Senin, 16 September 2019

Sejarah Tangerang (38): Kampong Barroe Orang Barroe dari Makassar, Cikal Bakal Kota Tangerang; Baly, Boegis dan Malajoe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini 

Cikal bakal Kota Tangerang yang sekarang dimulai di kampong Barroe, bukan di kampong Babakan. Kedua kampong ini berdekatan. Kampong Barroe di hilir dan kampong Babakan di hulu. Keduanya adalah sama-sama kampong baru (nieuwe). Kampong Babakan adalah kampong orang Soenda, suatu kampong baru. Namun kampong Barroe, bukanlah kampong baru orang Melayu, melainkan kampong orang dari Barru yang datang dari Makassar.

Kampong baru (Peta 1724)
Kampong Tangerang berada di muara sungai Tangerang. Kampong Tangerang sudah eksis sejak era Portugis yang ditulis (coding) sebagai Tangaram. Kota (kampong) Tangaram disebut pelabuhan penting. Sebagai pelabuhan, kampong (kota) Tangaram ini berada tepat di sisi kiri muara sungai Tangaram di pantai. Lokasi dimana kampong/kota/pelabuhan Tangaram ini pada masa kini kira-kira berada di Teluknaga yang sekarang. Teluk di depan muara sungai Tangerang (pelabuhanTangaram) boleh jadi disebut teluk Naga. Posisi GPS tempat ini kini berada jauh di daratan. Hal ini karena teluk Naga telah hilang karena proses sedimentasi yang membentuk daratan.

Bagaimana semua itu berbeda dengan apa yang kita pikirkan sekarang, hal itu karena sudah berlangsung berabad-abad yang lalu. Namun demikian, hal itu tidak sulit dijelaskan karena data dan informasinya masih bisa diperoleh. Kita hanya memerlukan analisis dan kemudian melakukan rekonstruksi. Beruntung Kota Tangerang memiliki data sejarah yang lengkap dan memiliki data historis yang panjang ke masa lampau dan terbilang akurat. Untuk itu, mari kita pahami cikal bakal Kota Tangerang berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe tersebut.   

Sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama tua yang masih tersisa di pusat Kota Tangerang yang sekarang adalah bendungan Pasar Baru. Bendungan yang masik eksis hingga ini hari dibangun pada tahun 1918 tepat berada di land Pasar Baroe. Suatu land baru dari pemekaran land Krawatji. Land Pasar Baroe ini tepat berada di seberang land Tangerang (dibatasi oleh sungai Tjisadane).

Kmapong Baroe, (land) Pasar Baroe (Peta 1899)
Pasar Baroe memang pasar yang baru, tetapi Pasar Baroe sejatinya tidak diartikan sebagai pasar yang baru melainkan suatu pasar yang dibangun di Kampong Baroe (lihat peta). Analog dengan ini Pasar Maoek di Kampong Maoek. Kampong Baroe berada di sisi selatan sungai Tjisadane. Sementara pasar yang baru dibangun berada di sisi utara sungai Tjisadane. Pasar yang sudah ada sebelumnya adalah Pasar Tangerang (di arah hulu Pasar Baroe di dekat benteng Tangerang). Munculnya pasar yang baru di Kampong Baroe (di sisi barat sungai Tangerang) diduga sebagai altenatif bagi pedagang yang datang dari arah barat sungai Tjisadane. Sementara pasar Tangerang berada di sisi timur sungai Tangerang. Pada saat itu belum ada jembatan di atas sungai Tjisadane, lalu lintas (perdagangan) hanya dilakukan dengan menggunakan perahu dan kuda beban dan pedati. Pasar Tangerang dan Pasar Baroe dihubungkan dengan lalulintas air.

Kampong Baroe awalnya berada di sisi timur sungai Tjisadane. Kampong Baroe boleh dikatakan sebagai kampong yang pertama ada. Kampong Baroe ini terbentuk jauh sebelum kedatangan orang Eropa/Belanda ke daerah aliran sungai Tangerang (sungai Tjisadane). Namun dalam perkembangannya Kampong Baroe harus relokasi ke sisi barat sungai (kampong Baroe yang sekarang). Hal ini karena Kampong Baroe (di sisi timur sungai) dijadikan sebagai pemukiman orang Eropa/Belanda. Di selatan pemukiman orang Eropa ini dibangun Pasar Tangerang. Lantas bagaimana itu semua bermula? Mari kita telusuri lebih lanjut.

Kampung Baru: Kampong Babakan dan Kampong Barroe

Cornelis Snock di pulau (benteng) Onrust pada tahun 1674 mulai membuka lahan pertanian di daerah aliran sungai Tangerang. Untuk melindungai tempat tinggal dan tempat para pekerjanya (di sisi timur sungai Tangerang), mereka membangun palisade dari bambu dan kayu. Cornelis Snock kemudian menjual lahan yang diudahakannya kepada Cornelis Vincen van Mook. Untuk meningkatkan kebutuhan air, Cornelis van Mook membangun kanal irigasi dengan menyodet sungai Tangerang. Kelak, palisade ini setelah tahun 1684 ditingkatkan pemerintah VOC menjadi benteng yang disebut Fort Tangerang. Benteng yang berada di dekat Kampong Baroe ini menjadi terikat langsung dengan para pemukim di Kampong Baroe.

Sebelum Cornelis Snock membuka lahan, di sisi sungai Tangerang sudah terbentuk beberapa kampong, seperti Kampong Baroe, Kampong Bali dan Kampong Malajoe. Cornelis Snock membangun lahan pertanian berdampingan di sisi utara Kampong Baroe. Seperti biasanya, orang Eropa/Belanda memulai koloni dengan mengambil tempat pada posisi di hilir (escape) yang dalam hal ini di daerah aliran sungai Tangerang terhubung dengan benteng Onrust. Cornelis Snock merasa aman di daerah baru karena di hilir berada benteng Onrust dan di arah hulu perkampungan para pendukung militer VOC di Kampong Baroe, Kampong Bali dan Kampong Malajoe.

Kekuatan militer VOC sangat tergantung pada pasukan pribumi yang direkrut dari berbagai tempat seperti dari Sumatra, Ambon, Ternate, Sulawesi dan Bali. Pasca Perang Gowa, pasukan-pasukan dimasyarakatkan dengan memberi keleluasaan membuka lahan pertanian di berbagai area daerah aliran sungai di seputar Batavia seperti daerah aliran sungai Tjiliwong, Angke, Soenter, Tjakoeng, Tangerang, Bekasi, Tjikarang dan Tjitaroem. Mereka ini di satu sisi sebagai barier terhadap ancaman (Banten dan Mataram) juga menjadi cadangan dalam pembentukan pasukan yang lebih besar. Mereka yang bermukim inilah kemudian yang membentuk perkampungan-perkampungan. Banyak nama kampung yang muncul sesuai asal mereka. Kampong Barroe diduga kuat dihuni oleh pasukan pendukung militer VOC yang berasal dari Barroe di Makassar. Tokoh-tokoh terkenal yang menjadi pemimpin pasukan pendukung militer VOC ini antara lain Jonker dan Aroe Palakka.     .

Tunggu deskripsi lengkapnya


*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar