Senin, 23 Januari 2023

Sejarah Surakarta (53): Industri Manufaktur di Surakarta, Gilingan Padi, Batik, Fabriek; Sandang, Pangan, Papan, Barang Kerajinan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini  

Sebelum berkembang industri jasa, sudah sejak lama berkembang berbagai industry seperti gilingan padi, pengolahan kopi, besi dan kerajinan barang logam dan batik, penganan dan minuman termasuk jamu dan sebagainya. Industri manufaktur tradisional ini semakin diperkaya dengan kehaadiran pengusahan Eropa/Belanda yang bergerak di bidang industry manufaktur dan tumbuhnya pabrik-pabrik.   

Pusat Batik Surakarta Hadiningrat di Laweyan Surakarta. Sari Saraswati Anisah dan Agus Dharma Tohjiwa. Universitas Gunadarma. Abstrak. Kota Surakata merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang dikenal sebagai kota budaya dan sejarah bahkan mendapat predikat “Spirit of Java”. Salah satunya yaitu kawasan kampung Laweyan yang menjadi kampung industri batik pertama di Indonesia yang memiliki unsur-unsur etnik pada penataan kampungnya sebagai peninggalan sejarah. Namun, yang terjadi sekarang adalah bangunan di Kampung Laweyan yang mencirikan Kampung Batik pada zaman dahulu telah luntur, tergusur oleh bangunan baru bergaya modern yang saling tumpang tindih tidak terkontrol. Eksistensi kampung Laweyan sebagai kampung industri batik sekaligus sebagai destinasi wisata pun terganggu. Untuk itu, perancangan Pusat Batik Surakarta Hadiningrat di Laweyan Surakarta ini bertujuan sebagai upaya peningkatan kembali eksistensi kampung Laweyan sebagai kampung industri batik dan kampung wisata. Pada perancangan Pusat Batik ini dibuat wadah kegiatan seperti pusat edukasi batik, pusat produksi dan produk jual batik dan dilengkapi dengan pusat pagelaran untuk lebih menarik pengunjung serta membangkitkan lagi suasana yang khas di Laweyan (https://ejournal.gunadarma.ac.id)

Lantas bagaimana sejarah industri manufaktur di Surakarta, gilingan padi, kopi, batik hingga fabriek modern? Seperti disebut di atas, sebelum kehadiran pengasuha Eropa/Belanda sudah ada industry manufaktur tradisional seperti gilingan padi dan kerajian penduduk. Ini seiring dengan kertersediaan dan kebutuhan panduduk dalam sandang, pangan, papan, barang kerajinan. Lalu bagaimana sejarah industri manufaktur di Surakarta, gilingan padi, kopi, batik hingga fabriek modern? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Industri Manufaktur di Surakarta, Gilingan Padi, Batik hingga Fabriek; Sandang, Pangan, Papan, Barang Kerajinan 

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sandang, Pangan, Papan, Barang Kerajinan: Era Tradisi, Teknologi Eropa/Belanda, Pabrik Modern

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar