*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Bukittinggi dalam blog ini Klik Disini
Nama Payakumbuh adalah nama penting di batas Provinsi Sumatra Barat dan Provinsi Riau (jarak 50 Km dari Kota Bukittinggi). Nama Payakumbuh (Pajakoemboeh) sudah dikenal sejak lama. Pada era Perang Padri (yang berakhir 1937), nama Pajakoemboeh telah dijadikan sebagai nama benteng Belanda. Benteng terdekat dari Fort Pajacoemboe adalah Fort Raaff (di selatan), Fort van den Bosh (di utara), Fort Veldman (di timur) dan Fort Tandjoeng Alam (di barat).
Nama Payakumbuh adalah nama penting di batas Provinsi Sumatra Barat dan Provinsi Riau (jarak 50 Km dari Kota Bukittinggi). Nama Payakumbuh (Pajakoemboeh) sudah dikenal sejak lama. Pada era Perang Padri (yang berakhir 1937), nama Pajakoemboeh telah dijadikan sebagai nama benteng Belanda. Benteng terdekat dari Fort Pajacoemboe adalah Fort Raaff (di selatan), Fort van den Bosh (di utara), Fort Veldman (di timur) dan Fort Tandjoeng Alam (di barat).
Benteng Fort Pajacoemboeh (1831) |
Lantas bagaimana sejarah Payakumbuh (Lima Puluh
Kota)? Sejauh yang bisa ditelusuri di internet, sejarah Payakumbuh belum pernah
ditulis. Lalu apa pentingnya sejarah Payakumbuh? Oleh karena jarak yang begitu
dekat, sebagai bagian dalam penulisan Sejarah Bukittinggi, sejarah Payakumbuh
menjadi penting. Satu hal yang terbilang penting, dokter hewan pertama pribumi
(Radja Proehoeman, 1886) ditempatkan di Pajakoemboeh. Untuk menambah
pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Kota Payakumbuh dan Labupaten Lima Puluh Kota (Now) |
Fort Pajacoemboeh Menjadi Ibu Kota Afdeeling Lima
Poeloeh Kota
Nama Lima Puluh Kota sebagai suatu wilayah sudah
diidentifikasi pada Peta 1724. Satu kota di wilayah L Kota (Lima Puluh kota)
juga sudah diidentifikasi di era Hindia Belanda pada Peta 1830 (Perang Padri) yang kemudian
dikenal sebagai Pajakoemboeh. Dalam hal ini kota Pajakoemboeh diduga kota
(nagari) terpenting (utama) di wilayah L Kota.
Antara Fort de Kock dan Pajakoemboeh (Peta 1850) |
Sebagai kota terpenting di Limapoeloeh Kota, kota
Pajakoemboeh dijadikan militer Belanda sebagai salah benteng pertahanan (pada
Perang Padri). Pembangunan benteng Fort Pajakoemboeh tampaknya juga dimaksudkan
untuk menjadi pusat perdagangan dan pusat pemerintah (setelah Fort van der
Capellen dan Fort de Kock).
Javasche courant, 31-10-1835 |
Setelah berakhir Perang Padri (1837) mulai diterapkan pemerintahan sipil.
Wilayah daerah aliran sungai Agam ini dibentuk dua distrik: Distrixt Agam dan
District Soeliki dan Limapoeloeh. District dikepalai oleh seorang Controleur.
Di Fort de Kock Residen Padangsche Bovenlanden berkedudukan. Residen dibantu
oleh beberapa Asisten Residen yakni di Fort van der Capellen. Dalam
perkembangannya, District Soeliki dan Limapoeloeh dibentuk menjadi satu
afdeeling dengan mengangkat Asisten Residen yang berkedudukan di Pajakoemboeh.
Sementara di Soeliki tetap dipimpin oleh seorang Controleur. Asisten Residen yang pertama adalah PHAB van
Hengst. Pada tahun 1848 PHAB van Hengst dipromosikan menjadi Residen Tapanoeli
yang berkedudukan di Sibolga (lihat Nieuwe Rotterdamsche courant : staats-,
handels-, nieuws- en advertentieblad, 27-05-1848). Sebagai pengganti van Hengst
adalah PT Couperus.
PHAB
van Hengst menggantikan Residen Tapanoeli yang pertama, Luitenan Colenel A van
der Hart (1844-1847). Kapitein Alexander van der Hart adalah anak buah terbaik
Colenel AV Michiels yang memimpin detasement berhasil memasuki jantung pertahan
Padri di benteng Bondjoel pada tahun 1837. A van der Hart yang telah mendapat
kenaikan pangkat menjadi Colonel kemudian dipromosikan menjadi Gubernur Groot
Oost (baca: Indonesia Timur) yang berkedudukan di Makassar. Catatan: Province
Sumatra’s Westkust terdiri dari tiga Residentie: Padangsche Benelanden (di
Padang); Padangsche Bovenlanden (di Fort de Kock_ dan Tapanoeli (di Sibolga).
Sebagai pengganti PT Coperus sebagai Asisten
Residen Limapoelieh Kota diangkat AJ Warmolts. Setelah beberapa tahun kemudian
AJ Warmolts diberikan cuti dua tahun ke Eropa (lihat Java-bode : nieuws,
handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 29-11-1854). Pada tahun
1862 A. Pruijs van der Hoeven, Assistent-Resident Lima Poeloeh Kota mendapat
bintang Ridder der Militaire Wiilems 4e klasse (lihat De Oostpost:
letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en advertentieblad, 18-10-1862).
Pengganti
A. Pruijs van der Hoeven yang pernah menjabat sebagai Asisten Residen di
Afdeeling Mandailing en Angkola, adalah HD Canne. Pada tahun 1865 HD Canne
dipindahkan ke Batipoe (lihat De Oostpost : letterkundig, wetenschappelijk en
commercieel nieuws- en advertentieblad, 24-06-1865). Sebagai pengganti HD Canne
adalah Asisten Residen Agam, J Cramer. Catatan: Setelah dari Batipoe, HD Canne
dipromosikan menjadi Residen Tapanoeli (1869-1873).
Pada tahun 1868 terjadi wabah penyakit ternak di
Residentie Padangsche Bovenlanden, Ini adalah laporan pertama tentang wabah
penyakit ternak di Hindia Belanda. Pemerintah segera merespon dengan cepat
karena ternak besar adalah resources masyarakat yang paling berguna selain
untuk transposrtasi juga ternak besar untuk membajak sawah. Berdasar laporan
yang diterima wabah berjangkit di Afdeeling XIII en IX, Afdeeling Tanah-Datar
dan Afdeeling Lima-poeloeh, serta di District Palembajan dan District Manindjoe.
Sejak wabah penyakit ternak sebanyak 79.385 karbon dan 52.784 sapi mati (lihat
Bataviaasch handelsblad, 18-03-1868).
Bagaimana
penanganan penyakit ternak ini di Residentie Padangsche Bovenlanden tidak
diketahui jelas. Namun angka ternah yang mati sia-sia bukanlah jumlah sedikit.
Pada tahun 1860 sudah ada pelatihan dokter hewan untuk pribumi di Soerabaja.
Besar dugaan para lulusan pelatihan kesokteran hewan di Soerabaja ini tidak
mencukupi dan boleh jadi dokter hewan belum ada yang ditempatkan di Sumatra.
Surat
dari Angkola untuk Penduduk Pajakoemboeh (1872)
Pada tahun 1872 Asisten Residen Lima Poeloeh Kota
yang baru adalah Vosmaer. Sebelum dipindahkan ke Afdeeling Lima Poeloeh Kota,
Vosmaer adalah Asisten Residen di Afdeeling Mandailing en Angkola (Residentie
Tapanoeli) yang berkedudukan di Padang Sidempoean. Tampaknya Vosmaer adalah
sosok pemimpin yang baik. Hal ini ketika Vosmaer dipromosikan dan dipindahkan ke
Lima Poeloeh Kota para pemimpin lokal di Onderafdeeling Angkola memberikan
ucapan terimakasih yang tulus dan juga menyampaikan pesan kepada penduduk di
Afdeeling Lima Poloeh Kota dengan ucapat selamat dengan kehadiran Vosmaer di
Afdeeling Lima Poeloeh Kota.
Sumatra-courant, 4-02-1872 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar