*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini
Kanjuruhan, kerajaan era Hindoe Boedha di Jawa
bagian timur. Kerajaan ini disebut pusatnya berada di dekat Kota Malang
sekarang. Kanjuruhan diduga telah berdiri pada abad ke-8. Dalam prasasti Dinoyo,
rajanya disebut Gajayana. Wilayah Malang berpusat di Kota Malang, yang statusnya
menjadi kota pada tahun 1914.
Malang, sebuah kota terletak di provinsi Jawa Timur. Kota ini didirikan masa Pemerintahan Belanda 1 April 1914, EK Broeveldt sebagai wali kota pertama. Kota ini menyimpan peninggalan masa Kerajaan Kanjuruhan hingga Belanda. Asal usul penamaan Malang sampai sekarang masih diperdebatkan oleh para ahli sejarah. Nama "Malang" muncul pertama kali pada Prasasti Pamotoh/Ukirnegara (1120 Saka/1198 Masehi) yang ditemukan pada tanggal 11 Januari 1975 oleh seorang administrator perkebunan Bantaran di Wlingi, Kabupaten Blitar. Dalam prasasti tembaga tersebut, tertulis salah satu bagiannya (dengan terjemahannya sebagai berikut) sebagai berikut. ...taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I...(di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang, bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu…). Malang merujuk sebuah daerah di timur Gunung Kawi. Meskipun telah diketahui bahwa penggunaan Malang setidaknya telah berlangsung sejak abad ke-12 Masehi, tidak bisa dipastikan asal mula penamaan wilayahnya. Munculnya Kerajaan Kanjuruhan oleh para ahli dipandang sebagai tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan sampai saat ini. Oleh karena itu, kerajaan tersebut dianggap sebagai cikal bakal kota ini. Setelah kerajaan Kanjuruhan, pada masa emas kerajaan Singhasari di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur. Islam menaklukkan Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Sultan Mataram berhasil menaklukkan daerah ini tahun 1614 (Wikipedia).
Lantas bagaimana sejarah asal usul Malang, sejak Kerajaan Kanjuruhan? Seperti disebut di atas, wilayah Malang bermula dari adanya kerjaan era Hindoe Boedha Kanjuruhan. Wilayah Malang telah melampaui masa ke masa dan statusnya menjadi kota tahun 1914. Lalu bagaimana sejarah asal usul Malang, sejak Kerajaan Kanjuruhan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Asal Usul Malang, Sejak Kerajaan Kanjuruhan; Wilayah Malang dari Masa ke Masa Statusnya Menjadi Kota 1914
Kapan nama Malang dikenal? Tidak ada kaitan dengan kata ‘malang’ di dalam KBBI ‘melintang’ dan ‘kesusahan’. Tentu saja nama Malang sudah sejak lama eksis sebelum dikenal. Secara semantic/fonetik nama Malang memiliki kedekatan dengan nama Pemalang, Malangbong dan sebagainya. Jangan lupa, nama Malang juga ditemukan di berbagai wilayah di India. Boleh jadi, dalam hal ini, nama Malang di wilayah Malang adalah suatu nama tempat yang sudah tua, berasal dari zaman kuno. Dalam teks Negarakertagama (1365) ada nama tempat yang disebut Damalang. Ada nama lain yang disebut dalam teks tersebut yang diduga sekarang berada di wilayah Malang dan sekitarnya, yaitu Pasuruhan, Singhasasri, Kidal dan Balitar.
Nama Pa-malang sudah diketahui keberadaannya pada tahun 1665 (lihat
Daghregister, 06-05-1665). Nama Malang sendiri paling tidak sudah diketahui
tahun 1679 (lihat Daghregister, 29-11-1679). Disebutkan Glisson di Malang dan Troenajaja
di Antangh. Nama Glisson mungkin Kareng Galesong dan Troenajaja adalah Trunojoyo.
Nama tempat Antangh pada masa ini boleh jadi Ngantang. Dalam Wikipedia dapat
kita baca sebagai berikut: Karaeng Galesong, yang bernama lengkap I Maninrori I
Kare Tojeng Karaeng Galesong (lahir pada 29 Maret 1655 di Bontomajannang
Pabbineang, Bontolebang Galesong, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan dan wafat
di Ngantang, Malang, Jawa Timur 21 November 1679) adalah seorang laksamana
angkatan laut Kesultanan Gowa yang terus melakukan peperangan di laut melawan
VOC bahkan setelah Perjanjian Bongaya 1667 ditandatangani; Raden Trunajaya
(1649 – 2 Januari 1680), juga dieja Trunojoyo dan menyatakan dirinya sebagai Panembahan
Maduretna Panatagama, adalah seorang bangsawan dari Madura yang dikenal
memimpin Pemberontakan Trunajaya terhadap pemerintahan Kesultanan Mataram di
Jawa. Dalam hal ini Galesong dari Gowa dan Trunajaya dari Madura vs Mataram.
Nama Malang disebut sebagai suatu negorije (negeri) (lihat Daghregister, 09-03-1724). Disebutkan wilayah Malang di bawah kekuasan Patrajoeda (lihat Daghregister 28-08-1724). Disebutkan di Malang (di bawah kekuasaan Patrajoeda) melakukan pemberontakan. Disebutkan menyarankan detasemen Soeseohoenangs untuk menumpas pemberontak di Malang (lihat Daghregister 07-04-1725). Soesoehoenan dalam hal ini adalah Raja di Kartosoero.
Dalam terminology lama, negorije/negeri adalah suatu tempat, siatu kampong. Dalam hal ini nama Malang adalah suatu nama kampong di wilayah pedalaman (suatu wilayah yang disebut di bawah yirisdiksi Soesoehanan do Kartosoero. Pada peta yang dibuat Francois Valentijn (Peta 1724) nama Malang, sebagai suatu nama kampong sudah diidentifikasi. Peta ini terkesan sudah menggambarkan situasi dan kondisi masa kini. Nama kampong terdekat dari Malang adalah kampong Bato (kini Batu). Meski secara geografis cukup dekat dengan (kota) Pasuruan, tetapi akses jalan dari Batu dan Malang adalah menuju kota Soerabaja. Dalam peta tersebut juga diidentifikasi nama Antang dan Blitar.
Meski nama Malang masih terbilang baru, tetapi wilayah Malang sendiri tampaknya sudah lama memiliki peradaban sendiri. Jika data Prasasti Pamotoh (1198) valid dan bahwa nama Malang sudah disebut, maka ada satu masa peradaban yang mendahuluinya di wilayah Malang yakni era (kerajaan) Kanjuruhan pada abad ke-8 yang mana di dalam prasasti Dinoyo (760), rajanya adalah Gajayana.
Soal nama Kanjuruhan ada perbedaan pembacaan prasasti yang dilakukan oleh
FDK Bosch (lihat “De Sanskrit-Inscriptie op den Steen van Dinaya” sebagai "tâte
puram kâñjuruhan mahat" dengan pembacaan yang dilakukan oleh R Ng
Poerbatjaraka (lihat "Agastya in den Archipel") sebagai "tate
sutān puruṣān mahatah". Lepas dari soal apakah ada kerajaan Kanjuruhan,
karena sumber yang menyebutkan hanya prasasti Dinoyo yang dibaca oleh FDK Bosch,
yang jelas sebelum disebut nama Malang sudah ada peradaban awal pada abad ke-8.
Nama Malang yang disebut dalam prasasti abad ke-12 juga masih bisa dipertanyakan
karena yang tertulis adalah Malangakalihan (bukan Malang, dalam arti kata
berdiri sendiri). Yang perlu mendapat perhatian lagi adalah bahwa prasasti Dinoyo
yang berasal dari abad ke-8, seperti prasasti-prasasti Sumatra yang berasal dari
abad ke-7 yang berbahasa Batak dan bahasa Sanskerta, prasasti Dinoyo juga
berbahasa campuran bahasa Jawa dan bahasa Sanskerta. Prasasti-prasasti Sumatra tersebut
antara lain Kedukan Bukit (682), Talang Tuwo (684) dan Kota Kapur (686). Relasi
antara Sumatra dan Jawa disebut di dalam prasasti Kota Kapur.
Wilayah Malang telah memiliki peradaban yang sudah tua adalah satu hal. Sedangkan nama Kanjuruhan dan nama Malang adalah hal lain lagi, dua nama ini belum bisa dipastikan secara tepat kapan bermula. Dalam teks Negarakertagama (1365) hanya menyebut nama tempat Damalang. Nama yang disebut dalam teks ini adalah Singhasari (tidak jauh dari nama tempat/kampong Malang). Dalam catatan Daghregister yang berasal dari abad ke-17 nama Pemalang/Pamalang lebih tua daripada nama Malang), Akan tetapi jika memperhatikan isi dua prasasti di wilayah Malang tersebut tentulah masih bisa dikaitkan dengan kejadian-kejadian sejaman di tempat lain (mulai dari Sumatra, Jawa bagian barat, Jawa bagian tengah, hingga ke Jawa bagian timur).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Wilayah Malang dari Masa ke Masa Statusnya Menjadi Kota 1914: Kediri, Singhasari, Majapahit dan Mataram
Nama Malang sudah sejak lama dikenal. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, orang yang pertama mengunjungi Malang adalah Raffles pada fase penduduk Inggris (lihat Raffles, The History of Java, 1818). Disebutkan Raffles mengunjungi Malang pada tahun 1815. Raffles memulai perjalanan dari Pasuruan melalui Lawang hingga Malang. Raffles juga sempat mengunjungi area candi Singhasari.
Setelah pendudukan Inggris (1811-1816) dan kembalinay Pemerintah Hindia Belanda, wilayah Malang diadministrasikan sebagai suatu district dengan nama District Malang en Antang (lihat J van den Bosch, 1818). Seperti halnya, Raffles yang terbilang orang Eropa pertama memahami deskripsi pulau Jawa, bahkan hingga ke pedalaman, van den Bosch juga sangat memahami detail pulau Jawa. Saat ini van den Bosch sudah berpangkat Letnan Kolonel. Sementara van den Bosch pada masa Gubernur Jenderal Daendels pangkatnya masih kapten, yang mendapat penugasan untuk memetakan seluruh jalur yang akan dibangun jalur jalan trans-Java. Sudah barang tentu peta-peta yang dibuat van den Bosch ini menjadi rujukan bagi Raffles mengunjungi berbagai tempat di Jawa.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar