Sabtu, 10 Maret 2018

Sejarah Kota Medan (62): Jusuf Siregar, Pencetak Gol Terbanyak Satu Pertandingan di Indonesia; 7 Gol PON III 1953 di Medan

*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini


Pencetak gol terbanyak dalam satu pertandingan terdapat di negara lain (luar negeri). Namun di dalam negeri Indonesia ada beberapa pemain yang mampu mencetak gol dalam satu pertandingan sebanyak lima gol (quintrick). Hanya ada satu pemain Indonesia yang mampu mencetak gol sebanyak enam gol yakni Ilham Jayakesuma. Apakah ada pemain Indonesia yang mampu mencetak tujuh gol dalam satu pertandingan? Ternyata ada.


Het nieuwsblad voor Sumatra, 23-09-1953
Seorang pemain mampu mencetak gol sebanyak-banyaknya dalam satu pertandingan adalah suatu prestasi tersendiri. Bahkan prestasi tersebut melebihi prestasi seorang pemain yang menjadi top skor dalam satu turnamen atau satu musim (top skor). Begitu pentingnya mencetak gol sebanyak-banyak dalam satu pertandingan memunculkan terminologi: Brace (2 gol); Hattrick (3 gol); Quattrick (4 gol); Quintrick (5 gol); dan Double Hattrick (6 gol). Hanya itu. Lebih dari enam gol disebut fantastic.

Jusuf Siregar, sejauh ini adalah satu-satunya orang Indonesia yang mampu mencetak tujuh gol dalam satu pertandingan. Prestasi ini diraihnya dalam pertandingan cabang sepakbola pada penyelenggaraan PON III di Medan tahun 1953. Jusuf Siregar adalah pemain nasional Indonesia yang disegani oleh kiper-kiper luar negeri. Rekor Indonesia Jusuf Siregar ini hingga ini hari belum terpecahkan. Jusuf Siregar dalam satu pertandingan juga pernah menjebol gawang Persidja sebanyak lima kali (Quintrick) ketika PSMS mengalahkan Persidja dengan skor 6-3 pada tahun 1955.

Jusuf Siregar, Pemain Nasional Legendaris PSMS Medan

Jusuf Siregar bukanlah pemain biasa. Jusuf Siregar adalah salah satu pemain luar biasa. PON III di Medan tahun 1953 adalah kontes para pemain bintang Indonesia. Tidak hanya Jusuf Siregar, tetapi juga Ramang, Witarsa, Moheng, Chaeruddin Siregar dan lainnya. Mereka ini hadir di Medan mewaklili tim PON daerah masing-masing: Jusuf Siregar (Sumatra Utara/PSMS), Ramang (Sulawesi Selatan/PSM), Witarsa (Jawa Barat/Perib), Moheng (Jawa Timur/Persibaja) dan Chaeruddin Siregar (Djakarta Raya/Persidja).

Format pertandingan sepak bola PON III Medan adalah sisten penilaian berjenjang. Pada putaran awal 12 tim dibagi dua pot. Pot pertama enam tim unggulan dan Pot kedua enam tim non unggulan. Lalu diundi pasangan masing-masing. Tim Djawa Barat mendapat bye karena juara bertahan. Pada babak Perempat Final peringkat pertama mendapat bye. Enam tim lainnya dibagi dua pot. Pot pertama tiga tim peringkat tiga terbaik dan pot kedua tiga tim berikutnya. Lalu diundi untuk mendapat pasangan. Pada Semi Final diundi. Pada final pemenang semi final dipertemukan untuk menentukan juara (emas) dan yang kalah utuk perebutan tempat ketiga (perunggu).

Pada putaran awal PON III Medan tim Sumatra Utara bertemu tim Nusa Tenggara. Dalam pertandingan yang dimainkan pada yanggal 22 September di Stadion Teladan, tim Simatra Utara mengalahkan tim Nusa Tenggara dengan skor besar (9-1) (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 23-09-1953). Tim Nusa Tenggara bukanlah tim lemah. Tim Nusa Tenggara bahwa mampu menjebol gawang Tim Sumatra Utara di awal babak pertama. Ini menunjukkan bahwa Tim Sumatra Utara bukan tim superior. Adalah Jusuf Siregar yang menyamakan kedudukan pada menit ke-12. Tidak lama kemudian Jusuf Siregar membuat gol dan kemudian lahir lagi gol dari kaki Jusuf Siregar. Ini berarti Jusuf Siregar sudah hattrick hingga pertengahan babak pertama. Menjelang turun minum Ramlan memperbesar keunggulan Tim Sumatra Utara menjadi skor 4-1. Pada awal babak kedua Jusuf Siregar menambah pundi-pundi golnya menjadi empat (Quattrick). Beberapa menit kemudian Jusuf Siregar menambah golnya yang kelima (Quintrick). Tiba-tiba hujan turun. Permaian tim Sumatra Utara melambat. Namun Jusuf Siregar tetap kehausan gol dan muncul gol keenam (Double Hattrick). Tim Sumatra Utara memperlambat permainan karena sudah puas dengan skor 7-1. Pada menit ke-30 kembali kiper Nusa Tenggara memungut bola yang kedelapan kali dari jaring gawangnya. Lagi-lagi Jusuf Siregar menjadi momok. Praktis hingga menit ke-30 babak kedua Jusuf Siregar telah mengoleksi tujuh gol. Lima menit kemudian kembali kiper Nusa Teggara memungut bola yang kesembilan kali.

Jusuf Siregar rebulatb bola di udara dengan kiper Djawa Barat
Tim Nusa Tenggara bukanlah tim lemah, tetapi tim Sumatra Utara memang secara teknis sangat baik. Tim Sumatra di babak Perempat final bahkan mampu mengalahkan juara bertahan Jawa Barat dengan skor besar juga 6-2. Tim Sumatra Utara juga dengan mudah mengalahkan Tim Sumatra Tengah dengan 3-0 di semi final. Di Partai final Tim Sumatra Utara mengalahkan tim Djakarta Raya dengan skor lumayan 3-1. Oleh karenanya, Tim Nusa Tenggara bukanlah tim lemah, tetapi Tim Sumatra Utara memang benar-benar tangguh yang mampu mengalahkan semua lawan-lawannya. Kepiawaian Jusuf Siregar mencetak gol menjadi faktor penting Tim Sumatra Utara mengalahkan lawan-lawannya dan berhasil menjadi juara PON III.

Tujuh gol Jusuf Siregar bukanlah jumlah gol yang sedikit dalam satu pertandingan. Jumlah gol ini sejak sepak bola bermula di era kolonial Belanda tidak pernah terjadi capaian yang dilakukan oleh Jusuf Siregar ini. Jusuf Siregar tidak hanya menyarangkan gol tujuh kali ke gawang Nusa Tenggara, tetapi juga Hattrick ketika melawan juara tahun lalu Tim Jawa Barat (6-2) (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-09-1953). Jusuf Siregar juga memborong tiga gol ke gawang tim Sumatra Tengah di semi final (Het nieuwsblad voor Sumatra, 19-09-1953). Pertandingan ini juga ditonton oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta. Pada Pertandingan final melawan Djakarta Raja dan berhasil menjadi kampiun (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-09-1953). Jusuf Siregar menyumbang dua gol. Secara keseluruhan, Tim Sumatra Utara paling produktif dengan 21 gol, di tempat kedua Djawa Timur dengan 16 gol; ketiga Djakarta Raja delapan gol. Top skor adalah Jusuf Siregar dengan total 15 gol.

Rekor Jusuf Siregar ini hampir disamai oleh Ilham Jayakesuma dengan enam gol dalam satu pertandingan. Ilham Jayakesuma meraih prestasi ini ketika timnya Persita mengalahkan Persikab Bandung dengan skor 10-1 pada Liga Indonesia tanggal 28 April 2002. Untuk rekor lima gol ada beberapa pemain. Baru-baru ini raihan lima gol diraih Sylvano Comvalius ketika Bali Unietd pada Liga 1 2017 mengalahkan Mitra Kukar dengan skor 6-1. Sebelumnya terdapat nama pemain Arema FC, Cristian Gonzales ketika mengalahkan Semen Padang pada semi-final Piala Presiden 2017. Stadion Teladan Medan (Het nieuwsblad voor Sumatra, 19-09-1953).

Dalam PON III 1953 di Medan, lebih dari separuh gol Tim Sumatra Utara berasal dari kaki dan kepala Jusuf Siregar. Bukan serba kebetulan. Sebab, Jusuf Siregar adalah top skor sepak bola PON III di Medan sebanyak 15 gol (hanya dalam empat pertandingan: Putaran Awal, Perempat Final, Semi Final dan Final). Jusuf Siregar menghasilkan gol rata-rata lebih dari tiga gol. Oleh karena itu, saat Jusuf Siregar menciptakan tujuh gol dalam satu pertandingan bukan pula serba kebetulan, tetapi memang Jusuf Siregar benar-benar layak untuk melakukan itu sebagai pencetak gol terproduktif Indonesia sepanjang masa.

Jusuf Siregar ‘Quintrick’ Lawan Persidja 1955

Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 06-05-1954
Nama Jusuf Siregar semakin terkenal. Jusuf Siregar adalah pemain inti tim Nasional Indonesia ke Olimpiade Asia di Manila 1954. Pada babak Perempat Final, Tim Nasional Indonesia maju ke Semi Final setelah mengalahkan India dengan skor 4-0 (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 06-05-1954). Dalam formasi inti kiper adalah Parengkuan (Persidja). Pemain belakang Anas dan Chaeruddin Siregar (Persidja). Pemain tengah Liong Houw (Persidja), Sidik dan Sian Liong. Pemain depan Witarsa (Persib), Tee San Liong, Ramang (PSM), Djamiat (Persidja) dan Jusuf Siregar (PSMS). Meski Timnas Indonesia hanya mendapat medali perunggu di Manila, namun Timnas Indonesia menarik perhatian di Eropa. Komite Olimpiade Jerman Barat mengundang Tim Indonesia karena (hanya) mendengar tim Medan mampu mengalahkan tim kuat dari Swedia (De vrije pers: ochtendbulletin, 29-11-1954),

Het nieuwsblad voor Sumatra, 31-01-1955
Dalam Kejuaraan Antar Perserikatan 1953/1954 Tim PSMS Medan bertemu di pertandingan terakhir yang menentukan siapa juara melawan Persidja. Oleh karena wasit berpihak sebelah, Manajer Tim PSMS Muslim Harahap meminta timnya keluar dan tidak melanjutkan pertandingan (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 03-01-1955). Muslim Harahap memberi alasan bahwa secara berturut-turut, pemain andalan Medan Jusuf Siregar ‘diambil’, yang kemudian Ypres memberi penalti buat Medan, namun tiba-tiba berubah dan hanya memberikan hukuman tembakan tidak langsung setelah Djamiat, pemain depan tim Djakarta memprotes. Lalu kemudian, dan sekali lagi Jusuf Siregar diambil oleh Tamaela ketika posisi ancaman ke arah gawang, tetapi tidak diberi ganjaran malah Tamaela diizinkan tetap untuk bermain.

De locomotief, 10-02-1955
Setelah kisruh Persija vs PSMS di bulan Desember 1954, Tim dari Swiss Grasshoppers akan melakukan sejumlah pertandingan di Indonesia (Het nieuwsblad voor Sumatra, 08-02-1955). Dalam lawatan juara liga Swiss ini, Persija dibantai Grasshoppers tanpa balas dengan sembilan gol, sementara PSMS hanya kalah dengan skor 2-4. Satu gol PSMS ini ke Tim Swiss dibuat oleh Jusuf Siregar (Het nieuwsblad voor Sumatra, 31-01-1955). Ini menunjukkan kualitas PSMS jauh di atas Persidja dan Jusuf Siregar memang OK. Lagi pula Tim Sumatra Utara dalam PON III di Medan September 1953 mengalahkan Tim Djakarta Raja di final dengan skor 3-1 (yang mana dua gol hasil kontribusi Jusuf Siregar). Tim Sumatra Utara sebagian besar PSMS dan Tim Djakarta Raja sebagian besar Persidja.

Java-bode, 22-08-1955
Dalam pembentukan tim nasional Indonesia, pemain Persidja selalu lebih banyak jika dibandingkan dengan perserikatan lain. Pemain asal Medan (PSMS) hanya dua atau tiga orang saja, Padahal Tim PSMS selalu unggul dengan Tim Persidja. Dalam suatu pertandingan revans di Medan (untuk menguji hasil kisruh PSMS vs Persidja pada pertandingan terakhir Kejuaraan Antar Perserikatan 1954), PSMS mengundang Persidja bermain di Medan. Wasitnya adalah wasit netral dari Burma. PSMS berhasil mengalahkan Persidja dengan skor 6-3 (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 22-08-1955). Dalam pertandingan adu gengsi ini, Jusuf Siregar mampu menjebol gawal Persidja sebanyak lima kali (Quintrick). Ini jumlah gol terbanyak Jusuf Siregar setelah sebelumnya di PON III di Medan 1953 berhasil membuat tujuh gol ketika Tim Sumatra Utara mengalahkan Tim Nusa Tenggara. Kini, Jusuf Siregar membuat Persidja mengalami schock di Medan. Jusuf Siregar di partai Final PON III di Medan juga menyumbang dua gol ketika mengalahkan Tim Djakarta Raja. Jadi, bagi Jusuf Siregar bukan hal baru membuat gol banyak ke tim sekelas Persidja. Jusuf Siregar adalah momok bagi Persidja dan karena itu di dalam pertandingan terakhir Kejuaraan Antar Perserikatan 1954, Jusuf Siregar beberapa kali ditebas pemain Persidja yang mengakibatkan PSMS melakukan protes dan meninggalkan lapangan pertandingan di Stadion Ikada Djakarta

Tingkat pencapaian Jusuf Siregar (PSMS) ini tidak pernah dilewati oleh Ramang (PSM) maupun Djamiat (Persidja). Jusuf Siregar sangat produktif di PSMS karena diplot sebagai penyerang tengah bersama Ramlan Jatim. Sedangkan di Timnas Indonesia, Jusuf Siregar diplot sebagai penyerang sayap yang memberi umpan-umpan terukur kepada Ramang dan Djamiat. Dengan kata lain Jusuf Siregar di dalam Timnas Indonesia memang bukan top skor tetapi Top Assist. Karena itulah dari segi publisitas di Timnas Indonesia seakan-akan Ramang berada di atas Jusuf Siregar. Untuk urusan membobol gawang tim luar negeri jagonya adalah Jusuf Siregar.

Jusuf Siregar selalu menjadi korban baik di tim sendiri (PSMS) maupun di Timnas Indonesia. Jusuf Siregar di tim PSMS selalu sasaran bek-bek lawan mereka. Sementara di Timnas Indonesia posisi idealnya diberikan kepada Ramang dan Djamiat. Meski begitu, Jusuf Siregar tidak ada kurangnya soal assist buat Ramang dan Djamiat. Jusuf Siregar juga dikenal raja assist. Akan tetapi gelar raja assist tidak populer dari dulu hingga ini hari. Ini ibarat Riko Simanjuntak pemberi assist utama bagi Top Skor Persija, Marko Simic.

Het nieuwsblad voor Sumatra, 18-04-1955
Ketajaman Jusuf Siregar tidak hanya diakui oleh Tim Burma asal Inggris. Juga ketajaman Jusuf Siregar diakui oleh pelatih Singapoera yang juga asal Inggris. Hal ini diakui oleh Singapoera ketika Tim Singapoera melawat ke Medan pada bulan April 1955 (Het nieuwsblad voor Sumatra, 18-04-1955). Dalam pertandingan tersebut PSMS hanya menang 4-0 dari seharusnya 10-0. Para pemain PSMS yang mendominasi permaianan tampak lebih memainkan demonstrasi karena nyatanya tim Singapoera tidak terbilang kuat. Disebutkan. Medan yang tidak begitu memikirkan skor tapi juga menikmati permainan dalam mengobok-obok pertahanan Singapura. Dalam pertandingan ini Jusuf Siregar melakukan Hattrick. Satu gol lainnya dihasilkan oleh Anwar Daulaj.

Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode. 04-07-1955
PSMS Medan dan Jusuf Siregar adalah ikon sepak bola Indonesia saat itu. Setelah Grasshoppers dari Swiss pulang dari Indonesia, ternyata mengundang minat Tim Salzburg dari Austria, melawat ke Indonesia untuk melawan Timnas Indonesia (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode. 04-07-1955). Pertandingan spesial ini dilangsungkan di stadion Kridosono Djogjakarta yang juga dihadiri oleh Presiden Soekarno. Timnas Indonesia berkostum merah dan celana putih. Uniknya, Timnas Indonesia ini didominasi oleh pemain PSMS: Abdul Kadir, Jusuf Siregar, Ramli Jatim, Sjamsuddin, Ramlan dan Rasjid. Pemain Persidja Djamiat, Parengkuan dan Liong Houw. Hasil pertandingan berakhir dengan kedudukan 2-2 yang mana sebelum turun minum Timnas Indonesia unggul 2-1. Uniknya, yang menciptakan gol bukan Jusuf Siregar dan Ramli Jatim, dua penyerang tengah, tetapi pemain sayap dari Persidja, Djamiat dan gelandang bertahan Kiat Sek. Meski demikian, dalam pertandingan tersebut, Jusuf Siregar sebenarnya menciptakan gol, namun kemudian dianulir wasit karena Djamiat dalam posisi tipis offside. Sementara gol Djamiat merupakan umpan manis dari Ramli. Sedangkan gol Kiat Sek lahir dari titik putih setelah sebelumnya Jusuf Siregar ditebas bek Salzburg.

De nieuwsgier, 28-07-1954
Beberapa waktu sebelum kedatangan Salzburg, klub juara Austria, GAK-Graz, sudah lebih dahulu melawat ke Indonesia. GAK-Graz, klub juara Austria ini dibantai oleh PSMS di Medan dengan skor 3-0 (lihat De nieuwsgier, 28-07-1954). Dalam pertandingan ini trio penyerang tengah PSMS, Ramli, Jusuf Siregar dan Djumadi berbagi gol, masing-masing memasukkan satu gol ke gawang juara Austria ini. Berita inilah yang diduga mengapa PSSInya Swedia kemudian pada tahun berikutnya mengirim klub juara Austria yang baru. 

Het nieuwsblad voor Sumatra, 25-11-1954
Timnas Swedia, Kalmar juga merasakan hebatnya tim PSMS Medan. Berita inilah yang membuat heboh di Eropa. PSMS Medan mengalahkan Kalmar dengan skor meyakinkan 3-1 (lihat Het nieuwsblad voor Sumatra, 25-11-1954). Pertandingan dimainkan dengan kecepatan tinggi, pemain tamu menunjukkan teknik unggul dan serangan yang dirancang dengan baik, namun karena ketiadaan keterampilan menembak, pertahanan PSMS yang dekat tidak bisa lewat lebih dari satu kali. Di sisi lain, PSMS melakukan tanpa lelah dengan cepat yang sering mengejutkan para tamu. Swedia memasukkan gol pertama. Tampaknya Swedia merasa yakin akan menciptakan banyak gol, Namun apa yang terjadi. Jusuf Siregar berhasil mengecoh dua bek Swedia tetapi Jusuf Siregar dilanggar. Tendangan bebas yang diambil Jusuf Siregar dari jarak jauh sangat kencang membuat kiper Swedia hanya menggapai angin. Skor 1-1. Setelah turun minum giliran Sjamsudin membuat gol. Tidak lama kemudian bola mendarat di kaki Sjamsuddin dan kemudian memberi umpan kepada Jusuf Siregar (lihat foto). Stadion bergumuruh. Jusuf Siregar ‘Brace’. PSMS leading 3-1 hingga wasitc meniup pluit tanda berakhrnya pertandingan.

Jusuf Siregar Ditakdirkan untuk Olimpiade Indonesia (PON) bukan untuk Olimpiade Internasional (Melbourne)

Tiga pemain nasional yang kerap dibicarakan adalah Jusuf Siregar, Ramang dan Rasjid. Pada tahun 1956 ketiga pemain ini sudah terbilang senior di tim nasional. Jusuf Siregar lahir tahun 1928 (28 tahun) dan Ramang lahir 1924 (32 tahun). Dalam persiapan tim ke Olimpiade di Melbourne, PSSI memanggil 25 pemain termasuk Jusuf Siregar untuk melakukan seleksi yang akan diadakan di Djakarta. Sebelumnya PSSI telah membentuk dua tim: Banteng dan Harimau yang keduanya juga ikut meladeni lawatan Salzburg ke Indonesia.

De nieuwsgier, 22-03-1956
De nieuwsgier, 22-03-1956: ‘...Beberapa pemain tua seperti Ramang, Jusuf Siregar dan Rasjid menunjukkan penurunan yang besar dalam pertandingan. Mereka tidak lagi cukup cepat untuk mengikuti langkahnya. Pemain yang secara teknis bagus seperti Siregar akan selalu bisa bermain bagus tanpa kecepatannya, tapi pemain seperti 'Ramang yang hanya harus memiliki kecepatan, tidak cepat lagi..'.

Jusuf Siregar, penyerang PSMS saat melawan Salzburg di Medan sudah mengindikasikan adanya permasalahan soal kecepatan. Pada saat PSMS menghadapi Salzburg, klub juara Austria yang pemainnya tinggi besar dan cepat, tampak Jusuf Siregar kewalahan, namun rekan yang bermain sebagai bek Ramlan Jatim menanyakan apakah Jusuf Siregar perlu diganti, Jusuf Siregar malah ingin tetap bertahan (Het nieuwsblad voor Sumatra, 21-07-1955). Boleh jadi Ramlan yang berposisi bek yang umurnya lebih tua tetapi tidak terlalu terkuras tenaganya sudah melihat tanda-tanda kelelahan pada diri Jusuf Siregar. Ternyata pada babak kedua Jusuf Siregar mampu membuat gol ke gawang Salzburg yang membuat kedudukan akhir menjadi 2-2. Kelelahan Jusuf Siregar ini di Medan setelah pulang dari Djogjakarta memperkuat PSSI Banteng yang berkesudahan imbang 2-2 lawan Salzburg mulai terlihat.

Jusuf Siregar tidak hanya piawai mencetak gol ke dalam tim dalam negeri, tetaoi juga cukup moncer mencetak gol ke tim luar negeri, baik sebagai skuad Tim PSMS maupun sebagai skuad Timnas Indonesia. Bertanding melawan tim luar negeri di Olimpiade Melbourne tahun 1956 adalah impiannya. Namun fakta berbicara: usia yang mulai menua juga tenaga yang mulai menurun.

Jusuf Siregar memiliki motivasi bermain yang sangat tinggi, tetapi secara fisik sudah mulai menurun lalu tereliminasi dari Timnas Indonesia. Akhirnya pemain yang akan dibawa ke Melbourne adalah Maulawi Saelan (PSM), Paidjo (Persema), Chairuddin Siregar (Persidja), Mohammad Rasjid (PSMS), M. Sidhi (Persibaja), Ramlan Jatim (PSMS), Kwee Kiat Sek (Persidja), Tan Liong Houw (Persidja), Rukma Sudjana (Persib), Kasmoeri (Persip), Thio Him Tjiang (Persidja), Rusli Ramang (PSM), Ramli Jatim (PSMS), Mohammad Djamiaat (Persidja), Ashari Danu (PSIS), Ade Dana (Persib), Aang Witarsa (Persib), Achmad Arifin (PSP), Phwa Sian Liong (Persibaja) dan Jasrin Jusron (PSIS)

Sebelas pemain yang tampil adalah  kiper M. Saelan (PSM); di belakang: M. Rasjid (PSMS) dan Chairuddin (Persidja); di  tengah: Ramlan (PSMS) Kiat Sek (Persija) dan Liong Houw; (Persidja); di depan Witarsa (Persib), Phwa Siam Liong (Persibaja), Danu (PSIS). Him Tjiang (Persidja) dan Ramang (PSM).

Jusuf Siregar mau tak mau harus lengser dari kompetitifnya untuk menjadi pemain Timnas Indonesia. Meski demikian, untuk bermain di klub POP maupun di tim perserikatan PSMS tenaganya masih dapat diandalkan. Dalam penyelenggaraan PON IV di Makassar tahun 1957 Jusuf Siregar masih memiliki taji yang tajam. Tim Sumatra Utara yang diperkuatnya dalam cabang sepak bola PON IV di Makassar datang dengan pede yang tinggi dan pulang dengan sumringah. Tim Sumatra Utara berhasil mendapat medali emas setelah mengalahkan Tim Sumatra Tengah di final dengan skor 2-1 (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 07-10-1957). Dua gol tim Sumatra Utara tersebut diborong oleh Jusuf Siregar.

Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 07-10-1957
Pada PON IV di Makassar, Tim Sumatra Utara yang diperkuat Jusuf Siregar dan rekan-rekanya yang ikut ke Olimpiade Melbourne (Ramlan, Ramli  dan Rasjid) mengawali pertandingan di Grup-D dengan mengalahkan Tim Nusa Tenggara Timur dengan skor 2-1 (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 05-10-1957). Pada babak semi final Tim Sumatera Utara melawan Tim Jawa Barat dan Tim Jawa Tengah melawan Sumatra Tengah. Sebelumnya Tim Jawa Barat menghancurkan Tim Sulawesi Selatan dengan skor 6-3; Jawa Tengah menghambat Tim Djakarta Raja dengan skor 2-1. Di semi final Tim Sumatra Utara dan Tim Sumatra Tengah mengalahkan lawan-lawannya.Pada partai final bertemu Tim Sumatra Utara vs Tim Sumatra Tengah, Untuk perebutan tempat ketiga dimenangkan oleh Tim Jawa Tengah (medali perunggu).

Jusuf Siregar telah mengikuti dua kali olimpiade Indonesia (PON) yakni pada tahun 1953 di Medan (PON III) dan pada tahun 1957 di Makassar (PON IV). Pada PON II sebelumnya tahun 1951 di Djakarta (stadion Ikada) Provinsi Sumatra Utara tidak mengirimkan tim karena provinsi Sumatra Utara baru terbentuk (Setelah dilikuidasi Negara Sumatra Timur dan terbentuk secara utuh NKRI). Oleh karenanya, Jusuf Siregar hanya ditakdirkan untuk menunjukkan prestasinya di Olimpiade Indonesia (PON) bukan di Ilimpiade Internasional (Melbourne).

Jusuf Siregar: Dari Mantri Polisi (Sersan) Hingga Commisaries Polisi (Letnan Kolonel)

Jusuf Siregar mengawali pesepakbola yang hebat bermula di Medan, bermain sebagai penyerang klub MSV. Pada tahun 1950 Jusuf Siregar pindah ke klub Polisi (POP) dan sekaligus berkarir sebagai mantri polisi (setara pangkat Sersan).

Klub Polisi Medan adalah klub yang cukup kuat. Klub POP ini merupakan suksesi klub polisi (VOP) di era kolonial Belanda. Petinggi-petinggi klib POP adalah mantan-mantan pemain VOP. Pengurus PSMS sejak 1953 adalah petinggi-petinggi polisi di Medan yang juga mantan pemain VOP. Ketua PSMS 1953 adalah Komisaris Polisi (Letkol) Amir Hamzah, kemudian Ketua PSMS berikutnya Komisaris Polisi Mustafa Pane dan lalu digantikan oleh Komisaris Polisi S Soerjobroto dan digantikan lagi oleh Komisaris I Gastina.

Jusuf Siregar selama karir di dalam sepakbola telah meraih banyak prestasi. Mengantarkan Tim PON Sumatra Utara menjadi Kampiun pada tahun 1953 dan 1957. Nyaris menjadi juara Kejuaraan Antar Perserikatan tahun 1954. Jusuf Siregar juga menjadi langganan untuk menjadi pemain nasional. Bersama Tim Medan (PSMS) Jusuf Siregar telah melakukan apa yang populer disebut dalam suatu pertandingan sepak bola: Brace (2 gol); Hattrick (3 gol); Quattrick (4 gol); Quintrick (5 gol) dan 7 gol. Jusuf Siregar hanya Double Hattrick (6 gol) yang tidak pernah dilaporkan. Itulah Jusuf Siregar, pemain legendaris PSMS Medan sepanjang masa.

Pada masa kini, di Liga Indonesia ada klub polisi namanya Bhayangkara FC. Pada tahun lalu. Liga-1 2017, Bhayangkara FC menjadi juara. Pada Liga-1 2017 juga ada klub tentara namanya PS TNI (kini berubah nama menjadi PS TIRA). Sebagaimana diketahui, PS TNI awalnya menggunakan bendera PSMS Medan. Pada kepengurusan PSSI yang sekarang ketuanya adalah seorang Jenderal TNI yang juga menjadi pembina PSMS Medan. Kiper andal PSMS yang sekarang, Abdul Rohim adalah seorang TNI. Klub polisi dan klub tentara tidak ada salahnya sebab dari dulu sudah ada klub polisi yang unggul di Medan, klubnya Sersan Jusuf Siregar. Biarlah remaja-remaja polisi dan tentara terus berkarir di sepakbola, toh juga itu membawa nama baik kesatuan. Tetapi para pemain polisi maupun pemain tentara (TNI) jangan lupa, selain bagus berkarir di sepakbola juga harus bagus berkarir di kedinasan, seperti Jusuf Siregar, mantan pemain klub polisi POP, mantan pemain PSMS dan mantan pemain Timnas Indonesia yang memulai karir kedinasan dari pangkat sersan dan pangkat terakhir sebagai Letnan Kolonel.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.

1 komentar:

  1. Beberapa waktu sebelum kedatangan Salzburg, klub juara Austria, GAK-Graz, sudah lebih dahulu melawat ke Indonesia.

    https://www.klik4d.vip/tafsir-mimpi/

    BalasHapus