*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini
Di
Pulau Komodo ada komodo. Dalam hal ini kita tidak hanya membicarakan biawak
komodo juga tentang sejarah Pulau Komodo. Lantas apakah sejarah Pulau Komodo
sudah ditulis? Tampaknya belum. Sedari dulu orang hanya tertarik tentang komodo
dan lupa sejarah tentang pulau Komodo. Komodo tidak hanya di pulau Komodo,
tetapi dari nama pulau inilah biawak besar ini mendapatkan namanya. Hal itulah
mengapa sejarah Pulau Komodo penting.
Biawak yang disebut komodo (Varanus
komodoensis) ditemukan di beberapa tempat yang berdekatan selain Pulau Komodo,
yakni di Pulau Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami. Komodo yang disebut
dalam bahasa lokal ora adalah spesies terbesar dari familia Varanidae (kadal) di
bumi yang panjang rata-rata dua hingga tiga meter dengan berat sekitar 100 Kg. Sebagai
hewan endemik langka dan untuk menghindari kepunahan habitatnya di Pulau Komodo
ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo (situs warisan dunia Unesco). Nama Pulau Komodo sendiri kini menjadi nama kecamatan di
kabupaten Manggarai Barat di provinsi Nusa Tenggara Timur. Antara Pulau Komodo
dan Pulau Sumbawa (provinsi Nusa Tenggara Barat) dipisahkan oleh selat Sape.
Bagaimana
sejarah Pulau Komodo? Seperti disebut di
atas belum ada yang menulis. Untuk mendapatkan gambaran tentang sejarah komodo,
sejarah Pulau Komodo menjadi lebih penting lagi. Pulau Komodo awalnya dilihat
dari pulau Sumbawa. Lantas bagaiana Pulau Komodo dilihat dari Pulau Flores? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya
ada permulaan. Untuk
ntuk
menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika
sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh
penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal
itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber
primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber
buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku
juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam
penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut
di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama Pulau Komodo
Bagaimana
asal-usul nama pulau disebut Komodo? Dalam peta-peta Portugis tampaknya belum
diidentifikasi. Yang sudah diidentifikasi adalah pulau Solor, Timor, Flores dan
Batoetara (kini Pulau Komba). Pada era Belanda (VOC) nama-nama pulau lainnya di
sekitar mulai diidentifikasi. Namun hanya terbatas pada beberapa pulau (yang
penting saja).
Pelayaran pertama Belanda (1595-1597) yang
dipimpin oleh Cornelis de Houtman hanya sampai di pantai timur pulau Lombok.
Dalam peta itu di seberang tidak diidentifikasin namanya (Sumbawa). Dalam
pelayaran kedua Belanda (1598-1600) nama pulau Sumbawa sudah diidentifikasi
dengan nama Combava. Dari pengejaan nama tersebut diduga pelaut Belanda
menyalin dari peta-peta yang dibuat pelaut Portugis. Pada peta Belanda ini di
pantai utara pulau Combava diidentifikasi pulau Domoio (pulau Moyo), pulau Goenoeng
Api, (teluk) Bima. Lagi-lagi dieja
dengan cara Portugis. Pulau Komodo dan Pulau Rinca
Yang
terus eksis adalah nama pulau Sumbawa dan pulau Flores. Pulau-pulau diantaranya
tidak diidentifikasi, Hanya diidentifikasi selat Sape saja. Pada Peta 1695 dan
Peta 1730 pulau Flores juga disebut pulau Eijnde (Ende). Dalam peta pulau
Komodo diidentifikasi dengan nama Pulau Rotten dan pulau Sumba dengan nama Zandel
Bosch. Dua nama terakhir mengindikasikan pulau tidak bernama. Meski demikian,
pada Peta 1724 nama Zandel Bosch juga disebut Poelo Tjindana.
Zandel Bosch dalam bahasa Belanda adalah hutan
pasir yang dalam hal ini suatu pulau hutan yang banyak pasir. Sedangkan rotten
dalam bahasa Belanda adalah buruk, jelek atau busuk. Namun mengapa disebut
demikian, tidak jelas. Yang jelas pulau Komodo belum memiliki nama (seperti
halnya pulau Sumba). Tentu saja nama lokal sudah tentu ada karena pulau ini
terbilang besar seperti halnya pulau Zandel Bosch.
Nama
pulau disebut Komodo, paling tidak muncul pada era Pemerintah Hindia Belanda. Pada
Peta 1835 pulau Rotten juga disebut pulau Komodo. Sementara pada Peta 1840 nama
pulau diidentifikasi sebagai pulau Mangaraij atau pulau Komobo (Komodo).
Tampaknya nama pulau mulai diidentifikasi tetapi terkesan belum ditetapkan.
Dari dua peta tersebut tampaknya nama Komodo
adalah nama yang baru (menggantikan nama asing yang lama Rotten). Nama lama
pulau ini, atau paling tidak yang muncul kemudian adalah nama pulau Mangaraij.
Seperti disebut di atas, biawak komodo ini menurut penduduk asli (setempat)
adalah ora (mungkin juga ara). Jika dihubungkan dengan nama Mangaraij (Mangarai
atau Manggarai) dengan ora atau ara, muncul pertanyaan apakah nama pulau itu
sejak lama, oleh penduduk asli, disebut pulau Manggarai. Seperti diketahui
sekarang, pulau ini masuk wilayah kabupaten Manggarai (Barat). Nama pulau Mangarai diduga kuat adalah nama kuno yang merujuk
pada era Hindoe. Nama Manga merujuk pada nama India, dan rai sendiri adalah
sebutan penduduk asli untuk biawak raksasa (komodo).
Seperti
biasa Pemerintah Hindia Belanda (berdasarkan rekomendasi para ahli, terutama
ahli geografi) pada akhirnya akan menetapkan nama yang tetap (beslit atau
staatsblad). Dalam hal inilah diduga nama Manggarai menjadi nama wilayah (di
pulau Flores) dan nama pulau di wilayah Manggarai disebut Pulau Komodo.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
Komodo di Pulau Komodo
Pada
bulan Agustus 1913 berita tentang kadal raksasa yang disebut komodo viral di
Eropa seperti surat kabar Provinciale Drentsche en Asser courant, 05-08-1913 melansir berita dari Hindia
Belanda. Dalam berita tersebut nama komodo tersebut sudah mendapat nama
ilmiahnya dengan nama Varanus Comodoensis.
Provinciale Drentsche en Asser courant, 05-08-1913:
‘Surat kabar luar negeri (Hindia Belanda) menyebutkan kadal terbesar di dunia
ditemukan pada tahun 1912. Binatang buas itu ditemukan di pulau kecil Komodo,
yang terletak di antara Flores dan Sumbawa. Administrator van Steyn van Hensbroek,
yang mendengar dari penduduk asli bahwa kadal raksasa seperti itu sangat sering
terlihat disana; binatang seperti itu disebut buaya darat (land krokodil).
Terkadang binatang itu mencapai panjang enam hingga tujuh meter. Mereka tinggal
secara eksklusif di tanah, dimana mereka menggali lubang besar di bawah batu.
Binatang ‘bodoh’ itu sangat ‘cepat berdiri’. Namun mereka tidak bisa mendengar.
Mereka memangsa burung dan bangkai. Tuan van Steyn hanya berhasil mendapatkan
satu spesimen, hewan ini berukuran panjang 2,10 meter dan dikirim ke Jawa, dimana
ia ditemukan sebagai spesies baru, dan nama tempat hewan itu ditabalkan dengan nama
Varanus Comodenais. Karena beberapa spesimen lagi telah ditangkap, yang
terbesar memiliki panjang 4 meter di Museum Zoologi. Mungkin suatu hari nanti
seekor kadal tersebut bisa tumbuh sekitar enam meter’.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar