*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Siapa
Abdulmadjid Djojoadiningrat? Ayahnya adalah bupati Djepara. Untuk lebih mengenalnya
dapat dihubungkan dengan nama RA Kartini. Dalam hal ini RA Kartini adalah istri
dari bupati Djepara dengan anak bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Jadi, antara
Abdulmadjid Djojoadiningrat dan Soesalit Djojoadhiningrat memiliki bapak yang
sama (bupati Djepara) tetapi berbeda ibu.
Mr. Abdulmadjid Djojoadiningrat lahir 5 Januari 1904. Dia dikenal juga sebagai anak tiri dari RA Kartini. Selain itu, dia juga dikenal sebagai salah satu anggota Perhimpunan Indonesia (PI) bersama dengan Mohammad Hatta dan sebagai pelaku peristiwa Pemberontakan Madiun 1948. Ketika dia dilahirkan, ibu tirinya (RA Kartini) meninggal dunia dan telah memiliki seorang adik tiri bernama Soesalit. mereka bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS) dan Hogereburger School (HBS) di Semarang. Setelah menyelesaikan pendidikan di ELS dan HBS tahun 1925, ia kemudian kuliah di Leiden, jurusan hukum. Di Belanda, Abdulmadjid kerap menyuarakan pendapatnya antara lain menuntut kesetaraan antara orang Belanda dan Indonesia. Sejak awal 1926 setidaknya Abdulmadjid sudah menjadi sekretaris Hatta yang memimpin Indische Vereniging alias Perhimpunan Indoenesia (PI). Bersama Mohammad Hatta dan Ali Sastroamidjojo serta Nazir Pamuncak, Abdulmadjid ditangkap pada 23 September 1927 akibat aktivitas politiknya yang dianggap ekstrem saat itu. Selama pendudukan Tentara NAZI Jerman di Negeri Belanda, Abdulmadjid masih berada di Belanda. Pada kurun waktu 1943-1944, dia aktif di Kolonial Instituut dan pernah menjadi penasehatnya. Setelah Indonesia merdeka dan Republik Indonesia terbentuk, Abdulmadjid pulang ke Indonesia. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah Abdulmadjid Djojoadiningrat studi ke Belanda? Seperti disebut diatas Abdulmadjid Djojoadiningrat studi ke Belanda dan berhasil mendapat gelar sarjana hukum. R Kartono dan RA Kartini di masa lalu, RM Soesalit Djojoadhiningrat dan Abdulmadjid Djojoadiningrat. Lalu bagaimana sejarah Abdulmadjid Djojoadiningrat studi ke Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Abdulmadjid Djojoadiningrat Studi ke Belanda; R Kartono RA Kartini dan RM Soesalit Djojoadhiningrat
Pada bulan Desember 1923 diadakan rapat tahunan Jong Java (lihat De Indische courant, 19-12-1923). Dalam rapat ini dilakukan revisi anggaran dasar pengurus, dan kemudian dilakukan pemilihan pengurus baru. Pengurus baru yang terpilih sebagai berikut: ketua Soekarno, siswa THS, wakil presiden Nona Noerin, siswa Fröbelkweekschool, sekretaris Saleh, siswa Ösvia, sekretaris kedua Soegeng, siswa AMS, bendahara Haroen, mahasiswa Osvia, bendahara kedua Abdoel Madjid, mahasiswa THS, hingga komisaris pengurus pusat Mohamad Soeleiman, mahasiswa Osvia. Dalam rapat Jong Java ini tururt dihadiri Mansoer, dari Jong Sumatranen Bond yang memberikan sambutan tentang “Orde van de Dienaren van Indie”.
Mengapa T Mansjoer, dari Jong Sumatranen Bond hadir
dalam rapat tahunan Jong Java. Jong Sumatranen Bond dididirikan November 1917
di Batavia (sementara Jong Java diresmikan pada tahun 1916, Apakah kehadiran Mansjoer
yang menjadi sebab statute Jong Java afdeeling Bandoeng diubah? T Mansjoer
adalah ketua Jong Sumatranen Bond pada saat didirikan tahun 1917.
Dalam pengurus baru Jong Java afdeeling Bandoeng tahun 1923 ada dua mahasiswa THS yakni Soekarno dan Abdoel Madjid. Mereka berdua adalah senior diantara junior. Siswa yang diterima di THS adalah lulusan HBS, sementara pengurus lainnya hanya bersekolah di sekolah menengah (AMS, Kweekschool dan OSVIA).
Banyak yang menggunakan nama Soekarno. Demikian juga nama Abdoel Madjid. Ada
kuliah di NIAS, ada kuliah STOVIA dan juga ada yang studi kedokteran dio Belanda.
Disebutkan lulus ujian dokter pertam di Amsterdam tahun 1925 (lihat De Maasbode,
04-03-1925). Abdoel Madjid dinyatakan lulus dokter di Amsterdam (lihat De standard,
24-02-1926). Disebutkan Dr Abdoel Madjid lahir di Moeara Laboeh. Dr Abdoel
Madjid kembali ke tanah air (lihat Nieuwe Rotterdamsche Courant, 11-05-1926).
Seperti disebutt di atas banyak yang menggunakan nama Abdoel Madid. Lantas apakah masih ada nama Abdoel Madjid di Belanda? Saru yang jelas di Belanda dilakukan pergantian pengurus baru Indisch Vereeniging, yang mana Abdoel Madjid sebagai sekretaris (lihat De Indische courant, 03-04-1926). Disebutkan di Den Haag. pada pertemuan Indonesische Vereeniging (nama baru Indische Vereeniging) pada tanggal 17 Januari yang lalu, pengurus lama dari asosiasi mengundurkan diri dan pengurus baru dipilih, yang terdiri dari Mohamad Hatta, ketua; Abd. Majid, sekretaris; Aboetari, bendahara; Darsono dan Soenario, komisaris.
Disebutkan lebih lanjut, Mr RM Sartono dan Mr R Wirjono Koesoemo dsegera
kembali ke tanah air dengan kapal akan berangkat tanggal 26 Januari dari
Amsterdam. Seperti yang juga kami laporkan sebelumnya, Sartono baru saja lulus
gelar masternya di bidang hukum Hindia. Juga disebutkan telah dibentuk panitia
dengan tugas untuk memberikan dukungan kepada orang-orang Indonesia yang baru
tiba di Belanda yang terdiri dari Nazir Pamoentjak, M Aboetari, Achmad Mochtar
dan M Moerman.
Lalu sejak kapan Abdoel Madjid yang menjadi sekretaris Indonesische Vereeniging tiba di Belanda? Mohamad Hatta sendiri sudah berada di Belanda pada tahun 1921 segera setelah lulus sekolah HS di PHS Batavia. Yang jelas organ yang baru Perhimpoenan Indonesia diberi nama Indonesia Merdeka.
Indonesia Merdika adalah nama organ baru Perhimpoenan Indonesia (Indonesische Vereeniging). Pada tahun 1917 dibentuk Hindia Poetra sebagai organ Indisch Vereeniging. Pasca diadakannya Kongres Hindia pada tahun 1917, dibentuk organisasi mahasiswa asal Hindia di Belanda dengan nama Indonesia Verbond van Studeerenden (IVS), yang terdiri dari mahasiswa Belanda, Cina dan pribumi. Organ Indissch Vereeniging, Hindia Poetra dijadikan sebagai organ IVS. Pada tahun 1918 dan 1919 diadakan Kongres Indonesia dibawah penyelenggaraan IVS. Majalah Indonesia Merdika pada edisi bulan Maret dan bulan April 1927 yang kemudian oleh Het Volk dijadikan menjadi satu artikel dengan judul “Het nieuwe jaar in” yang lalu dikutip Het Vaderland: staat- en letterkundig nieuwsblad, 12-06-1927. Catatan: Indonesia Merdika terbit dalam bahasa Belanda dan Melayu enam kali setahun dengan waktu yang tidak teratur, majalah terawat dicetak secara sembunyi-sembunyi, percetakan di Den Haag. Alamat administrasi di Charlotte de Bourbonplein No 18 Den Haag (sejak Maret alamat korespondensinya adalah Postbox 25, Leiden). Setiap edisin disectak 450 hingga 500 eksemplar yang dikirim dalam amplop tertutup (sebelumnya dengan metode pengiriman surat kabar umum). Edisi bulan Apri 1927 adalah edisi kelima.
Tunggu deskripsi lengkapnya
R Kartono, RA Kartini dan RM Soesalit Djojoadhiningrat: Pendidikan Tinggi Masa ke Masa
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar