Sejarah
organisasi kamar dagang dan industri Indonesia sejatinya memiliki sejarah yang
panjang, bahkan sudah ada sejak lebih dari satu abad yang lalu. Oganisasi kamar
dagang dan industri orang-orang pribumi saat itu secara sadar telah mempelopori
kebangkitan bangsa. Organisasi dagang dan industri pribumi ini tetap konsisten
dalam pergerakan bangsa hingga tercapainya kemerdekaan bangsa Indonesia.
De Indische courant, 29-12-1933 |
Bagaimana
para pengusaha pribumi tersebut berkiprah? Itu yang menjadi pertanyaannya. Sejarah
organisasi dagang dan industri pribumi meski ada yang menulis tetapi tidak
memadai. Anehnya, sejarah organisasi dagang dan industri para pengusaha pribumi
ini sejak era kolonial Belanda tidak disertakan dalam sejarah Kadin Indonesia
masa kini. Sejarah organisasi para pengusaha pribumi ini sudah barang tentu
menarik untuk diperhatikan. Mari kita telusuri.
Pembentukan
Kadin Pribumi Batavia
Di
Batavia terdapat empat pasar: Pasar Senen, Pasar Tanabang, Pasar Bidara Tjina
dan Pasar Baroe. Pada tahun 1927 Pasar Senen, pasar tertua adalah pasar
terbesar di Batavia. Pasar Senen sejak dihuni oleh para pedagang Eropa/Belanda,
Tionghoa, Arab dan Jepang. Lalu kemudian lambat laun bemunculan para pedagang
pribumi. Pasar Senen yang awalnya hanya di jalan Pasar Senen yang sekarang
semakin meluas ke jalan Kwitang (Westernweg) dan jalan Kramat (Oosternweg). Sementara
itu, para pengusaha pribumi tidak hanya berusaha di bidang perdagangan (ritel)
tetapi juga di bidang industri (seperti mebel, sepatu, percetakan dan media).
Meski demikian, pusat bisnis (transaksi) utama tetap berada di seputar Pasar
Senen.
Pada era VOC hanya
satu pasar yang paling ramai yakni pasar di Weltevreden. Wilayah pasar ini berada
di jalur jalan utama sisi timur sungai Tjiliwong antara Batavia (Casteel
Batavia) dengan Buitenzorg. Seiring dengan perkembangan pada era Pemerintahan
Hindia Belanda, masa pemerintahan Daendels jalan kuno di sisi barat sungai
Tjiliwong ditingkatkan. Lalu jalan sisi timur yang menjadi jalan pos trans-Java
disebut Oosterbweg dan sisi barat disebut Westernweg. Jalan Westernweg ini dari
Buitenzorg berujung di Kwitang (dibangun jembatan Kwitang). Sejak itu Pasar Gambir
yang mulai populer dengan nama Pasar Weltevreden semakin berkembang pesat. Ini mengindikasikan
Pasar Weltevreden adalah pasar tertua di Batavia. Pasar Weltevreden saat itu
adalah pasar elit, yang umumnya orang-orang Eropa (sebagai perluasan
pedagang-pedagang Eropa/Belanda di pusat perdagangan Kali Besar. Pasar ini
awalnya buka pada hari Senen (Senin) lalu kemudian namanya disebut Pasar Senen.
Pasar Senen dalam perkembangannya buka tiga kali sepekan dan lalu kemudian buku
setiap hari.
Jumlah pengusaha pribumi yang semakin banyak
di Batavia yang pusat transaksinya di Pasar Senen mulai diarahkan untuk
bersatu. Surat kabar berbahasa Melayu, Bintang Timoer (yang didirikan tahun
1926) kerap menggagas di dalam editorialnya perlunya persatuan di kalangan
pribumi di berbagai bidang. Parada Harahap, pemimpin dan editor Bintang Timoer
tidak hanya mempersatukan para jurnalis juga para pengusaha pribumi di dalam
berbagai forum. Gerakan Parada Harahap ini beriringan dengan anggota dewan
pusat (Volksraad) golongan pribumi yang menyuarakan rakyat yang dimotori oleh dua
‘vokalis’ di Pedjambon (kini gedung dewan di Senayan): Mr. Abdul Firman Siregar
gelar Mangaradja Soeangkoepon (dari dapil Oost Sumatra) dan Dr. Alimoesa
Harahap (dari dapil Tapanoeli/Atjeh).
Parada Harahap (1927) |
MH
Thamrin dan Parada Harahap adalah dua pengusaha pribumi kelas kakap di Batavia.
Mereka berdualah yang sebelumnya kerap mempersatukan para pengusaha pribumi di
dalam berbagai forum bisnis. Dalam Kongres PPPKI yang pertama yang akan
diadakan pada tahun 1928, Parada Harahap menginisiasi agar para pemuda dari
berbagai organisasi juga bersatu yang kemudian muncul Persatoean Pemuda dan Pelajar
Indonesia (PPPI). Ini berbeda dengan PPI di Belanda (suksesi Indische
Vereeniging) pimpinan M. Hatta. Lalu muncul gagasan baru agar Kongres PPPKI
diadakan bersamaan pada bulan yang sama dengan Kongres Pemuda (PPPI) yakni pada
bulan Oktober 1928. Panitia Kongres Pemuda dibentuk. Pembina Panitian Kongres
Pemuda (junior) adalah Parada Harahap mewakili PPPKI yang menjadi ketua Kongres
PPPKI (senior). Sokongan dana untuk kegiatan Kongres Pemuda bersumber dari
forum pengusaha pribumi Batavia (MH Thamrin dan Parada Harahap). Untuk posisi
bendahara Panitia Kongres Pemuda ditunjuk Amir Sjarifoeddin Harahap. Mengapa?
Kongres PPPKI
(senior) dan Kongres Pemuda (junior) berjalan lancar. Dalam kongres PPPKI sudah
hadir perwakilan Boedi Oetomo, sedangkan perwakilan Minahasa dan Ambon tidak
ada hadir (De Indische courant, 01-09-1928). Salah satu hasil kongres PPPKI adalah pembangunan gedung PPPKI yang
lokasinya di jalan Kenari (lahan yang disediakan oleh MH Thamrin). Hasil keputusan
Kongres Pemuda adalah: Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa. Gedung PPPKI ini
masih eksis hingga ini hari yang dikenal sebagai Gedung MH Thamrin di Jalan
Kenari Jakarta. Hari Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 kemudian diperbaiki menjadi
Hari Sumpah Pemuda.
Bataviaasch nieuwsblad, 16-09-1929 |
Pada tahun 1929 giliran para pengusaha
pribumi (Indonesia) benar-benar bersatu tidak hanya dalam forum tetapi juga
telah membentuk wadah (organisasi) pengusaha yang disebut Inheemsche
Middenstands Vereeniging (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 16-09-1929). Pertemuan
pengusaha pribumi ini diadakan di gedung PPPKI di Gang Kenari. Dalam pertemuan ini
disahkan berdirinya Perhimpoenan Pengusaha Pribumi Indonesia (Inheemsche
Middenstands Vereeniging). Pertemuan juga berhasil menyusun struktur organisasi
yang mana sebagai ketua adalah Parada Harahap dari percetakan Bintang Hindia
yang menerbitkan surat kabar Bintang Timoer. Untuk posisi wakil ketua adalah
Abdoel Gani (pengusaha mebel) dan sebagai sekretaris adalah Haroen Harahap,
pemilik Toko Haroen di Pasar Senen. Sementara untuk posisi bendahara dijabat
oleh Dachlan Sapi’ie, pemilik toko sepatu Sapi’ie. Beberapa komisaris diangkat
yakni MJ Moehammad, Tarbin Moehadjilin dan Djelani Salihoen. Sebagai penasehat
adalah MH Thamrin (Ketua PPPKI).
Parada Harahap adalah seorang yang cerdas dan pemberani. Karena itu dia sangat
sukses secara finansial dan sosial. Pada saat umur 16 tahun (1918) ketika
menjadi krani di perusahaan perkebunan di Deli berani membongkar kasus poenalie
sanctie (tindakan kekerasan terhadap kuli oleh pengusaha) dan megirim
laporannnya ke surat kabar di Medan. Karena itu dia dipecat. Pada tahun 1919
Parada Harahap pulang kampung dan mendirikan surat kabar Sinar Merdeka di
Padang Sidempoean. Pada tahun 1920 menjadi ketua Sumatranond di Tapanoeli dan
ikut kongres di Padang. Pada tahun 1923 Parada Harahap hijrah ke Batavia lalu
mendirikan surat kabar Bintang Hindia. Pada tahun 1925 mendirikan kantor berita
pribumi Alpena dengan merektur seorang editor WR Supratman. Pada tahun 1926
terbit bukunya yang pertama. Pada tahun ini juga Perada Harahap mendirikan
surat kabar yang lebih revoluisioner, Bintang Timoer (Bataviaasch nieuwsblad,
07-08-1926). Ir. Soekarno kerap mengirim tulisan ke Bintang Timoer. Tidak hanya
itu Parada Harahap juga mendirikan surat kabar berbahasa Belanda (De Indische
courant, 25-09-1930). Parada Harahap tidak punya hutang terhadap Belanda,
karena itu Parada Harahap memiliki keberanian berseberangan dengan Belanda. Parada
Harahap sudah puluhan kali ke meja hijau karena delik pers (sejak di Medan) dan
beberapa kali harus dibuai. Kini untuk kesekian kali harus dipanggil ke
pengadilan. Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 30-12-1930: ‘Mr Parada Harahap berdiri untuk keseratus
kalinya di meja hijau. Kali ini Parada Harahap dipanggil ke pengadilan karena
korannya memuat iklan tagihan hutang. Si penagih hutang digugat karena dianggap
mencemarkan nama baiknya dan juga editor Bintang Timoer, Parada Harahap juga diseret.
Ketika dituduhkan kepada Parada Harahap bahwa ikut bertanggungjawab karena iklan itu menjadi pendapatannya
(sumber penerimaan).
Hakim: ‘Saya sudah mengenal Anda dari hal lain, Anda
adalah Parada Harahap dari Bintang Timur?’
Parada Harahap: Mengangguk seperti petani yang sakit gigi.
Hakim: ‘Anda telah menghina (si Penggugat) lewat iklan di
media Anda’
Parada Harahap: ‘Bagaimana saya bertanggungjawab?’.
Djaksa (kemudian mencecar): ‘Anda kan direktur editor?’.
Parada Harahap: ‘Iya betul, tapi saya hanya
bertanggungjawab untuk bagian jurnalistik’ (dengan suara enteng, lalu
menandaskan). ‘Bagian administrasi bertanggungjawab untuk iklan’.
Djaksa (terus mencecar): ‘Ah’ (reaksi si Djaksa). ‘Tanya
sekarang, setuju bahwa di koran Anda muncul iklan cabul, apakah Anda akan
mengatakan tidak bertanggung jawab?’.
Parada Harahap (spontan menjawab): ‘Oh, kalau soal itu
tanggungjawab saya’.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Parada Harahap
Pimpim Pengusaha Pribumi ke Jepang
Tunggu
deskripsi lengkapnya
NV Sjarikat
Tapanoeli 1907
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Rencana
Pembangunan Lima Tahun Indonesia
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar