Selasa, 29 Agustus 2023

Sejarah Mahasiswa (48): Soemitro Djojo Hadikoesoemo Studi di Rotterdam Meraih Gelar Doktor Ekonomi; Dr Sjamsi Widagda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Banyak siswa asal Hindia (baca: Indonesia) yang melanjutkan studi di Belanda yang mengambil bidang ekonomi, termasuk Mohamad Hatta. Namun hanya beberapa saja yang berhasil meraih gelar doktor. Yang pertama adalah Sjamsi Widagda meraih gelar doctor pada tahun 1926 lalu kemudian Soemitro Djojohadikoesoemo dan Ong Eng Die.


Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo lahir di Kebumen 29 Mei 1917. Anak sulung dari Raden Mas Margono Djojohadikusumo. Ia memulai pendidikan di sekolah Europeesche Lagere School (setara sekolah dasar) dan belakangan Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren di Banyumas. Pada tahun 1935, setelah menyelesaikan pendidikan di Hindia Belanda, Soemitro melanjutkan studinya ke Sekolah Tinggi Ekonomi (Nederlandsche Economische Hogeschool) di Rotterdam. Pada masa itu, karena depresi besar, tidak banyak putra Indonesia bahkan keturunan priyayi yang dapat berkuliah di luar negeri. Ia juga sempat menempuh kursus filosofi dan sejarah di Universitas Paris selama setahun, antara 1937 hingga 1938 setelah ia mendapatkan gelar sarjana dari Rotterdam. Selama studinya, ia turut bergabung dalam organisasi mahasiswa Indonesia yang bertujuan mempromosikan seni budaya Indonesia. Saat Soemitro sedang menyelesaikan disertasinya di Rotterdam, pada bulan Mei 1940, Jerman Nazi menyerbu Belanda. Ia tetap berhasil menyelesaikan disertasinya pada tahun 1943, yang berjudul Het Volkscredietwezen in de Depressie ("Kredit Rakyat di Masa Depresi"), dan ia memperoleh gelar doktor ekonomi. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Soemitro Djojohadikoesoemo studi di Rotterdam meraih gelar doktor ekonomi? Seperti disebut di atas, mahasiswa Indonesia hanya beberapa yang berhasil meraih gelar doctor ekonomi. Yang pertamma adalah Dr Sjamsi Widagda. Lalu bagaimana sejarah Soemitro Djojohadikoesoemo studi di Rotterdam meraih gelar doktor ekonomi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

Soemitro Djojo Hadi Koesoemo Studi di Rotterdam Meraih Gelar Doktor Ekonomi; Dr Sjamsi Widagda

Soemitro Djojohadikoesoemo diterima di sekolah elit Batavia tahun 1930. Di sekolah Koning Willem III School Batavia tahun 1931 dilakukan ujian transisi. Yang lulus ujian naik dari kelas satu ke kelas dua antara lain RM S Margono Djojohadikoesoemo (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 02-05-1931). Soemitro Djojohadikoesoemo naik dari kelas dua ke kelas tiga di sekolah Koning Willem III School di Batavia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 02-05-1932).


Sekolah Koning Willem III School di Batavia adalah sekolah menengah (HBS) tertua di Hindia, dibuka sejak tahun 1860. Siswa yang diterima di HBS 5 tahun adalah lulusan ELS di tahun pertama atau siswa lulusan MULO atau lulus kelas tiga di HBS 3 tahun yang ditenmpatkan di kelas empat. Mulai kelas empat dibagi ke dalam dua afdeeling (jurusan) yakni Afd-A (lit, econ); Afd-B (Wis en Nat). Sekolah elit lainnya di Batavia adalah Prins Hendrik School yang dibuka sejak 1915, Ayah Soemitro Djojohadikoesoemo, adjunct inspect Centrale Kas RM Margono Djojohadikoesoemo di Malang dipindahkan ke Weltevreden sebagai Adviser voor Volkscredietrwezen en Cooperatie (lihat De Indische courant, 17-03-1930). 

Soemitro Djojohadikoesoemo tidak melanjutkan di sekolah KW III School, tetapi mendaftar di sekolah Prins Henrik School Batavia. Mengapa? Pada tahun 1934 Soemitro Djojohadikoesoemo naik dari kelas empat ke kelas lima HBS Afdeeling-A (sosial dan budaya) di sekolah elit Prins Hendrik School di Batavia. RM Soemitro Djojohadikoesoemo lulus ujian akhir di PHS (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 04-06-1935). Dalam daftar yang lulus juga terdapat nama RR Moediarti Djoened Poesponegoro.


Di sekolah Prins Hendrik School, Mohamad Hatta lulus tahun 1921 (langsung berangkat studi ke Belanda), Ida Loemongga Nasoetion lulus pada tahun 1922 (langusng berangkat studi ke Belanda), Abdoel Hakim Harahap lulus pada tahun 1927 dan. Anwar Makarim lulus tahun 1936 (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 10-06-1936). Setahun sebelumnya Soemitro Djojohadikoesoemo lulus di Afdeeling A dan langsung melanjutkan studi ke Rotterdam. Catatan: Anwar Makarim adalah kakek dari Nadiem Makarim. 

RM Soemitro Djojohadikoesoemo melanjutkan studi ke Belanda. RM Soemitro Djojohadikoesoemo dengan kapal Op ten Noort dari Tandjong Priok tanggal 7 September yang dilanjutkan dengan kapal Postdam dari Singapoera pada tanggal 10 September 1935 berangkat ke Belanda. RM Soemitro Djojohadikoesoemo diterima di sekolah tinggi ekonomi Rotterdam.


Raden Mas Soemitro Djojohadikoesoemo berhasil ujian candidat ekonomi di Handelshoogeschool di Rotterdam (liaht Nieuwsblad van het Noorden, 22-10-1937). Sekolah tinggi ekonomi ini juga sebelumnya Mohammad Hatta lulus tahun 1932.

Di Belanda Soemitro Djojohadikoesoemo aktif organisasi mahasiswa. Dalam kepengurusan Roekoen Peladjar Indonesia (ROEPI) terdiri dari ketua Hertog dan Wakil Ketua Daliloedin Lubis. Organ ROEPI adalah majalah Soeara Roepi dengan ketua Redaksi Maroeto dan para anggota Soemitro dan T. Tobing (lihat Zaans volksblad : sociaal-democratisch dagblad, 07-02-1939).


ROEPI adalah bagian dari organisasi mahasiswa Indonesia di Belanda (Perhimpoenan Indonesia). Pengurus Perhimpoenan Indonesia saat itu (periode 1936-1940) adalah Parlindoengan Lubis (ketua); Sidhartawan (sekretaris); dan Mohamad Ildrem Siregar (bendahara). Parlindoengan Lubis adalah abang dari Daliloedin Lubis.

Soemitro Djojohadikoesoemo lulus ujian doktoral (Drs) di bidang ekonomi tahun 1940 (lihat De Tijd: godsdienstig-staatkundig dagblad, 11-07-1940).  Saat ini di Belanda dalam situasi sedikit gamang karena Jerman menduduki Belanda sejak Mei 1940. Tidak berapa lama, Parlindoengan Lubis lulus ujian dan meraih gelar dokter (lihat De standard, 26-10-1940).


Namun dalam perkembangannya, Dr. Parlindoengan Lubis yang anti fasis (termasuk anti Jepang) ditangkap militer Jerman lalu dijebloskan ke kamp NAZI Jerman (satu-satunya orang Indonesia di kamp NAZI). Sidhartawan dikabarkan meninggal tetapi Parlindoengan Lubis masih bisa bertahan. Selama tokoh-tokoh PI ditahan, mahasiswa-mahasiswa masih bisa berkuliah. Daliloedin Lubis lulus dan meraih gelar dokter dari Universiet Amsterdam tahun 1941.

Soemitro Djojohadikoesoemo melanjutkan studi ke tingkat doktoral dan akhirnya dapat meraih gelar doktor (Ph.D) tahun 1943 di bidang ekonomi dengan desertasi berjudul ‘Het volkscredietwezcn in de depressie’ (Maandschrift van het Centraal Bureau voor de Statistiek = Revue mensuelle du Bureau Central de Statistique du Royaume des Pays-Bas, 31-10-1943).


Setelah selesai studi, sebagaimana orang-orang Indonesia di Belanda tidak bisa kembali ke tanah air karena sudah terputus hubungan antara Belanda dan Indonesia. Orang-orang Indonesia, termasuk Dr. Soemitro tetap bertahan di Belanda dan Dr Parlindoengan Lubis tetap di dalam tahanan di kamp konsentrasi NAZI. Kepemimpinan Perhimpoenan Indonesia tetap eksis, meski tanpa ketua tetapi FKN Harahap dan kawan-kawan tetap meneruskan perjuangan dengan menerbitkan majalah yang pro kemerdekaan Indonesia. FKN Harahap (pecatur tangguh yang pernah mengalahkan juara catur Belanda) menggaungkan kembali semangat Indonesia dengan Indonesia Raya. Ini dapat dibaca pada edisi De bevrijding: weekblad uitgegeven door de Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 15-05-1945: ‘Pada musim semi tahun 1944..kami tetap berjuang...kegamangan dalam menyelesaikan studi...kami terus melawan Jepang... muncul utusan dari Kedutaan Besar Jepang di Berlin untuk memberikan umpan, mahasiswa Indonesia membuang umpan tersebut. Itu adalah siasat untuk menangkap Mahasiswa Indonesia dengan jaring mereka... tiga tahun bagi orang Indonesia dari semua kehilangan hubungan dengan keluarga mereka!..Untuk itu jangan lupa dan harus sadar seberapa jauh studi Anda sudah berkembang. Apakah Anda semua terburu-buru untuk ujian, atau mungkin ujian terakhir Anda pergi?...FKN Harahap’. 

Kegiatan mahasiswa Indonesia juga dapat dibaca pada edisi De bevrijding: weekblad uitgegeven door de Indonesische Vereniging Perhimpoenan Indonesia, 26-05-1945): ‘De vrijheidsbetogingen te Amsterdam (9 Mei 1945). Demonstrasi besar di Amsterdam dengan mengatasnamakan Perhimpunan Indonesia untuk menuntut kemerdekaan Indonesia yang berkumpul di lapangan Istana Kerajaan. Bendera Merah Putih menjulang diantara demonstrasi.


Banyak orang Amsterdam yang mendukung demo ini dengan simpati. Beberapa orang Amsterdam juga ikut naik panggung untuk berbicara untuk mendukung kemerdekaan Indonesia termasuk Wali Kota Amsterdam...FKN Harahap telah berpidato, yang mewakili atas nama Perhimpoenan Indonesia untuk mengatakan beberapa kata. mengucapkan terima kasih kepada orang-orang Belanda untuk semua dukungan dan simpati ini, yang mana orang Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus memperjuangkan kemerdekaan...’.

FKN Harahap dalam fase ini telah menjadi pimpinan warga Indonesi di Belanda. Rapat Umum yang dilakukan oleh kepanitiaan yang dibentuk orang-orang Indonesia (Perhimpoenan Indonesia) yang disebut Verbond van Indonesische Burger (VIB) diadakan di Foyer van de Stadsgehoorzaal te Leiden pada hari Jumat 13 Juli (lihat De kroniek, 11-07-1945). Dalam rapat massa ini panitian menghadirkan dua pembicara utama.


Dua pembicara tersebut adalah R. Poeradiredja dengan judul ‘Indonesie! Beheer of Bevrijding?’ dan RM Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo dengan judul ‘Sociaal-economische problemen rondom Indonesie’. Dua tema ini menjadi sangat penting: Pertama, soal pembebasan (kemerdekaan) yang disampaikan oleh R Poeradiredja. Kedua, soal masalah social dan ekonomi yang terus memburuk di Indonesia.

Pada menjelang kemerdekaan, Indonesia sudah memiliki sejumlah ahli/ilmuwan. Di bidang ekonomi RM Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo adalah ahli ekonomi Indonesia di Belanda dan Dr Sjamsi Widagda ahli ekonomi di Indonesia. Keduanya meraih gelar doctor ekonomi di Rotterdam. Ekonom senior Sjmsi Widagda (doktor tahun 1926) dan Soemitro sebagai ekonom junior (doctor tahun 1943).


Keahlian yang lain yang juga dibutuhkan saat itu adalah di bidang hukum, terutama dalam hukum internasional. Masdoelhak Nasoetion ahli hukum Indonesia di Belanda, meraih helar doktor tahun 19432 (lihat Friesche courant, 27-03-1943). Soemitro dan Masdoelhak adalah dua putra Indonesia yang berhasil dalam situasi sulit (masa perang) dalam studi dan meraih gelar doctor.

Pada saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaan di Djakarta (pasca Sekutu menaklukkan Jepang), Sekutu belum lama menghancurkan Jerman/NAZI di Eropa. Parlindoengan Lubis yang selama ini ditahan di kamp militer Jerman dibebaskan. Dalam situasi inilah para sarjana Indonesia di Belanda memungkinkan kembali ke tanah air. Parlindoengan Lubis, Soemitro Djojohadikoesoemo dan lainnya secara bertahap pulang ke tanah air. Sementara FKN Harahap yang menjadi pimpinan warga Indonesia di Belanda, yang belum selesai studi, kembali ke bangku kuliah untuk tetap meneruskan studi.


Pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia, dan masuknya Sekturu/Inggris ke Indonesia dalam rangka pelucutan dan evakuasi militer Jepang dan pembebasan internran Eropa/Belanda, mulai menguat Gerakan Belanda untuk memasuki Indonesia. Dalam mengantisipasi itu, Perhimpoenan Indonesia di Belanda mengeluarkan sebuah manifesto di Belanda yang kemudian diumumkan yang mana meminta agar orang Belanda untuk menahan diri untuk berperang (dengan orang Indonesia) dan memberi kesempatan bagi Indonesia untuk mandiri. Penandatangan manifesto ini termasuk didalamnya FKN Harahap (lihat De waarheid, 03-01-1946).

Menanggapi perkembangan situasi dan kondisi Indonesi yang semakin panas, sehubungan dengan sidang PBB di London, didatangkan delegasi Belanda dan delegasi Indonesia. Delegasi Indonesia ke sidang PBB diwakili oleh Dr Soemitro Djojohadikoesoemo dan Dr Zain (lihat Amigoe di Curacao: weekblad voor de Curacaosche eilanden, 22-01-1946). Keduanya di sidang PBB menyangkal usulan Belanda (lihat Het Parool, 18-03-1946). Keduanya akan berangkat ke Indonesia (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 28-03-1946).


Dr Soemitro Djojohadikoesoemo yang sudah di tanah air, bergabung dengan kabinet Soetan Sjahrir. Dr Soemitro Djojohadikoesoemo menjadi penasehat ekonomi cabinet. Dua tokoh utama dalam cabinet ini adalah Soetan Sjahrir sebafgai Perdana Menteri merangkap Menteri Lur Negeri dan Mr Amir Sjarifoeddin Harahap sebagai Menteri Pertahanan. Namun tidak terduga ada sabotage di Soerakarta (lihat Algemeen Handelsblad, 01-07-1946). Dalam sabotage ini, Sjahrir, Darmawan, Soemitro dan (Mayor) Soedibio plus Soedarsomo dan lainnya diculik satu kelompok tertentu dari TRI dan kemudian ditahan di penjara. Menteri Pertahanan Amir Sjarifoeddin Harahap bergegas dari Djogjakarta (ibu kota RI) untuk mermbebaskannya. Dan berhasil dibebaskan dalam kondisi selamat di bawah ke Djogjakarta. Penculikan dialamatkan kepada kelompok pendukung Tan Malaka (lihat Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 01-07-1946). Berita lain dalam edisi ini diberitakan pengumuman di media bahwa Dr. Hj van Mook, atas permintaannya sendiri, sebagai Letnan Gubernur Jenderal akan mengundurkan diri. Catatan: HJ van Mook adalah ketua Kongres Hindia di Belanda tahun 1917, suatu kongres mahasiswa Belanda, Cina dan pribumi asal Hindia. Usul perwakilan mahasiswa pribumi untuk menggunakan nama Indonesia diadopsi. Kongres berikutnya tahun 1918 nama kongres sudah diubah menjadi Kongres Indonesia. HJ van Mook kelahiran Semarang yang sangat mencintai Indonesia dan cukup dekat dengan para pemimpinan Indonesia yang lulusan Belanda.

Sementara itu di Belanda, dalam situasi dan kondisi yang masih sulit akhirnya FKN Harahap berhasil menyelesaikan studi. FKN Harahap dinyatakan lulus dan meraih gelar sarjana di Vrijs Universiteit (Universitas Merdeka) Belanda (lihat Friesch dagblad, 10-07-1946).


Sementara kawan-kawannya seperjuangan, seperti Dr. Drs Soemitro, dokter Parlindoengan Lubis dan dokter Mohamad Ildrem Siregar sudah berada di Indonesia dan sebagian yang lain ke luar negeri dalam hubungannya dengan kepentingan Indonesia. FKN Harahap juga bersiap-siap pulang ke tanah air.

FKN Harahap akhirnya kembali ke tanah air. Perjuangan FKN Harahap dan kawan-kawan selama perang seakan mengakhiri Perhimpoenan Indonesia. Sebagaimana diketahui Perhimponenan Indonesia dengan nama Inidche Vereeniging digagas oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan pada tahun 1908. Jika dulu (1908) Hoesein Djajadiningrat dan Soetan Casajangan bahu-membahu mengawali, maka tahun 1945 FKN Harahap dan Soemitro Djojohadikoesomo mengakhirinya.


Sisa para diaspora Indonesia di Belanda yang pro Indonesia akhirnya kembali ke tanah air. Dalam rombongan terakhir inio termasuk FKN Harahap (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 03-01-1951). Disebutkan kembali di tanah air, dari Calcutta FKN Harahap dengan pesawat KLM tiba di Bandara Kemajoran. Di tanah air, FKN Harahap memulai karir sebagai dosen di Akademi Wartawan di Batavia. Suatu akademi yang dibangun oleh jurnalis senior Parada Harahap (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 18-04-1952). Disebutkan akta Notaris pada tanggal 12 Maret tahun ini. Di Jakarta ‘Akademi Wartawan’ yang sudah lebih ada dari setahun, menjadi yayasan. Akademi Wartawan ini dipimpin oleh Dekan, Parada Harahap. Staf dosen antara lain Hamka, T. Soedjanadiwirja-Harahap, Ds. FKN Harahap dan Prof. dr. R. Beerling’.

Dr Soemitro Djojohadikoesoemo menjadi sebagai penasehat ekonomi selama Kabiet Soetan Sjahri dan selama Kabinet Amir Sjarifoeddin Harahap. Dala, Kabinet Sjahrir ke-3 adakalanya Dr Soemitro sebagai pejabat yang menggantikan Menteri Keuangan Sjarifoedin Prawiranegara (lihat misalnya Het dagblad: uitgave van de Nederlandsche Dagbladpers te Batavia, 20-11-1946). Dr Soemitro Djojohadikoesoemo dan Dr Ong Eng Die menginisiasi pembentukan perusahaan pemerintah di bidang perbankan dan perdagangan. Apakah ini awal dari lahirnya BUMN Indonesia?


Eindhovensch dagblad, 14-01-1947: ‘Telah mendirikan Perusahaan Perbankan dan Perdagangan (Banking en Trading Corporation Ltd”. Modal perusahaan sebesar 20 juta gulden dan 4 juta gulden diantaranya telah disetor. 60 persen sahamnya dimiliki oleh pemerintah republik, sedangkan 40 persennya dimiliki publik. Manajemen perusahaan terdiri dari Dr. Soemitro dan Dr Ong Eng Die. Dr. Somitro adalah penasihat ekonomi delegasi Belanda untuk PBB pada tahun 1945 bersama Mr Ali Sastroatmodjojo’.

Ong Eng Die dan Soemitro sama-sama alumni Belanda (di Rotterdam). Ong Eng Die diketahui telah meraih gelar doktor (PhD) dissertatie dengan topik het economische, sociale en cultureele leven der Chineezen in Nederlandsch -Indie (lihat Maandschrift van het Centraal Bureau voor de Statistiek = Revue mensuelle du Bureau Central de Statistique du Royaume des Pays-Bas, 30-06-1943).


Demikianlah seterusnya, Dr Soemitro Djojohadikoesoemo begitu penting posisinya di dalam pemerintahan Republik Indonesia. Tentu saja itu karena keahlian dan kemampuannya yang berkaitan dengan urusan ekonomi. Dr Sjamsi Widagda, yang sempat sebagai Menteri Keuangan pada saat permulaan Republik (pasca proklamasi kemerdekaan) sudah sangat senior. Kini, Dr Soemitro Djojohadikoesoemo yanhg lebih banyak berperan.

Dr Soemitro Djojohadikoesoemo baru mendapat posisi dengan jabatan Menteri pada Kabinet Natsir (7 September 1950-21 Maret 1951) sebagai Menteri Perdagangan dan Inidustri; Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953) sebagai Menteri Keuangan; dan Kabinet Boerhanoeddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956) sebagai Menteri Keuangan.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Dr Sjamsi Widagda: Nederlandsche Economische Hogeschool Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar