*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Bukittinggi dalam blog ini Klik Disini
Benteng Matoea adalah salah satu benteng yang dibangun Belanda pada era Perang Padri. Benteng ini lebih muda dari benteng Fort de Kock. Nama benteng diambil dari nama kampong tua di timur danau Manindjaoe, negorij (nagari) Matoea. Benteng yang berada diantara benteng Tikoe dan benteng Fort de Kock dibangun sebagai benteng penghubung (antara Tikoe dan Fort de Kock). Kampong Matoea diduga kuat sudah ada sejak kuno.
Benteng Matoea adalah salah satu benteng yang dibangun Belanda pada era Perang Padri. Benteng ini lebih muda dari benteng Fort de Kock. Nama benteng diambil dari nama kampong tua di timur danau Manindjaoe, negorij (nagari) Matoea. Benteng yang berada diantara benteng Tikoe dan benteng Fort de Kock dibangun sebagai benteng penghubung (antara Tikoe dan Fort de Kock). Kampong Matoea diduga kuat sudah ada sejak kuno.
Benteng Matoea (Peta 1837) |
Lantas seperti apa sejarah Matoea? Satu yang pasti belum pernah ditulis. Lalu apa pentingnya sejarah Matoea ditulis? Satu yang pasti nama Matoea sudah dikenal sejak lama, tidak hanya nama
negorij, tetapi juga nama benteng (fort). Benteng Matoea cukup berperan dalam paruh
terakhir Perang Padri (dalam pengepungan benteng Bondjol). Untuk menambah
pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber utama yang
digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman,
foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding),
karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari
sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan
lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru
yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*
Fort
Matoea
Nama Matoea sebagai nam kota, paling tidak sudah
dipetakan pada Peta 1830. Dalam peta, kota Matoe diidentifikasi sebagai benteng
(fort) Belanda. Benteng (kota) Matoea ini berada di sebelah barat benteng Fort
de Kock dan di sebelah timur danau. Dalam peta militer Belanda (Perang Padri)
jalur pergerakan militer antara Tikoe dan Fort de Kock melalui kota-kota
Manggopo, Loeboek Basoeng, Pasar Raboe, Soengai Lawi, Manindjau dan Matoea.
Kota
Matoea diduga kuat adalah kota yang sudah ada sejak lama. Sebagai kota tua,
kota Matoe terhubung dengan kota (pelabuhan) Tikoe. Pada era Poertugis, kota
Tikoe sudah teridentifikasi dalam peta seperti halnya kota Batahan, kota
Pariaman, Passaman dan kota Indrapoera. Kota-kota pantai (pelabuhan) ini
terhuhubung dengan pedalaman dalam hubungannya dengan perdagangan. Posisi kota
Matoea berada diantara (sungai) Tikoe dengan (sungai) Agam.
Dari
mana asal-usul nama Matoea sulit diketahui. Hal ini karena bersifat random. Di
Ranah Minangkabau nama ‘matua’ tidak memiliki arti apa-apa kecuali sebagai
penanda navigasi dalam geografis, yang dalam hal ini nama kota (kampong). Namun
‘matua’ di Tanah Batak memiliki arti tersendiri. Meski demikian, tidak dengan
sendirinya nama kota Matoea terkait dengan Tanah Batak. Sebab nama Matua juga
ditemukan di Jepang (Matsuwa) sebagai nama lembah/teluk di New Zealand. Tentu saja
ada nama pohon/buah matoa (yang banyak ditemukan di Papua). Nama kota Matoea di
pantai
barat Sumatra dalam hal ini unik sebagaimana nama kota Tikoe dan Agam. Nama
Tikoe, Agam dan Matoea diduga kuat nama-nama kuno.
Sehubungan dengan rencana Pemerintah Hindia
Belanda untuk mengepung benteng Bondjol, distrik XII Kota Oedik dan wilayah Matoe
disatukan dengan nama baru District XII Kota Oedik en Matoea. Sebagai kepala
(Civielen Kommandant) diangkat Kapitein FTM Mannen (lihat Javasche courant, 03-06-1835).
Seperti diidentifikasi pada peta militer, benteng Fort Matoe terhubung dengan
benteng Fort de Kock ke timur dan ke utara benteng Fort Masang (di sisi barat
sungai Masang). Ibu kota baru distrik telah berada di kota (fort) Matoea.
Pemindahan ibu kota ini diduga untuk mendekatkan pemerintah ke TKP (pusat Padri
di Bondjol).
Pada
tanggal 27 Maret 1936, van Mannen, Kapitein Civiel en Militaire Kommandant di
Matoe en XII Kota di Fort Matoea melaporkan ‘bahwa di rumahnya telah meninggal
Letnan pertama zenie PG Blockland. Sebelumnya ia di Bonjol dan setelah pulih
dari demam yang dideritanya disana, ia pergi ke front untuk pelayanan lebih
lanjut, tetapi kembali kemudian kembali sakit. Dia adalah karakter yang baik
dan perwira yang rajin. Iklan ini berfungsi sebagai pemberitahuan kepada
teman-teman dan kenalannya, yang tentu saja saya juga sangat sedih (lihat Javasche
courant, 06-07-1836). Dari nama jabatan Kapt Mannen ini sudah ditambahkan sebagai
pejabat militer (Civiel en Militaire Kommandant) mengindikasikan bahwa situasi
di wilayah telah ditingkatkan menjadi status Daerah Operasi Militer (DOM).
Pada tanggal 16 Agustus 1837 benteng Bonjol
berhasil dilumpuhkan oleh militer Belanda. Komandan militer Belanda dalam
pengepungan benteng Bondol ini adalah veteran Perang Jawa Colonel AV Michiels.
Detasement yang berhasil memasuki benteng Bondjol di bawah komandan Kaptein
Alexander van Hart (anak buah terbaik Colonel AV Michiels). Setelah Perang
Bondjol usai, pemerintahan sipil kembali dijalankan.
Benteng
Fort Matoea tetap dijaga oleh militer Belanda selepas perang. Komandan benteng
Fort Matoa adalah Letnan pertama van Veer yang dibantu oleh Letnan dua van
Geersdaelen (lihat Javasche courant, 02-05-1838). Komandan benteng Fort Matoea
menyebutkan bahwa O Schakel, ahli bedah kelas-2 meninggal (di Matoea) dalam
perjalanan dari kota General Cochius (Bondjol) ke rumah sakit di
Padang-Panjang. Dalam hal ini kota Bondjol telah diidentifikasi namanya menjadi
kota General Cochius, sebagaimana sebelumnya Fort van der Capellen (Batoe
Sangkar) dan Fort de Kock (Boekit Tinggi) serta Fort van den Bosch (Kamang).
Kota Matoea tetap Matoea.
Seiring dengan dimulainya kembali pemerintahan
sipil, sebagaimana lazimnya Pemerintah Hindia Belanda mengangkat pejabat
perdagangan (posthouder). Untuk posthouder di Matoea diangkat A Trzeisnki
(lihat Javasche courant, 18-04-1840).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar