Pencetak gol terbanyak dalam satu pertandingan terdapat di negara lain (luar negeri). Namun di dalam negeri Indonesia ada beberapa pemain yang mampu mencetak gol dalam satu pertandingan sebanyak lima gol (quintrick). Hanya ada satu pemain Indonesia yang mampu mencetak gol sebanyak enam gol yakni Ilham Jayakesuma. Apakah ada pemain Indonesia yang mampu mencetak tujuh gol dalam satu pertandingan? Ternyata ada.
Het nieuwsblad voor Sumatra, 23-09-1953
|
Jusuf Siregar, sejauh ini
adalah satu-satunya orang Indonesia yang mampu mencetak tujuh gol dalam satu
pertandingan. Prestasi ini diraihnya dalam pertandingan cabang sepakbola pada
penyelenggaraan PON III di Medan tahun 1953. Jusuf Siregar adalah pemain
nasional Indonesia yang disegani oleh kiper-kiper luar negeri. Rekor Indonesia
Jusuf Siregar ini hingga ini hari belum terpecahkan. Jusuf Siregar dalam satu pertandingan juga pernah
menjebol gawang Persidja sebanyak lima kali (Quintrick) ketika PSMS mengalahkan
Persidja dengan skor 6-3 pada tahun 1955.
Jusuf Siregar, Pemain Nasional Legendaris PSMS Medan
Jusuf Siregar bukanlah pemain
biasa. Jusuf Siregar adalah salah satu pemain luar biasa. PON III di Medan tahun
1953 adalah kontes para pemain bintang Indonesia. Tidak hanya Jusuf Siregar,
tetapi juga Ramang, Witarsa, Moheng, Chaeruddin Siregar dan lainnya. Mereka ini
hadir di Medan mewaklili tim PON daerah masing-masing: Jusuf Siregar (Sumatra
Utara/PSMS), Ramang (Sulawesi Selatan/PSM), Witarsa (Jawa Barat/Perib), Moheng
(Jawa Timur/Persibaja) dan Chaeruddin Siregar (Djakarta Raya/Persidja).
Format pertandingan sepak bola PON III Medan adalah sisten penilaian
berjenjang. Pada putaran awal 12 tim dibagi dua pot. Pot pertama enam tim
unggulan dan Pot kedua enam tim non unggulan. Lalu diundi pasangan
masing-masing. Tim Djawa Barat mendapat bye karena juara bertahan. Pada babak
Perempat Final peringkat pertama mendapat bye. Enam tim lainnya dibagi dua pot.
Pot pertama tiga tim peringkat tiga terbaik dan pot kedua tiga tim berikutnya.
Lalu diundi untuk mendapat pasangan. Pada Semi Final diundi. Pada final pemenang
semi final dipertemukan untuk menentukan juara (emas) dan yang kalah utuk
perebutan tempat ketiga (perunggu).
Pada putaran awal PON III Medan
tim Sumatra Utara bertemu tim Nusa Tenggara. Dalam pertandingan yang dimainkan
pada yanggal 22 September di Stadion Teladan, tim Simatra Utara mengalahkan tim
Nusa Tenggara dengan skor besar (9-1) (lihat Het nieuwsblad
voor Sumatra, 23-09-1953). Tim Nusa Tenggara bukanlah tim lemah.
Tim Nusa Tenggara bahwa mampu menjebol gawang Tim Sumatra Utara di awal babak
pertama. Ini menunjukkan bahwa Tim Sumatra Utara bukan tim superior. Adalah
Jusuf Siregar yang menyamakan kedudukan pada menit ke-12. Tidak lama kemudian
Jusuf Siregar membuat gol dan kemudian lahir lagi gol dari kaki Jusuf Siregar.
Ini berarti Jusuf Siregar sudah hattrick hingga pertengahan babak pertama.
Menjelang turun minum Ramlan memperbesar keunggulan Tim Sumatra Utara menjadi
skor 4-1. Pada awal babak kedua Jusuf Siregar menambah pundi-pundi golnya
menjadi empat (Quattrick). Beberapa menit kemudian Jusuf Siregar menambah
golnya yang kelima (Quintrick). Tiba-tiba hujan turun. Permaian tim Sumatra
Utara melambat. Namun Jusuf Siregar tetap kehausan gol dan muncul gol keenam (Double
Hattrick). Tim Sumatra Utara memperlambat permainan karena sudah puas dengan
skor 7-1. Pada menit ke-30 kembali kiper Nusa Tenggara memungut bola yang
kedelapan kali dari jaring gawangnya. Lagi-lagi Jusuf Siregar menjadi momok.
Praktis hingga menit ke-30 babak kedua Jusuf Siregar telah mengoleksi tujuh
gol. Lima menit kemudian kembali kiper Nusa Teggara memungut bola yang
kesembilan kali.
Jusuf Siregar rebulatb bola di udara dengan kiper Djawa Barat |
Tujuh gol Jusuf Siregar bukanlah jumlah gol yang sedikit dalam satu
pertandingan. Jumlah gol ini sejak sepak bola bermula di era kolonial Belanda
tidak pernah terjadi capaian yang dilakukan oleh Jusuf Siregar ini. Jusuf
Siregar tidak hanya menyarangkan gol tujuh kali ke gawang Nusa Tenggara, tetapi
juga Hattrick ketika melawan juara tahun lalu Tim Jawa Barat (6-2) (Java-bode:
nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 24-09-1953). Jusuf Siregar juga memborong
tiga gol ke gawang tim Sumatra Tengah di semi final (Het nieuwsblad voor
Sumatra, 19-09-1953). Pertandingan ini juga ditonton oleh Wakil Presiden
Mohammad Hatta. Pada Pertandingan final melawan Djakarta Raja dan berhasil
menjadi kampiun (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 24-09-1953). Jusuf Siregar menyumbang dua gol. Secara
keseluruhan, Tim Sumatra Utara paling produktif dengan 21 gol, di tempat kedua
Djawa Timur dengan 16 gol; ketiga Djakarta Raja delapan gol. Top skor adalah
Jusuf Siregar dengan total 15 gol.
Rekor Jusuf Siregar ini hampir
disamai oleh Ilham Jayakesuma dengan enam gol dalam satu pertandingan. Ilham
Jayakesuma meraih prestasi ini ketika timnya Persita mengalahkan Persikab
Bandung dengan skor 10-1 pada Liga Indonesia tanggal 28 April 2002. Untuk rekor
lima gol ada beberapa pemain. Baru-baru ini raihan lima gol diraih Sylvano
Comvalius ketika Bali Unietd pada Liga 1 2017 mengalahkan Mitra Kukar dengan
skor 6-1. Sebelumnya terdapat nama pemain Arema FC, Cristian Gonzales ketika mengalahkan
Semen Padang pada semi-final Piala Presiden 2017. Stadion Teladan Medan (Het
nieuwsblad voor Sumatra, 19-09-1953).
Dalam PON III 1953 di Medan, lebih dari separuh gol Tim Sumatra Utara
berasal dari kaki dan kepala Jusuf Siregar. Bukan serba kebetulan. Sebab, Jusuf
Siregar adalah top skor sepak bola PON III di Medan sebanyak 15 gol (hanya
dalam empat pertandingan: Putaran Awal, Perempat Final, Semi Final dan Final).
Jusuf Siregar menghasilkan gol rata-rata lebih dari tiga gol. Oleh karena itu,
saat Jusuf Siregar menciptakan tujuh gol dalam satu pertandingan bukan pula
serba kebetulan, tetapi memang Jusuf Siregar benar-benar layak untuk melakukan
itu sebagai pencetak gol terproduktif Indonesia sepanjang masa.
Jusuf Siregar ‘Quintrick’
Lawan Persidja 1955
Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 06-05-1954 |
Het nieuwsblad voor Sumatra, 31-01-1955 |
De locomotief, 10-02-1955 |
Java-bode, 22-08-1955 |
Dalam pembentukan tim
nasional Indonesia, pemain Persidja selalu lebih banyak jika dibandingkan
dengan perserikatan lain. Pemain asal Medan (PSMS) hanya dua atau tiga orang
saja, Padahal Tim PSMS selalu unggul dengan Tim Persidja. Dalam suatu
pertandingan revans di Medan (untuk menguji hasil kisruh PSMS vs Persidja pada
pertandingan terakhir Kejuaraan Antar Perserikatan 1954), PSMS mengundang Persidja
bermain di Medan. Wasitnya adalah wasit netral dari Burma. PSMS berhasil
mengalahkan Persidja dengan skor 6-3 (Java-bode: nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 22-08-1955). Dalam pertandingan adu
gengsi ini, Jusuf Siregar mampu menjebol gawal Persidja sebanyak lima kali (Quintrick).
Ini jumlah gol terbanyak Jusuf Siregar setelah sebelumnya di PON III di Medan
1953 berhasil membuat tujuh gol ketika Tim Sumatra Utara mengalahkan Tim Nusa
Tenggara. Kini, Jusuf Siregar membuat Persidja mengalami schock di Medan. Jusuf
Siregar di partai Final PON III di Medan juga menyumbang dua gol ketika
mengalahkan Tim Djakarta Raja. Jadi, bagi Jusuf Siregar bukan hal baru membuat
gol banyak ke tim sekelas Persidja. Jusuf Siregar adalah momok bagi Persidja dan karena itu di dalam
pertandingan terakhir Kejuaraan Antar Perserikatan 1954, Jusuf Siregar beberapa
kali ditebas pemain Persidja yang mengakibatkan PSMS melakukan protes dan
meninggalkan lapangan pertandingan di Stadion Ikada Djakarta
Tingkat pencapaian Jusuf
Siregar (PSMS) ini tidak pernah dilewati oleh Ramang (PSM) maupun Djamiat
(Persidja). Jusuf Siregar sangat produktif di PSMS karena diplot sebagai
penyerang tengah bersama Ramlan Jatim. Sedangkan di Timnas Indonesia, Jusuf
Siregar diplot sebagai penyerang sayap yang memberi umpan-umpan terukur kepada
Ramang dan Djamiat. Dengan kata lain Jusuf Siregar di dalam Timnas Indonesia memang
bukan top skor tetapi Top Assist. Karena itulah dari segi publisitas di Timnas
Indonesia seakan-akan Ramang berada di atas Jusuf Siregar. Untuk urusan membobol gawang tim luar negeri jagonya adalah Jusuf Siregar.
Jusuf Siregar selalu menjadi korban baik di tim sendiri (PSMS) maupun di
Timnas Indonesia. Jusuf Siregar di tim PSMS selalu sasaran bek-bek lawan
mereka. Sementara di Timnas Indonesia posisi idealnya diberikan kepada Ramang
dan Djamiat. Meski begitu, Jusuf Siregar tidak ada kurangnya soal assist buat
Ramang dan Djamiat. Jusuf Siregar juga dikenal raja assist. Akan tetapi gelar
raja assist tidak populer dari dulu hingga ini hari. Ini ibarat Riko
Simanjuntak pemberi assist utama bagi Top Skor Persija, Marko Simic.
Het nieuwsblad voor Sumatra, 18-04-1955 |
Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode. 04-07-1955 |
De nieuwsgier, 28-07-1954 |
Het nieuwsblad voor Sumatra, 25-11-1954 |
Jusuf Siregar Ditakdirkan untuk Olimpiade Indonesia (PON) bukan untuk Olimpiade Internasional (Melbourne)
Tiga pemain nasional yang kerap dibicarakan adalah Jusuf Siregar, Ramang
dan Rasjid. Pada tahun 1956 ketiga pemain ini sudah terbilang senior di tim
nasional. Jusuf Siregar lahir tahun 1928 (28 tahun) dan Ramang lahir 1924 (32
tahun). Dalam persiapan tim ke Olimpiade di Melbourne, PSSI memanggil 25 pemain
termasuk Jusuf Siregar untuk melakukan seleksi yang akan diadakan di Djakarta.
Sebelumnya PSSI telah membentuk dua tim: Banteng dan Harimau yang keduanya juga
ikut meladeni lawatan Salzburg ke Indonesia.
De nieuwsgier, 22-03-1956 |
Jusuf Siregar, penyerang PSMS saat melawan Salzburg di Medan sudah
mengindikasikan adanya permasalahan soal kecepatan. Pada saat PSMS menghadapi Salzburg,
klub juara Austria yang pemainnya tinggi besar dan cepat, tampak Jusuf Siregar kewalahan,
namun rekan yang bermain sebagai bek Ramlan Jatim menanyakan apakah Jusuf
Siregar perlu diganti, Jusuf Siregar malah ingin tetap bertahan (Het nieuwsblad
voor Sumatra, 21-07-1955). Boleh jadi Ramlan yang berposisi bek yang umurnya
lebih tua tetapi tidak terlalu terkuras tenaganya sudah melihat tanda-tanda
kelelahan pada diri Jusuf Siregar. Ternyata pada babak kedua Jusuf Siregar
mampu membuat gol ke gawang Salzburg yang membuat kedudukan akhir menjadi 2-2.
Kelelahan Jusuf Siregar ini di Medan setelah pulang dari Djogjakarta memperkuat
PSSI Banteng yang berkesudahan imbang 2-2 lawan Salzburg mulai terlihat.
Jusuf Siregar tidak hanya
piawai mencetak gol ke dalam tim dalam negeri, tetaoi juga cukup moncer
mencetak gol ke tim luar negeri, baik sebagai skuad Tim PSMS maupun sebagai
skuad Timnas Indonesia. Bertanding melawan tim luar negeri di Olimpiade
Melbourne tahun 1956 adalah impiannya. Namun fakta berbicara: usia yang mulai
menua juga tenaga yang mulai menurun.
Jusuf Siregar memiliki motivasi bermain yang sangat tinggi, tetapi secara
fisik sudah mulai menurun lalu tereliminasi dari Timnas Indonesia. Akhirnya pemain
yang akan dibawa ke Melbourne adalah Maulawi Saelan (PSM), Paidjo (Persema),
Chairuddin Siregar (Persidja), Mohammad Rasjid (PSMS), M. Sidhi (Persibaja),
Ramlan Jatim (PSMS), Kwee Kiat Sek (Persidja), Tan Liong Houw (Persidja), Rukma
Sudjana (Persib), Kasmoeri (Persip), Thio Him Tjiang (Persidja), Rusli Ramang
(PSM), Ramli Jatim (PSMS), Mohammad Djamiaat (Persidja), Ashari Danu (PSIS),
Ade Dana (Persib), Aang Witarsa (Persib), Achmad Arifin (PSP), Phwa Sian Liong
(Persibaja) dan Jasrin Jusron (PSIS)
Sebelas pemain yang tampil
adalah kiper M. Saelan (PSM); di
belakang: M. Rasjid (PSMS) dan Chairuddin (Persidja); di tengah: Ramlan (PSMS) Kiat Sek (Persija) dan
Liong Houw; (Persidja); di depan Witarsa (Persib), Phwa Siam Liong (Persibaja),
Danu (PSIS). Him Tjiang (Persidja) dan Ramang (PSM).
Jusuf Siregar mau tak mau harus lengser dari kompetitifnya untuk menjadi
pemain Timnas Indonesia. Meski demikian, untuk bermain di klub POP maupun di
tim perserikatan PSMS tenaganya masih dapat diandalkan. Dalam penyelenggaraan PON
IV di Makassar tahun 1957 Jusuf Siregar masih memiliki taji yang tajam. Tim
Sumatra Utara yang diperkuatnya dalam cabang sepak bola PON IV di Makassar
datang dengan pede yang tinggi dan pulang dengan sumringah. Tim Sumatra Utara
berhasil mendapat medali emas setelah mengalahkan Tim Sumatra Tengah di final dengan
skor 2-1 (Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 07-10-1957). Dua gol tim Sumatra Utara tersebut diborong
oleh Jusuf Siregar.
Algemeen Indisch dagblad: de Preangerbode, 07-10-1957 |
Jusuf Siregar telah mengikuti dua kali olimpiade Indonesia (PON) yakni
pada tahun 1953 di Medan (PON III) dan pada tahun 1957 di Makassar (PON IV).
Pada PON II sebelumnya tahun 1951 di Djakarta (stadion Ikada) Provinsi Sumatra
Utara tidak mengirimkan tim karena provinsi Sumatra Utara baru terbentuk
(Setelah dilikuidasi Negara Sumatra Timur dan terbentuk secara utuh NKRI). Oleh
karenanya, Jusuf Siregar hanya ditakdirkan untuk menunjukkan prestasinya di
Olimpiade Indonesia (PON) bukan di Ilimpiade Internasional (Melbourne).
Jusuf Siregar: Dari Mantri Polisi (Sersan) Hingga
Commisaries Polisi (Letnan Kolonel)
Jusuf Siregar mengawali
pesepakbola yang hebat bermula di Medan, bermain sebagai penyerang klub MSV.
Pada tahun 1950 Jusuf Siregar pindah ke klub Polisi (POP) dan sekaligus
berkarir sebagai mantri polisi (setara pangkat Sersan).
Klub Polisi Medan adalah klub yang cukup kuat. Klub POP ini merupakan
suksesi klub polisi (VOP) di era kolonial Belanda. Petinggi-petinggi klib POP
adalah mantan-mantan pemain VOP. Pengurus PSMS sejak 1953 adalah
petinggi-petinggi polisi di Medan yang juga mantan pemain VOP. Ketua PSMS 1953
adalah Komisaris Polisi (Letkol) Amir Hamzah, kemudian Ketua PSMS berikutnya
Komisaris Polisi Mustafa Pane dan lalu digantikan oleh Komisaris Polisi S
Soerjobroto dan digantikan lagi oleh Komisaris I Gastina.
Jusuf Siregar selama karir di dalam sepakbola telah meraih banyak
prestasi. Mengantarkan Tim PON Sumatra Utara menjadi Kampiun pada tahun 1953
dan 1957. Nyaris menjadi juara Kejuaraan Antar Perserikatan tahun 1954. Jusuf
Siregar juga menjadi langganan untuk menjadi pemain nasional. Bersama Tim Medan
(PSMS) Jusuf Siregar telah melakukan apa yang populer disebut dalam suatu
pertandingan sepak bola: Brace (2 gol); Hattrick (3 gol); Quattrick (4 gol);
Quintrick (5 gol) dan 7 gol. Jusuf Siregar hanya Double Hattrick (6 gol) yang
tidak pernah dilaporkan. Itulah Jusuf Siregar, pemain legendaris PSMS Medan
sepanjang masa.
Pada masa kini, di Liga
Indonesia ada klub polisi namanya Bhayangkara FC. Pada tahun lalu. Liga-1 2017,
Bhayangkara FC menjadi juara. Pada Liga-1 2017 juga ada klub tentara namanya PS
TNI (kini berubah nama menjadi PS TIRA). Sebagaimana diketahui, PS TNI awalnya
menggunakan bendera PSMS Medan. Pada kepengurusan PSSI yang sekarang ketuanya
adalah seorang Jenderal TNI yang juga menjadi pembina PSMS Medan. Kiper andal
PSMS yang sekarang, Abdul Rohim adalah seorang TNI. Klub polisi dan klub
tentara tidak ada salahnya sebab dari dulu sudah ada klub polisi yang unggul di
Medan, klubnya Sersan Jusuf Siregar. Biarlah remaja-remaja polisi dan tentara
terus berkarir di sepakbola, toh juga itu membawa nama baik kesatuan. Tetapi para
pemain polisi maupun pemain tentara (TNI) jangan lupa, selain bagus berkarir di
sepakbola juga harus bagus berkarir di kedinasan, seperti Jusuf Siregar, mantan pemain klub polisi POP, mantan pemain PSMS dan mantan pemain Timnas Indonesia yang memulai karir kedinasan dari
pangkat sersan dan pangkat terakhir sebagai Letnan Kolonel.
Beberapa waktu sebelum kedatangan Salzburg, klub juara Austria, GAK-Graz, sudah lebih dahulu melawat ke Indonesia.
BalasHapushttps://www.klik4d.vip/tafsir-mimpi/