*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Timur di blog ini Klik Disini
Tempo doeloe, nama Kutai (Koetai) juga dicatat dengan nama Koeti (Kuti), kerajaan/kesultanan Koeti beribukota di Tongarong (Tenggarong). Pada saat inilah seorang Jerman, Majoor Muller mulai melakukan ekspedisi ke pedalaman Borneo tahun 1825. Namun naas bagi Muller, terbunuh dalam tugasnya. Terbunuhnya Muller kembali mengemuka ketika seorang Inggris Jhon Dalton mengunjungi Koeti pada tahun 1827.
Orang-orang Eropa inilah yang kemudian menambah catatan sejarah Kalimantan secara umum dan sejarah Kutai secara khusus (sejarah Kalimantan Timur). Bagaimana kisah perjalanan Georg Muller dan John Dalton ke pedalaman Borneo tentu menjadi menarik karena mereka terbilang pionier di daerah pedalaman Borneo tempo doeloe. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Dalam hal inilah pentingnya nama Muller dan Dalton dalam sejarah Kalimantan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Georg Muller 1826: Nama Koetai dan Tenggarong
Seorang bernama A Winter di Weltevreden menulis berita duka pada tanggal tanggal 6 November 1826 yang dimuat pada surat kabar Bataviasche courant, 08-11-1826. Dalam berita ini A Winter menyatakan bahwa menurut informasi yang dapat dipercaya dari Pantai Barat Borneo, Tuan Geórg Muller, Inspektur dan Kuasa Usaha dari Pemerintah Dalam Negeri Borneo (inspecteur en zaakgelastigde van het Gouvernement voor de binnenlanden van Borneo) telah menjadi korban dari semangatnya yang tak kenal lelah. Geórg Muller meneliti bagian terdalam dari pulau tersebut, ia diserang dengan keji oleh orang Dayak pada bulan Januari yang lalu saat mengarungi sungai Kapoeas, perjalanan sebulan dari Sintang dan dibunuh bersama semua pengikutnya, kecuali seorang Djawa. Buah dari perjalanannya melalui daerah-daerah yang tidak dikenal sebelumnya, yang sebelum dia tidak ada orang Eropa, dan yang sangat penting bagi rakyat dan geografi, juga telah hilang. Saya percaya bahwa banyak yang akan mengambil bagian dalam nasib malang dari teman yang berjasa, berani, dan bersemangat ini.
Berita ini segera lenyap, selain beritanya dengan kejadian terbunuh sudah sangat jauh di belakang, lebih-lebih saat itu suhu politik di wilayah Djogjakarta sudah mulai memanas. Kolonel Hujges, Resident Djogjakarta mulai kewalahan mengatasi permasalahan di Djogjakarta. Perhatian orang-orang Belanda dan Pemerintah Hindia Belanda tertuju ke Djogjakarta. Namun seorang pedagang Inggris yang berbasis di Singapoera Jhon Dalton sadar tidak sadar dengan kejadian yang belum lama, membuka jalan dan memutuskan untuk berangkat ke padalaman Borneo. Dalton tidak menyusuri sungai Kapoeas dari barat Borneo, tetapi dari pantai timur melalui sungai Koeti karena yang ditujunya adalah ibu kota kerajaan-kesultanan Koeti di Tangarong. Petualangan bisnis Dalton ini dapat dibaca pada Tijdschrift voor Nederland's Indie, 1856.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar