Senin, 23 Januari 2023

Sejarah Surakarta (54): Nama Jalan di Kota Soerakarta Doeloe, Belanda, Cina, Pribumi; Mengapa Ada Perbedaan Nama Sekarang?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Sejarah jalan adalah satu hal, sejarah penamaan jalan adalah hal lain lagi. Seperti di kota-kota lainnya, di kota Surakarta juga memiliki dinamika penamaan jalan tersendiri. Jika nama jalan pertama di Jogjakarta dalah jalan Malioboro, lantas nama jalan apa yang pertama di Soerakarta? Mungkin pertanyaan ini tidak penting-penting amat, tetapi sejarah tetaplah sejarah, sejarah tentang penamaan jalan di Kota Surakarta. 


Daftar jalan di Kota Surakarta. Berikut ini adalah daftar jalan di Kota Surakarta berdasarkan klasifikasi jalan di Indonesia: Jalan arteri (Ahmad Yani, Slamet Riyadi, Solo-Yogya); Jalan lokal (Agus Salim, Bhayangkara, Gajah Mada, Honggowongso, Cokroaminoto, Juanda, Katamso, MT Haryono, Monginsidi, Mulyadi, Muwardi, Panjaitan, RM Said, Rajiman, Ronggowarsito, S. Parman, Sudiarto, Sugiono, Sumpah Pemuda, Sutami, Sutan Syahrir, Sutarto, Sutoyo, Tentara Pelajar, Urip Sumoharjo, Veteran, Kyai Mojo, Wahidin Sudirohusodo, Yos Sudarso; Jalan lingkungan (Abdul Muis, Abdul Rahmat, Adisucipto, Adisumarmo, Ahmad Dahlan, Arifin, Cokroaminoto, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Diponegoro, Gatot Subroto , Gotong Royong, Gremet, Hasanuddin, Imam Bonjol, Jayawijaya, KH Maskur, Karel S. Tubun, Kartini, Kebangkitan Nasional, Ketandan, Ki Hajar Dewantara, Krakatau, Kusmanto, Kyai Gede, Lumban Tobing, Moch. Yamin, Pattimura, Perintis Kemerdekaan, RE Martadinata, Raden Saleh, Reksoninten, Sam Ratulangi, Samanhudi, Sampangan, Setia Budi, Sugiyopranoto, Suharso, Sunaryo, Supomo, Supono, Suprapto, Suryo, Suryo Pranoto, Sutarjo, Tangkuban Perahu, Teuku Umar, Thamrin, Untung Suropati, Wahid Hasyim, Wora Wari, Yohanes, Yosodipuro. Jalan terkenal dan jalan penting (Sudirman, pusat pemerintahan; Yap Tjwan Bing, nama jalan pertama di Indonesia yang dinamakan berdasarkan tokoh Tionghoa) (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah nama jalan di Kota Surakarta, nama Belanda, Cina dan pribumi? Seperti disebut di atas, Ketika jalan belum berkembang seperti masa ini, di Surakarta tempo doeloe sudah diberi nama jalan. Mengapa ada perbedaan dengan nama Sekarang? Lalu bagaimana sejarah nama jalan di Kota Surakarta, nama Belanda, Cina dan pribumi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Jalan di Kota Surakarta, Nama Belanda, Cina dan Pribumi; Mengapa Ada Perbedaan Nama Sekarang? 

Kota Soerakarta, sejatinya adalah kota tua, dalam perspektif tata kota. Hanya saja kurang disadari. Ketika Jogjakarta masih kota kecil, Soerakarta sudah menjadi kota besar.  Kota Soerakarta hanya kalah dari kota Batavia dan kota Semarang. Kota Soerabaja sendiri masih tengah proses pembangunan menuju kota besar. Pada tahun 1873 Bandoeng masih kota kecil.


Pada era tahun 1880an, di Sumatra hanya terdapat tiga kota besar yakni Padang, Palembang dan Padang Sidempoean. Seperti halnya perbandingan antara kota besar Soerakarta dan kota kecil Jogjakarta, di Sumatra ketika Padang Sidempoean sudah menjadi kota, Medan sendiri masih suatu kampong. Namun masa kini, Medan adalah kota besar yang jauh relative besar dari kota Padang Sidempuan, demikian juga pada masa kini Kota Jogjakarta jauh lebih besar dari Kota Surakarta. Dalam hal ini kita hanya membicarakan awal pertumbuhan dan perkembangan kota pada era Pemerintah Hindia Belanda. Peta Soerakarta (1873)

Sebagaimana pada artikel terdahulu, kota Soerakarta bermula di seputar kraton Soerakarta dan benteng Vastenburg. Jalan yang memisahkan kraton dan benteng inilah yang menjadi cikal bakal jalan pertama di Soerakarta (kini menjadi jalan Slamet Riyadi dan jalan Kapten Sunaryo). Meski Soerakarta sudah menjadi kota besar, dengan ruas-ruas jalan yang banyak, namun dalam peta-peta sejaman belum ada jalan yang diidentifikasi dengan nama jalan. Mengapa?


Sejarah nama jalan dimulai di Batavia. Pemberian nama jalan muncul karea kota semakin meluas, dengan banyaknya jalan menjadi semakin sulit bagi tukang pos untuk mengidentifikasi alaman tujuan. Meski penamaan jalan di kota-kota baru masif dilakukan pada permulaan pembentukan kota (gemeente) pada awal tahun 1900an. Namun sebelum itu sudah ada beberapa kota yang mengidentifikasi jalan dengan nama jalan. Dalam peta-peta awal, selain kota Batavia yang terbilang awal menentukan nama jalan adalah kota Padang (sejak 1860an) dan kota Medan (sejak 1880an). Lantas kapan jalan di Soerakarta diidentidikasi dengan nama jalan? Yang jelas di kota Jogjakarta sudah dimulai pada tahun 1890an.

Namun demikian, meski tidak diidentifikasi dalam peta-peta, nama jalan di Soerakarta kali pertama diketahui pada tahun 1827 (lihat Bataviasche courant, 30-08-1827). Disebutkan di sebelah timur benteng Soerakarta, berbatasan di sebelah selatan dengan bagian depan Bloemstraat, Jalan Bloemstraat ini kini diduga jalan Mayor Sunaryo. Bloemstraat adalah nama jalan yang sudah dikenal sejak lama di Leiden. Pada tahun 1842 terindentifikasi jalan Krakeelstraat yang merupakan jalan dimana terdapat pasar Kliwon. Pada tahun 1864 teridentifikasi nama Hereenstraat, jalan tersebut adalah jalan utama di Soerakarta. Seperti biasanya di kota lain seperti di Semarang dan Soerabaja, jalan Hereen tepat berada dimana kantor pemerintah (dalam hal ini kantor Residen). Itu berarri jalan yang memisahkan kraton dan kantor residen yakni jalan Slamet Riyadi yang sekarang.


Lalu pada tahun 1885 terinformasikan jalan Schoolstraat yang berada di belakang kantor residen (sejajar dengan jalan Hereen Straat). Jalan Schoolstraat ini kini disebut jalan Ronggowarsito. Dalam perkembangannya terinformasikan jalan jalan Voorstraat (1867) dan jalan Achterstraat (1896). Jalan Voorstraat ini adalah jalan antara kantor residen dengan benteng; sementara jalan Achterstraat menjadi terusannya di arah belakang. Selanjutnya diidentifikasi jalan Straat Widoeran dan Straat Katandan. Jalan Wiedoeran dan jalan Katandan ini di bagian belakang benteng., FotoL Pasar Kliwon (sebelum 1880)

Dalam hal ini meski jalan pertama yang dibangun di Sierakarta adalah jalan yang memisahkan antara kraton dan benteng (menjadi jalan Hereenstraat), tetapi penamaan jalan justru dimulai dari ujung jalan di sekitar benteng yakni jalan Bloemstraat (jalam Kapten Sunaryo) dan jalan Krakeekstraat (jalan Kapten Mulyadi; Pasar Kliwon). Jalaan Bloemstraat adalah pusat perdagangan Eropa dimana sejak awal berada logi (era VOC). Meski keberadaan jalan yang sudah tua, nama jalan Heerenstraat dan nama jalan Voorstraat baru muncul kemudian (1860an).

Tunggu deskripsi lengkapnya

Mengapa Ada Perbedaan Nama Sekarang? Nama Jalan Tempo Doeloe ve Nama Jalan Masa Kini

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar