*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Banyak
sarjana yang menjadi perwira militer. Salah satu diantaranya Letnan Kolonel Ir.
MO Parlindungan. AFP Siregar gelar Mangaradja Parlindoengan lulusan HBS di
Medan yang kemudian melanjutkan studi teknik kimia ke Universiteit te Delft. Namun
gelar insinurnya diperoleh di Zurich, Jerman. Mengapa? Yang jelas sejak 1940
Negeri Belaanda diduduki Jerman.
Dalam sejarah mahasiswa Indonesia, satu keluarga yang memiliki banyak sarjana yang studi ke Belanda adalah Raden Soeroto dari Pakoelaman. Lalu kemudian ada keluarga MO Parlindungan yang berasal dari keluarga terpelajar di Sipirok, Ayah adalah seorang guru yang menjadi direktur Normaal School di Pematangsiantar. Dua pamannya adalah anggota Volksraad yakni Mangaradja Soangkoepon (sekolah di Belanda) dari dapil province Oost Sumatra dan Dr Abdoel Rasjid (lulus STOVIA) dari dapil Residentie Tapanoeli. Dua abangnya adalah dokter lulusan Belanda yakni Dr, Diapari Siregar dan Dr. Gindo Siregar. Pada era perang kemerdekaan Dr Gindo Siregar adalah komandan militer wilayah Sumatra bagian utara dengan pangkat Majoor Generaal (setingkat dengan Majoor Generaal Abdoel Haris Nasoetion di di Divisi I Siliwingi). Ir. MO Parlindungan, berpangkat Letnan Kolonel.
Lantas bagaimana sejarah MO Parlindoengan dan keluarga? Seperti disebut di atas, MO Parlindoengan berasal dari keluarga terpelajar dari Sipirok. MO Parlindoengan studi di Delft dan Zurich, irsinyur teknik kimia yang menjadi Direktur PINDAD pertama. Lalu bagaimana sejarah MO Parlindoengan dan keluarga? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
MO Parlindoengan dan Keluarga; Studi di Delft dan Zurich, Irsinyur Teknik Kimia Direktur PINDAD Pertama
Mangaradja Onggang Parlindoengan lahir di Taroetoeng dan mengikuti pendidikan dasar di Pematang Siantar. Pada tahun 1931 Mangaradja Onggang Parlindoengan yang memiliki nama kecil AFP Siregar masuk MULO di Medan. Pada tahun 1935 AFP Siregar melanjutkan pendidikan HBS di Medan. Pada tahun 1936 AFP Siregar dipromosikan dari kelas empat ke kelas lima afdeling-B (jurusan IPA sekarang). Pada tahun 1937, AFP Siregar dinyatakan lulus ujian akhir (eindexamen).
Abang Mangaradja Onggang Parlindoengan, Diapari Siregar lulus ujian akhir dan mendapat gelar dokter di Leiden 1932 (lihat De Telegraaf, 21-10-1932). Pada tahun 1933 abangnya, Gindo Siregar lulus ujian dokter di Leiden bersama Mas Agoes (lihat De Telegraaf, 18-11-1933). Saudara sepupunya lulus sarjana hukum di Leiden (lihat Algemeen Handelsblad, 20-12-1934).
Setelah lulus sekolah HBS, AFP Siregar gelar Mangaradja Onggang Parlindoengan berangkat ke Batavia untuk selanjutnya melanjutkan pendidikan tinggi ke luar negeri. Dari Batavia, yang terdaftar di dalam manifest kapal MO Parlindoengan dengan menumpang kapal Indrapoera berangkat dari Batavia tanggal 28 Juli 1937 menuju Marseile (Prancis). MO Parlingungan diterima di sekolah tinggi teknik di Delft (lihat Delftsche courant, 11-09-1937).
Mangaradja Onggang Parlindoengan dalam keluarga adalah anak bungsu. Ayahnya Soetan Martoewa Radja pada
tahun 1937 adalah direktur sekolah guru Normaal School di Pematang Siantara
(lulusan sekolah guru Kweekschool Padang Sidempoean pada tahun 1892). Pada saat
ini ada dua paman Mangaradja Onggang Parlindoengan yang menjadi anggota Volksraad. Abdoel Firman Siregar gelar Mangaradja
Soangkoepon dari dapil province Oost van Sumatra (sejak 1927) dan Dr Abdoel
Rasjid Siregar dari dapil residentie Tapanoeli (sejak 1931). Mangaradja
Soangkoepon lulus sekolah Handelschool di Amsterdam tahun 1915. Dr Abdoel
Rasjid Siregar lulus sekolah kedokteran STOVIA di Batavia tahun 1919 (pendiri dan
ketua pertama Bataksch Bond tahun 1919).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Studi di Delft dan Zurich, Irsinyur Teknik Kimia Direktur PINDAD Pertama: Sekolah HBS di Medan
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar