*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini
Lembaga bahasa Jawa sudah dirintis sejak lama
di Soerakarta, tepatnya tahun 1832. Bahasa Jawa sebagai elemen penting kebudayaan
Jawa, terus dikembangkan dan tetap berkembang. Ketika pengembangannya mulai
menurun, muncullah gagasan untuk menyelenggarakan kongres bahasa Jawa. Kongres
bahasa Jaw aini diadakan di Soerakarta tahun 1924. Dari Soerakarta ke
Soerakarta. Bagaimana dengan kongres bahasa Indonesia. Itu baru terjadi pada
tahun 1938. Selama ini bahasa Indonesia hanya dipatenkan pada Kongres Pemuda
1928.
Kongres Bahasa Jawa diadakan 5 tahunan membahas mengenai Bahasa dan Budaya Jawa. Acara ini diselenggarakan oleh 3 provinsi secara bergantian di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Jogjakarta. Kongres Bahasa Jawa I diadakan di Kota Semarang pada 15-20 Juli 1991 dan hingga saat ini telah dilaksanakan sebanyak 5 kali dengan diadakannya kongres Bahasa Jawa V di kota Surabaya tahun 2011. Kongres Bahasa Jawa I, 15-21 Juli 1991 di Semarang; Kongres II, 22-26 Oktober 1996 di Malang; Kongres III, 15-21 Juli 2001 di Jogjakarta; Kongres IV, 10-14 September 2006 di Semarang; Kongres V tahun 2011 di Surabaya; Kongres VI tahun 2016 di Yogyakarta. Kongres Bahasa Indonesia adalah pertemuan lima tahunan untuk membahas Bahasa Indonesia dan perkembangannya. Kongres ini pertama kali diadakan di kota Solo pada tahun 1938, mulanya kongres diadakan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda 1928, ajang ini juga untuk membahas perkembangan bahasa dan sastra Indonesia dan rencana pengembangannya. Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, 25-27 Juni 1938; Kongres II di Medan, 28 Oktober-2 November 1954; Kongres III di Jakarta, 28 Oktober-3 November 1978; Kongres IV di Jakarta, 21-26 November 1983; Kongres V di Jakarta, 27 Oktober-3 November 1988; Kongres VI di Jakarta, 28 Oktober-2 November 1993; Kongres VII, Jakarta, 26-30 Oktober 1998; Kongres VIII, Jakarta, 14-17 Oktober 2003; Kongres IX, Jakarta, 28 Oktober-1 November 2008; Kongres X, Jakarta, 28 Oktober-31 Oktober 2013; Kongres XI, Jakarta, 28-31 Oktober 2018 (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah kongres bahasa, Kongres Bahasa Jawa 1924? Seperti disebut di atas, kongres bahasa pertama diadakan di Indonesia (baca: Hindia Belanda) adalah kongre bahasa Jawa yang diadakan di Soerakarta. Setelah kongres ke kongres akhirnya diadakan Kongres Bahasa Indonesia tahun 1938. Bagaimana dengan kongres bahasa Jawa sendiri? Lalu bagaimana sejarah kongres bahasa, Kongres Bahasa Jawa 1924? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Kongres Bahasa, Kongres Bahasa Jawa 1924; Kongres ke Kongres hingga Kongres Bahasa Indonesia 1938
Pada tahun 1924 di Soerakarta akan diadakan Kongres Bahasa Jawa (lihat De nieuwe vorstenlanden, 04-04-1924). Disebutkan kongres ini akan diadakan pada tanggal 24 Desember 1924 yang akan dilanjutkan tanggal 26 dan 27 Desember 1924. Soesoehoenan menerima permintaan yang dibuat atas nama Java Institute untuk menjadi ketua kehormatan panitia pengaturan kongres, sementara Paku Alam pada gilirannya menerima ketua kehormatan panitia kegiatan resepsi.
Java Instituut sendiri digagas pada paruh kedua bulan Desember 1918 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 31-12-1918). Disebutkan di Djokja diadakan pertemuan untuk persiapan pendirian Java Instituut. Hal ini muncul dari dua pihak yakni dari peminat yang sedang mempersiapkan Kongres pertama linguistik dan etnologi Jawa dan keberadaan Batak Iinstituut yang didirikan secara eksklusif hanya bergerak dalam bidang studi. Dalam hal ini pendirian Java Instituut dimaksudkan selain studinya, juga bertujuan untuk mempromosikan budaya Jawa. Dengan demikian tujuan ganda institute ini mengarah pada perluasan tujuan yang mana karya institut akan bersifat ilmiah dan social. Tujuan ini telah dibacakan dalam makalah yang dibuat oleh Dr Hussein Djajadiningrat atas permintaan dan diterima oleh rapat pendahuluan, sebagaimana dirinci lebih lanjut: (a) Mengumpulkan dan membuat data yang dapat diakses selengkap mungkin tentang semua manifestasi peradaban Jawa, suasana hati dan spiritualitas Jawa, baik di masa lalu maupun di masa sekarang; (b). Mengolah data serta mendorongnya untuk mencapai tujuan ganda ini yakni membuat dua seri publikasi, yang pertama berisi kontribusi dalam bahasa Belanda dan bahasa asli (sesuai pilihan kolaborator) yang ditujukan untuk yang lebih berpendidikan, yang kedua mungkin dalam bentuk pamflet, berisi artikel yang sangat populer; ditujukan untuk massa pribumi yang besar. Selain itu, penulisan bentuk lainnya, publikasi karya individu, penyelenggaraan pameran, ceramah dan konferensi, sementara itu institut dapat memperluas kegiatannya sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan sumber keuangannya. Telah dibentuk panitia untuk menyusun anggaran dasar dan peraturan, serta rencana pertemuan akhir, yang terdiri dari Dr. Hoesein Djajadiningrat, Boscb, Moojen, Sastrowidjono dan Mr. ter Haan. Catatan: Batak Instituut didirikan tahun 1908 oleh Charles Adriaan van Ophuijsen guru besar Uinversiteit di Leiden (pernah menjadi guru di sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean 1881-1889 dimana lima tahun terakhir sebagai direktur). Asisten dosen yang membantu Ophuijsen dalam pengajaran bahasa Melayu pada tahun 1908 adalah Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan yang tengah studi keguruan di Leiden. Soetan Casajangan adalah lulusan Kweekschool Padang Sidempoean yang juga pendidiri organisasi kebangsaan pribumi di Belanda, Indische Vereeniging tahun 1908.
Kongres linguistik dan etnologi Jawa adalah satu hal. Kongres bahasa Jawa yang diselenggarakan Java Inistituut adalah hal lain lagi. Java Institut didirikan pada tahun 1919. Sedangkan studi linguistic dan etnologi Jawa bermula dari pendirian institute bahasa Jawa tahun 1832 di Soerakarta dalam hubungannnya melatih orang-orang Belanda belajar bahasa Jawa sebelum ditempatkan sebagai pejabat di wilayah Jawa. Perjalanan sejarah institute bahasa Jawa yang panjang ini baru melakukan kongres pertama pada tahun 1918. Dalam hubungan dengan Java Instituut (yang didirikan tahun 1919) baru akan melakukan kongres pertama pada tahun 1924.Selanjutnya kongres kedua akan diadakan pada tahun 1927.
De Indische courant, 02-04-1927: ‘Prof. Dr. RA
Hoesem Djajadiningrat, antara lain, berikut yang diucapkan dalam Kongres Bahasa
Jawa di Djokja: “Pengurus Java Instituut menganggap suatu keistimewaan dapat mengadakan
kongres kedua di kota ini, dimana akan dibahas bahasa Jawa dan segala sesuatu
yang berkaitan dengannya. Kebudayaan orang Jawa menjadi perhatian Java Instituut; apa jadinya budaya tanpa
bahasa? Siapa lagi selain orang Jawa sendiri yang harus mengulurkan tangan
membantu disini, mendorong mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan Java
Institute?’.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kongres ke Kongres hingga Kongres Bahasa Indonesia 1938: Bagaimana Kelanjutan Kongres Bahasa Jawa?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar