Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disin
Sejarah persuratkabaran di Indonesia dimulai dari sejarah penggunaan aksara Latin. Sebelum muncul surat kabar, situasi dan kondisi di Hindia Timur hanya ditemukan dalam buku yang merupakan laporan hasil perjalanan.
Sejarah persuratkabaran di Indonesia dimulai dari sejarah penggunaan aksara Latin. Sebelum muncul surat kabar, situasi dan kondisi di Hindia Timur hanya ditemukan dalam buku yang merupakan laporan hasil perjalanan.
Joan Nieuhofs, 1682 |
Lantas
kapan buku dan surat kabar beraksara Latin berbahasa Melayu muncul kali pertama.
Pertanyaan ini tentu masih perlu dijawab. Sebab, sejauh ini tidak pernah
ditulis secara kronologis kapan introduksi aksara Latin dalam bahasa Melayu. Bahasa Melayu
dalam hal ini harus dipandang sebagai bahasa pengantar (lingua franca) di
Hindia Timur/Hindia Belanda
Tulisan berbahasa
Melayu awalnya ditulis dalam aksara Jawi (huruf Arab). Sementara bahasa-bahasa
etnik ditulis dengan aksara etnik, seperti Jawa, Makassar, dan Batak. Meski
demikian, bahasa Melayu sudah mulai ditulis dalam aksara Latin tetapi dalam bentuk
kamus kecil di dalam buku berbahasa Belanda (seperti kamus yang ditulis oleh
Frederick de Houtman tahun 1603),
Buku
Buku-buku
berbahasa Melayu aksara Latin kali pertama digunakan oleh para misionaris. Buku
tersebut disalin dari buku berbahasa Belanda oleh J Akersloot dan diterbitkan
oleh penerbit di Batavia tahun 1829. Buku-buku misionaris sebelumnya masih
dalam bahasa Belanda.
Selama era VOC,
buku yang diterbitkan di Batavia (ibukota) hanya sebatas buku nama (Naam Boek)
yang dimulai tahun 1731. Pada tahun 1744 untuk kali pertama terbit surat kabar Bataviasche
nouvelles. Lalu kemudian diikuti oleh barang-barang cetakan pemerintah VOC
(reglement, ordonantie dan instructie) dan berita-berita lelang. Pada tahun
1780 muncul buku/majalah yang ditulis oleh para anggota Bataviasche Genootschap.
Baru pada tahun 1810 muncul surat kabar berbahasa Belanda Bataviasche koloniale
courant dan kemudian pada tahun 1812 digantikan surat kabar berbahasa Inggris
Java govt. gazette. Pada tahun 1814 muncul buku Directory and Almanack (lebih
luas dari Naam Boek), Pada tahun 1816 terbit surat kabar Bataviasche courant (berbahasa
Belanda) menggantikan Java govt. Gazette. Masih pada tahun yang sama untuk kali
pertama muncul Statsblad van Nederlandsch Indië. Pada tahun 1817 muncul Almanak
van Nederlandsch Indië (yang meneruskan format Directory and Almanack di era
pendudukan Inggris. Pada tahun 1825 terbit surat kabar Bataviaasch advertentie-blad
(yang menjadi semacam pesaing Bataviasche courant). Pada tahun 1828 terbit Javasche
courant (yang diduga sebagai pengganti Bataviaasch advertentie-blad). Pada
tahun 1829 terbit Nederlandsch Indisch handelsblad (tetapi Bataviasche courant
tidak terbit lagi). Pada tahun 1830 terbit majalah pertanian. Pada tahun 1833 Nederlandsch
Indisch handelsblad tidak terbit lagi. Pada tahun 1837 terbit kali pertama
surat kabar di luar Batavia Soerabaijasche courant. Pada tahun 1839 terbit
malajah Tijdschrift voor Neêrland's Indie.
Bersamaan
dengan buku-buku misionaris tersebut juga diterbitkan buku-buku sastra seperti
buku pantun dan tamsil misalnya yang ditulis H Wester dan diterjemahkan ke
bahasa Melayu oleh R. Le Bruijn.
Java government gazette, 30-01-1813 |
Buku
pelajaran berbahasa Melayu baru muncul pada tahun 1840. Buku tersebut berjudul
Kitab Malajuw
âkan meng ‘Adjar hedja pada Anakh’ jang baharuw memula'ij dengan peladjáran.
Buku ini diterbitkan sebanyak 12 halaman di Toumohon. Juga diterbitkan buku
pelajaran kedua berjudul Kitab Malajuw jang kaduwa akan meng'adjar hedja guna segala
ânakh jang sudah bel’adjar sedikit sâdja.
Surat Kabar
Berbahasa Melayu dan Pribumi Penulis Buku
Setelah
berbagai buku dalam bahasa Melayu terbit dan berbagai surat kabar berbahasa
Belanda terbit, surat kabar berbahasa Melayu pertama terbit tahun 1856 di
Surabaya yakni Soerat kabar Bahasa
melaijoe yang diterbitkan E. Fuhri & Co. Pada tahun ini juga terbit
buku Kitab pengadjaran basa Malajoe yang diterbitkan Lange en Co. Juga terbit
buku Penoendjoekan bagimana orang misti soembajang. Juga pada tahun ini
diterbitkan undang-undang dalam bahasa Melyu dengan judul sebagai berikut:
Soerat hoekoem ondang-ondang atas tanah Hindie Nederland tersalin dari pada
bahasa Holanda kapada bahasa Malaijoe dengan tietah dan biaija gouvernemen
bergoena akan djadi pertoeloengan segala orang anak negrie mengatahwie hoekoem
ondang-ondang itoe. Hukum diterjemahkan oleh toean Cohen Stuart baserta
perbantoean Raden Rio Rekso di Poera (sebanyak 287 halaman oleh Lange en Co.
Setelah Batavia
dan Soerabaja, surat kabar terbit di Semarang tahun 1845 Samarangsch
advertentie-blad. Pada tahun ini juga terbit kitab masak-masakan, Buku berisi
tentang jenis makanan, minuman, atjaran dan sambalan. Pada tahun 1845 terbit
surat kabar Samarangsche courant. Pada tahun 1851 terbut majalah Natuurkundig
tijdschrift voor Nederlandsch Indië. Pada tahun 1852 terbit Java-bode. Nieuws, handel-
en advertentie-blad voor Nederlandsch-Indie. Pada tahun ini juga terbit buku
dalam aksara Jawa. Juga terbit Kitab Malajoe akan mengadjar permoelaän deripada
ilmoe hitongan. Juga terbit Kitab akan mengadjar permoelaän dari ilmoe boemi.
Pada tahun 1853 terbit majalahTijdschrift voor Indische taal-, land- en
volkenkunde. Juga terbit surat kabar di Soerabaja De oostpost Letterkundig,
wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentie-blad dan juga
Soerabaijasch nieuws- en advertentie-blad. Juga muncul majalah Tijdschrift der
vereeniging tot bevordering der Geneeskundige wetenschappen in Nederlandsch-Indie.
Pada tahun 1854 terbit Kitab Akan dibatja anak-anak di skola Djawa karangan
Elisa Netscher. Pada tahun 1857 terbit Pasoeroeansch nieuws- en
advertentie-blad. Juga terbit buku Perladjarannja toekang hoekoer tanah dan
Kitab goena pada segala orang jang soeka adjar batja.
Surat
kabar berbahasa Melayu yang kedua terbit tahun 1858 di Batavia bernama Soerat chabar Batawie. Surat kabar ini
diterbitkan oleh Lange en Co. Surat kabar berbahasa Belanda juga terus
bertambah. Di Batavia terbit surat kabar Bataviaasch advertentie-blad tahun
1858. Surat kabar ini namanya mirip dengan surat kabar Bataviaasch
advertentie-blad yang berhenti terbit pada tahun 1828. Setelah di Batavia, Soerabaja,
Semarang dan Pasoeroean, lalu pada tahun 1859 terbit surat kabar di Padang
bernama Padangsch nieuws- en advertentie-blad.
Setelah muncul
surat kabar berbahasa Melayu yang pertama, pada tahun 1857 mulai muncul penulis
non Eropa/Belanda. Mohamad Joesoep menulis buku dalam aksara Jawi (huruf Arab) yang
diterbitkan oleh Lange en Co. Penulis kedua adalah Radhen Soerja di Laga yang
menulis buku dalam aksara Jawa pada tahun 1858. Sebelumnya, buku-buku aksara
Jawi dan akasara Jawa ditulis oleh orang Eropa/Belanda.
Java bode, 28-12-1859 |
Penulis non
Eropa/Belanda yang ketiga muncul tahun 1860. Radhen Bagoes Medjarad tidak
menulis dalam akasara Jawi dan juga tidak dalam akasara Jawa tetapi dalam
aksara Latin. Bukunya berjudul Lima poeloe toedjoe dongeng dari binatang. Pada menjatakan
tjeritanja. Buku ini diterbiotkan di Batavia oleh Landsdrukkerij. Elisa Netscher
kembali menulis buku pada tahun 1860 dengan judul Kitab ilmoe itoengan Akan di pakei kanak-kanak
di skola tanah Hindia Nederland yang diterbitkan di Batavia oleh Landsdrukkerij.
Untuk sekadar diketahui Landsdrukkerij adalah percetakan dan penerbitan yang
dimiliki oleh pemerintah. Masih pada tahun 1860 terbit di Semarang buku Njanjian
sekola basa Malajoe rendah. Bagian jang I dan Bagian jang Kadoewa yang
diterbitkan oleh G.C.T. van Dorp.
Pada
tahun 1861 surat kabar berbahasa Belanda terbit di Makassar yang diberi nama Makassaarsch
handels en advertentie-blad. Juga di tahun yang sama di Makassar muncul
majalah.mingguan Macassaarsch weekblad. Sementara di Soerabaya, pada tahun 1861
kembali terbit surat kabar baru yang diberi nama De nieuwsbode, dagblad van Soerabaija.
Ini berarti di Soerabaja sudah ada tiga surat kabar, yakni Soerabaija courant
dan Oostpost. Soerabajasche courant. Surat kabar Soerabaijasch nieuws- en
advertentie-blad tidak terbit lagi.
Di Batavia sejauh
ini masih bertahan tiga surat kabar yakni Javasche couran, Java-bode. Nieuws,-
handels- en advertentie-blad voor Nederlandsch-Indie dan Bataviaasch handelsblad.
Di Semarang terdapat dua surat kabar Samarangsch advertentie-blad (penerbit de Groot
Kolff en Co dan Samarangsche courant (penerbit G.C.T. van Dorp. Di Padang
terdapat dua surat kabar Padangsch nieuws- en advertentie-blad dan Sumatra-courant,
nieuws- en advertentie-blad. Di Pasoeroan masih bertahan suerat kabar Pasoeroeansch
nieuws-en advertentie-blad.
Surat
kabar berbahasa Melayu masih bertahan di Soemarang pada tahun 1861 Selompret Malajoe.
Dua surat kabar berbahasa Melayu sebelumnya di Soerabaja dan Batavia tidak
terbit lagi. Ini mengindikasikan bahwa surat kabar berbahasa Melayu masih sulit
tumbuh dan berkembang. Namun demikian, di Soerabaja kembali terbit surat kabar
berbahasa Melayu pada tahun 1862 yang diberi nama Bientang timoor. Soerat kabar
di Soerabaija yang diterbitkan oleh Gebr. Gimberg en Co.
Sedikit agak
berbeda dengan surat kabar berbahasa Melayu, penulis-penulis non Eropa/Belanda mulai
menunjukan peningkatan. Setelah Mohamad Joesoof, Radhen Soerja di Laga dan Radhen
Bagoes Medjarad muncul Raden Widjaja, Raden Danoe Koesoemah, Raden Toemenggoeng
Wira Tanoe Baija dan Raden Hadji Moehamad Moesa yang ketiganya masing-masing menulis
buku dengan aksara Jawa pada tahun 1862 (yang diterbitkan Landsdrukkerij. Raden
Hadji Moehamad Moesa bahkan menulis empat buku berbahasa Jawa/Soenda di tahun
1862.
Surat
kabar/mingguan berbahasa Belanda muncul lagi di Batavia tahun 1863 yang diberi
nama Indisch weekblad van het regt. Pada tahun yang sama juga di Semarang
terbit De locomotief. Samarangsch handels- en advertentie-blad. Yang diterbitkan
oleh de Groot, Kolff en
Co. Ini dengan sendirinya di Semarang sudah ada tiga surat kabar.
Pada tahun 1863
muncul lagi penulis baru non Eropa/Belanda yakni Raden Demang Barata Widjaja
yang menulis buku dengan aksara Jawa diterbitkan oleh Landsdrukkerij. Masih
pada tahun 1863 kembali (Raden Rangga) Danoe Koesoemah menerbitkan buku dalam
aksara Jawa tetapi kini diterbitkan oleh Lange & Co. Setelah Radhen Bagoes
Medjarad yang menulis buku dalam aksara Latin, muncul penulis kedua nobn
Eropa/Belanda yang menulis buku dalam campuran aksaran Latin dan akasara Arab
(Jawi) yakni Moehamad Hoesin (Raden) dengan judul Sair tjarita orang pamalas
yang diterbitkan oleh Landsdrukkerij. Masih pada tahun 1863 kembali Moehamad Moesa
menulis dua buah buku beraksara Jawa/Soenda yang ditweribitkan oleh Landsdrukkerij.
Juga muncul penulis baru yakni Raden Prawira Koesoemah dengan aksara Jawa/Soenda
(1863).
Sejauh
ini surat kabar berbahasa Melayu hanya Selompret Malajoe dan Bienteng Timoor,
Buku-buku berbahasa Melayu yang ditulis oleh orang Eropa/Belanda dari tahun ke
tahun semakin banyak dan beragam. Selain buku pelajaran, juga buku umum dan
buku agama (Kristen dan Islam). Demikian juga undang-undang, peraturan dan
instruksi yang disalin dalam bahasa Melayu juga semakin banyak. Sejumlah buku-buku
yang berbahasa Melayu juga dicetak ulang.
Di Semarang pada
tahun 1864 kembali terbit surat kabar baru yang diberi nama Javaan, nieuw Samarangsch
handels- en advertentieblad. Dengan demikian di Semarang sudah terdapat empat
surat kabar. Sementara di Pasoeroean pada tahun 1864 terbit lagi surat kabar Handels-blad
voor Pasoeroean en omstreken. Surat kabar yang pertama adalah Pasoeroeansch nieuws-
en advertentie-blad. Pada tahun 1864 Moehamad Moesa kembali menulis dua buku
beraksara Jawa/Soenda.
Buku karya Willem Iskander (1865) |
Pada tahun 1865
kembali Raden Bagoes Moedjarad menulis buku berbahasa Melayu dengan aksara
Latin berjudul Bahwa ini tjrita binatang, banjaknja lima poeloeh toedjoeh ((Landsdrukkerij).
Masih di tahun 1865 kembali Moehamad Moesa (Raden Hadji) dengan enam buku.
Empat dalam aksara Jawa/Soenda dan dua dengan aksara Latin. Keenam buku tersebut
diterbitkan oleh Landsdrukkerij. Dua buka dengan aksara Latin berjudul Wawatjan
woelang goeroe dan Wawatjan woelang moerid. Masih pada tahun 1865 penulis baru Soerjo
Tjondro Negoro (Raden Mas Toemenggoeng Ario) menerbitkan tuga buku beraksara
Jawa. Seorang penulis yang diduga seorang Tionghoa bernama Tan Kit tjoan pada
tahun 1865 menulis buku beraksara Latin dengan judul Saier mengimpie dan saier boeroeng
yang diterbitkan di Batavia oleh W. Ogilvie.
Keutamaan
Willem Iskander dalam hal ini menulis buku dengan menyadur sebuah buku yang
terkenal di Eropa ke dalam bahasa Batak dialek Mandailing-Angkola. Willem
Iskander adalah lulusan sekolah guru di Belanda dan telah mendirikan sekolah
guru (kweekschool) di Tanobato pada tahun 1862. Sekolah guru ini adalah sekolah
guru yang ketika di Hindia Belanda (setelah di Soerakarta dibuka tahun 1851 dan
di Fort de Kock dibuka tahun 1856). Willem Iskander adalah pribumi pertama
studi ke Belanda, sekolah guru Tanobato (Mandailing dan Angkola) pada tahun
1865 adalah sekolah guru terbaik di Hindia Belanda. Sekolah guru ini
menggunakan tiga bahasa (Batak, Belanda dan Melayu) dan menerapkan aksara Latin
(bukan aksara Batak).
Sati Nasution
setelah lulus sekolah dasar di Panjaboengan, Mandailing tahun 1855 diangkat
sebagai seorang asisten penulis di kantor Asisten Residen Mandailing en Angkola
yang berkedudukan di Panjaboengan. Pada tahun 1857 Sati Nasution berangkat
studi ke Belanda. Setelah lulus sekolah guru di Haarlem tahun 1860 kembali ke
tanah air dan langsung pulang kampung tahun 1861. Sati Nasution yang telah
mengubah namanya di Belanda menjadi Willem Iskander pada tahnn 1862 mendirikan
sekolah guru di Tanobato (dekat Panjaboengan).
Willem
Iskander telah menulis sejumlah buku pelajaran dan buku bacaan (umum) dalam
bahasa (dialek) Mandailing dan Angkola yang semuanya dalam aksara Latin. Buku
yang terkenal yang ditulis Willem Iskander berjudul Siboeloes-boeloes,
Siroemboek-roemboek yang diterbitkan di Batavia tahun 1872. Buku ini masih
digunakan hingga ini hari di sekolah-sekolah di Tapanuli Bagian Selatan.
Pada tahun 1874
Willem Iskander berangkat lagi studi untuk mendapatkan gelar sarjana di
Belanda. Untuk sementara sekolah guru di Tanobato ditutup. Willem Iskandern
diharapkan setelah selesai studi di Belanda dengan gelar sarjana akan menjadi
direktur sekolah guru (sebagai pengganti sekolah guru di Tanobato) yang akan
dibuka di Padang Sidempoean tahun 1879. Dalam studi kedua ini Willem Iskander
juga membawa tiga guru muda untuk studi di Belanda yakni Banas Lubis dari
Tapanoeli, Ardi Sasmita dari Bandoeng dan Raden Soerono dari Soeracarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar