Senin, 12 Maret 2018

Sejarah Kota Medan (63): Sejarah Sepak Bola MEDAN Lebih Tua dari Polandia; Lechia GDANSK, Klub Egy Maulana Vikri

*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini


Kota Gdansk di Polandia tiba-tiba menjadi populer di Indonesia. Hal ini karena pemain sepak bola asal Medan, Egy Maulana Vikri kini bermain bersama klub Lechia di Kota Gdansk. Kehadiran Egy Maulana Vikri di Gdansk membuat kita di Indonesia gembira, karena Egy Maulana Vikri satu-satunya pemain Indonesia yang berkiprah di Eropa. Namun di Kota Gdansk, kehadiran Egy Maulana Vikri masih terdapat pro-kontra. Tapi kelihatannya, suporter sepak bola di Kota Gdansk belum tahu sepak bola di Medan, asal Egy Maulana Vikri.

Bendera Indonesia dan Bendera Polandia
Sepak bola di Kota Medan bukanlah baru kemarin sore. Sepak bola di Kota Medan bahkan jauh lebih tua dari sepak bola di Kota Gdansk. Memang Kota Medan Indonesia jauh di ujung dunia (sebagaimana lazim diucapkan oleh orang Eropa yang nyinyir), tetapi untuk urusan soal sepak bola Kota Medan malah lebih dahulu memiliki klub jika dibandingkan Kota Gdansk, bahkan jauh lebih tua dari semua kota-kota di Polandia sekarang. Bagaimana ceritanya? Itu yang ingin kita perkenalkan. Kita perkenalkan sepak bola Kota Medan dan sepak bola Indonesia bagi publik dan suporter sepak bola di Polandia, khususnya di Kota Gdansk.

Klub sepak bola pertama di Kota Medan didirikan tahun 1900. Klub tersebut bernama Medan Sporting Club. Sementara klub pertama di Polandia bernama Lechia di Lwow (Lechia Lwow) didirikan pada tahun 1903. Pada tahun 1905 belum ada kompetisi di seluruh kota-kota di Polandia, tetapi di Kota Jakarta (baca: Batavia) sudah digulirkan kompetisi sepak bola pertama. Lechia GdaƄsk sendiri, klub Egy Maulana Vikri baru didirikan pada tahun 1945. Bandingkan dengan hanya mengambil sampel: klub PSM Makassar didirikan tahun 1915, Persebaya Surabaya 1927 dan Persija Jakarta 1928

Sabtu, 10 Maret 2018

Sejarah Kota Medan (62): Jusuf Siregar, Pencetak Gol Terbanyak Satu Pertandingan di Indonesia; 7 Gol PON III 1953 di Medan

*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini


Pencetak gol terbanyak dalam satu pertandingan terdapat di negara lain (luar negeri). Namun di dalam negeri Indonesia ada beberapa pemain yang mampu mencetak gol dalam satu pertandingan sebanyak lima gol (quintrick). Hanya ada satu pemain Indonesia yang mampu mencetak gol sebanyak enam gol yakni Ilham Jayakesuma. Apakah ada pemain Indonesia yang mampu mencetak tujuh gol dalam satu pertandingan? Ternyata ada.


Het nieuwsblad voor Sumatra, 23-09-1953
Seorang pemain mampu mencetak gol sebanyak-banyaknya dalam satu pertandingan adalah suatu prestasi tersendiri. Bahkan prestasi tersebut melebihi prestasi seorang pemain yang menjadi top skor dalam satu turnamen atau satu musim (top skor). Begitu pentingnya mencetak gol sebanyak-banyak dalam satu pertandingan memunculkan terminologi: Brace (2 gol); Hattrick (3 gol); Quattrick (4 gol); Quintrick (5 gol); dan Double Hattrick (6 gol). Hanya itu. Lebih dari enam gol disebut fantastic.

Jusuf Siregar, sejauh ini adalah satu-satunya orang Indonesia yang mampu mencetak tujuh gol dalam satu pertandingan. Prestasi ini diraihnya dalam pertandingan cabang sepakbola pada penyelenggaraan PON III di Medan tahun 1953. Jusuf Siregar adalah pemain nasional Indonesia yang disegani oleh kiper-kiper luar negeri. Rekor Indonesia Jusuf Siregar ini hingga ini hari belum terpecahkan. Jusuf Siregar dalam satu pertandingan juga pernah menjebol gawang Persidja sebanyak lima kali (Quintrick) ketika PSMS mengalahkan Persidja dengan skor 6-3 pada tahun 1955.

Kamis, 08 Maret 2018

Sejarah Kota Medan (61): Sejarah Stadion Kebun Bunga, 'Markas' PSMS di Medan; Stadion Vios di Batavia, Sidolig di Bandung

*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini.


Stadion Kebun Bunga di Medan sudah sejak lama digunakan oleh PSMS sebagai ‘markas’ dan juga tempat latihan. Sementara untuk pertandingan resmi, PSMS menggunakan Stadion Teladan. Stadion Kebun Bunga dibangun di era kolonial Belanda, Stadion Teladan baru dibangun pada tahun 1953. Stadion Kebun Bunga hingga saat ini masih digunakan PSMS sebagai ‘markas’. Stadion Teladan juga hingga saat ini masih eksis sebagai stadion utama PSMS.

Gerbang (stadion) Lapangan DSV Medan (1925)
Di Jakarta, Stadion Menteng adalah ‘markas’ Persija. Stadion ini sudah eksis di era kolonial Belanda yang menjadi ‘markas’ klub VIOS. Sejak Stadion Menteng dibongkar dan dijadikan taman, praktis Persija tidak memiliki ‘markas’ yang tetap. Sementara itu, di Bandung, Stadion Persib adalah ‘markas’ Persib. Stadion ini juga sudah eksis sejak era kolonial Belanda yang menjadi ‘markas’ klub Sidolig.

Lantas kapan Stadion Kebun Bunga dibangun? Itu yang menjadi pertanyaan. Pertanyaan ini dapat ditambahkan: Mengapa Stadion Kebun Bunga dibangun? Lalu bagaimana proses awal pembangunannya. Pertanyaan ini menjadi menarik karena Stadion Kebun Bunga masih eksis dan juga Stadion Kebun Bunga masih digunakan PSMS sebagai markas dan tempat latihan hingga saat ini. Untuk itu, mari kita lacak.

Rabu, 07 Maret 2018

Sejarah Semarang (19): 'Wingko Babat' Made in Semarang Terkenal Sejak 1934; 'Loempia Semarang' Kategori World Food?

Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini


Wingko adalah penganan tradisional asli Indonesia. Saya suka wingko, yakni wingko babat buatan Semarang. Wingko babat adalah salah satu menu penganan yang kerap dijadikan oleh-oleh dari Semarang. Oleh karena itu tetap membeli wingko babat dari Semarang adalah salah satu upaya untuk menjaga dan melestarikan kekayaan penganan asli Indonesia. Wingko tentu saja adalah salah satu bentuk kearifan nenek moyang kita.

Wingko Babat (internet)
Produk wingko diproduksi di banyak tempat. Selain di Semarang, juga produsen wingko juga ditemukan di Soerakarta dan Jogjakarta. Meski demikian, nama generiknya adalah ‘wingko babat’. Produsen dan konsumen di Semarang menyebutnya wingko Babat Semarang; Produsen dan konsumen di Soerakarta menyebutnya ‘wingko Babat Solo’. Demikian juga yang di Yogyakarta menyebutnya ‘wingko Babat Jogjakarta’.

Lantas darimana sesungguhnya asal-usul penganan yang disebut ‘wingko Babat’? Apakah nama penganan wingko Babat dikaitkan dengan nama sebuah desa bernama Wingko di district Djenar, Regenschap Poerworedjo, Residentie Bagelen? Ataukah dikaitkan dengan nama desa Babat di Regenschap Lamongan, Afdeeling Grisee, Residentie Soerabaja? Mari kita telusuri.

Selasa, 06 Maret 2018

Sejarah Jakarta (22): Sejarah KADIN, Kamar Dagang Industri; Parada Harahap Pimpim Pengusaha Pribumi ke Jepang 1933

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini


Sejarah organisasi kamar dagang dan industri Indonesia sejatinya memiliki sejarah yang panjang, bahkan sudah ada sejak lebih dari satu abad yang lalu. Oganisasi kamar dagang dan industri orang-orang pribumi saat itu secara sadar telah mempelopori kebangkitan bangsa. Organisasi dagang dan industri pribumi ini tetap konsisten dalam pergerakan bangsa hingga tercapainya kemerdekaan bangsa Indonesia. 

De Indische courant, 29-12-1933
Seakan ada anggapan bahwa pengusaha Indonesia baru lahir dan memulai organisasi pada zaman Orde Baru. Ini dapat dibaca di dalam Sejarah Kadin Indonesia. Disebutkan pembentukan organisasi Kadin Indonesia pertama kali dibentuk tanggal 24 September 1968 atas prakarsa Kadin Jakarta. Faktanya, Kadin Indonesia di era Belanda sudah eksis yang disebut Inheemsche Middenstands Vereeniging (1929). Jika mundur lagi kembali akan ditemukan kadin-kadin yang lebih tua: Sarikat Dagang Islam di Solo (1911) dan Sjarikat Tapanoeli di Medan (1907),

Bagaimana para pengusaha pribumi tersebut berkiprah? Itu yang menjadi pertanyaannya. Sejarah organisasi dagang dan industri pribumi meski ada yang menulis tetapi tidak memadai. Anehnya, sejarah organisasi dagang dan industri para pengusaha pribumi ini sejak era kolonial Belanda tidak disertakan dalam sejarah Kadin Indonesia masa kini. Sejarah organisasi para pengusaha pribumi ini sudah barang tentu menarik untuk diperhatikan. Mari kita telusuri.

Minggu, 04 Maret 2018

Sejarah Semarang (18): Rawa Pening di Ambarawa dan Kejadian Nyata 1838; Fort Willem I, Benteng Penakluk Perang Jawa

Untuk melihat semua artikel Sejarah Semarang dalam blog ini Klik Disini


Danau Rawa Pening adalah danau pegunungan yang berada di Ambarawa. Kini, danau Rawa Pening menjadi salah satu tujuan wisata di wilayah Semarang. Di sebelah barat dekat danau Rawa Pening terdapat benteng VOC yang disebut Fort Willem I. Pada masa doeloe, rawa besar ini menjadi bagian tak terpisahkan dengan benteng besar ini. Fort Willem I diperkuat pada tahun 1869 sehubungan dengan booming kopi dan beroperasinya jalur kereta api pertama (Semarang-Ambarawa). Namun entah darimana asal muasalnya pada masa kini, adakalanya, Rawa Pening dikaitkan dengan suatu legenda.

Peta 1897: Fort Willem dan Rawa Pening
Danau Rawa Pening luasnya sekitar 2.600 Ha. Ada sebanyak empat kecamatan yang memiliki akses ke danau: Ambarawa, Banyubiru, Bawen dan Tuntang. Danau Rawa Pening berada di cekungan tiga gunung: Merbabu, Telomoyo, dan Ungaran. Menurut sebagian warga setempat, danau Rawa Pening memiliki kisah sendiri (legenda) yang diceritakan secara turun temurun. Peta 1897: Fort Willem dan Rawa Pening

Okelah, legenda Rawa Pening adalah hal lain. Dalam hal ini, sejarah danau Rawa Pening tentu saja tetap menarik perhatian. Tidak hanya karena danau ini memang indah tetapi juga keberadaan benteng Fort Willem I di dekatnya. Benteng ini adalah tulang punggung bagi VOC dan Pemerintah Hindia Belanda dalam Perang Jawa. Bagaimana danau Rawa Pening terbentuk dan mengapa benteng Fort Willem I didirikan perlu ditelusuri. Lantas kejadian apa saja yang pernah terjadi di danau Rawa Pening? Mari kita lacak sumber-sumber otentik pada masa lampau.