliti yang menempatkan Cattigara di satu titik di suatu semenanjung (yang berbeda dengan semenanjung Aurea Chesonesus). Dalam hal ini, analisi yang digunakan sekarang dengan asumsi bahwa semenanjung Aurea Chersonesus sebagai pulau Sumatra dan Semenanjung Malaya serta pulau Taprobana adalah pulau Kalimantan, maka nama tempat terjauh di Asia (titik paling timur dari dunia yang dikenal) bahwa Cattigara itu ada di sekitar Kamboja yang sekarang. Namun dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah bahwa wilayah Kamboja pada masa itu sangat berbeda dengan masa ini. Berdasarkan geomorfologis wilayah Indochina pada masa ini wilayah Kamboja adalah wilayah yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara Thailand dan bagian utara Vietnam (lihat peta geomorfologis garis merah). Tanjung yang digambarkan pada era Ptolomeus diduga kuat pada masa ini adalah Sebagian dari wilayah Vietnam Selatan. Cattigara diduga di salah satu titik di bagian teluk besar. Oleh karena Cattigara ini adalah wilayah pantai yang mana tanahnya subur maka posisi GPS diduga di muara sungai Mekong pada masa itu.
Nama Katigara/Cattigara diduga kuat merujuk pada nama India (Catti, Cotta=Kota dan Gara). Wilayah ini pada masa itu masih bagian dari populasi India (para penduduk Tiongkok dari utara belum melakukan migrasi ke selatan). Kota kuno lainnya di sekitar teluk yang luas (yang semakin lama menyempit) adalah kota Saigon (kini Ho Chi Min/Vietnam). Teluk besar ini semakin menyempit karena proses sedimentasi jangka Panjang dimana terbentuk daratan yang luas mengikuti arah aliran sungai-sungai termasuk sungai Mekong.
Wilayah teluk kuno ini adalah wilayah dengan ketinggian rendah. Pada masa ini Kota Kamboja (kin Phnom Pehn) hanya memiliki ketinggian 15 meter dpl. Kota yang berada di utara dekat danau besar Siem Reap hanya 18 meter dpl dan kota Battambang sekitar 17 meter dpl. Kota Saigon sendiri lebih rendah hanya 15 meter dpl. Kota di utara Saigon dekat perbatasan Kamboja yakni Tay Ninh hanya 13 meter dpl. Kota-kota pedalaman ini dalam satu wilayah yang luas berjauhan terbilang berelevasi rendah. Kota-kota di hilir sungai Mekong seperti Long Xuyen hanya 8 meter dp dan Can Tho yang hanya setinggi 3 meter dpl. Bandingkan juga dengan Bangkok setinggi 9 meter dpl dan Jakarta yang hanya setinggi 2 meter dpl.
Katigara pada era Ptolomeus abad ke-2 diduga kuat berada di pesisir/pantai, suatu kota pelabuhan. Namun dalam perkembangannya terjadi proses sedimentasi jangka Panjang yang menyebabkan terjadi daratan di hilir sepanjang sungai Mekong. Pada awal kehadiran orang Eropa/Portugis (setelah 1511), tanda-tanda kota Kamboja/Katigara yang terhubung dari pantai ke pedalaman masih diidentifikasi sungai Mekong sebagai sungai ganda yang masing-masing lebar sungai sangat lebar.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Antara Thailand dan Vietnam di Teluk Siam: Sejarah Navigasi Pelayaran Perdagangan
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar