*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini
Bagaimana sejarah Pulau Flores? Sudah barang tentu ada yang telah menulisnya. Lantas mengapa harus ditulis lagi? Sejauh data baru ditemukan, narasi sejarah tidak pernah berhenti. Interpretasi yang benar akan menghasilkan narasi yang baik. Hal itu karena metodologi sejarah terus dikembang. Lalu bagaimana sejarah Pulau Flores?
Sejarah pulau bermula dari namanya: Flores. Nama Florest kali pertama diidentifikasi pada Peta 1517 sebagai suatu tanjung di ujung timur pulau yang disebut Cabo das Florest (Tanjung Florest). Bagaimana dengan nama Ende, sebab awalnya nama pulau sebagai Flores dan Ende saling dipertukarkan? Nama Ende, bukan lagu dalam bahasa Batak, tetapi seperti Flores yang berasal dari bahasa Portugis, kampong paling ujung. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Flores Peta 1517: Cabo das Florest
Seperti halnya kemenyan dan kamper hanya ditemukan di Tanah Batak ke situlah pedagang asing pertama datang (India dan Arab) di zaman kuno, juga setali uang para pedagang-pedagang di Makassar datang ke pulau Solor dan pulau Timor untuk mendapatkan kayu cendana untuk diekspor ke Tiongkok. Nama Solor menurut peneliti Belanda merujuk pada nama Selayar dan nama Timor merujuk pada arah mata angin timur dalam bahasa Melayu (lingua franca yang digunakan di kota pelabuhan Makassar).
Dalam peta-peta selanjutnya hingga era VOC, nama pulau tidak pernah diidentifikasi dan hanya diidentifikasi Cabo d Florest. Mengapa? Karena tidak dianggap penting dalam navigasi dan perdagangan. Namun tentu saja nama pulau ini sudah ada, tetapi tidak pernah dicatat (diidentifikasi orang Eropa). Pulau ini terbilang pulau besar karena itu memiliki nama (paling tidak sesuai dengan kooditi utama pulau tersebut). Yang diidentifikasi adalah pulau di sebelah barat (Sumbawa) karena pengaruh perdagagan Demak-Jepara sudah ada di teluk Bima.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Nama Ende di Pulau Flores di Era Pemerintah Hindia Belanda
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar