Rabu, 03 Februari 2021

Sejarah Kupang (11): Sejarah Pulau Flores, Pangkal Pulau di Tanjung hingga Kampong Ujung Barat di Ende; Cabo das Florest 1517

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah Pulau Flores? Sudah barang tentu ada yang telah menulisnya. Lantas mengapa harus ditulis lagi? Sejauh data baru ditemukan, narasi sejarah tidak pernah berhenti. Interpretasi yang benar akan menghasilkan narasi yang baik. Hal itu karena metodologi sejarah terus dikembang. Lalu bagaimana sejarah Pulau Flores?

Pulau Flores di Provinsi Nusa Tenggara Timor adalah salah satu dari empat pulau besar: Timor, Flores, Sumba dan Alor. Pada masa ini Pulau Flores terbagi menjadi 8 kabupaten; Manggarai Barat, ibu kota di Labuan Bajo; Manggarai, ibu kota di Ruteng; Manggarai Timur, ibu kota di Borong; Ngada, ibu kota di Bajawa; Nagekeo ibu kota di Mbay; Ende ibu kota di Ende; Sikka ibu kota di Maumere; Flores Timur ibu kota di Larantuka; dan Lembata ibu kota di Lewolebampau.

Sejarah pulau bermula dari namanya: Flores. Nama Florest kali pertama diidentifikasi pada Peta 1517 sebagai suatu tanjung di ujung timur pulau yang disebut Cabo das Florest (Tanjung Florest). Bagaimana dengan nama Ende, sebab awalnya nama pulau sebagai Flores dan Ende saling dipertukarkan? Nama Ende, bukan lagu dalam bahasa Batak, tetapi seperti Flores yang berasal dari bahasa Portugis, kampong paling ujung. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Flores Peta 1517: Cabo das Florest

Seperti halnya kemenyan dan kamper hanya ditemukan di Tanah Batak ke situlah pedagang asing pertama datang (India dan Arab) di zaman kuno, juga setali uang  para pedagang-pedagang di Makassar datang ke pulau Solor dan pulau Timor untuk mendapatkan kayu cendana untuk diekspor ke Tiongkok. Nama Solor menurut peneliti Belanda merujuk pada nama Selayar dan nama Timor merujuk pada arah mata angin timur dalam bahasa Melayu (lingua franca yang digunakan di kota pelabuhan Makassar).

Ke pulau Solor dan Timor inilah pelaut-pelaut Portugis juga melakukan survei (setelah dari Ternate dan Makassar) pada awal kedatangan orang-orang Portugis yang berbasi di kota pelabuhan Malaka (1511). Salah satu dari kapal Portugis sampai di pulau Solor dan pulau Timor dimana orang-orang dari pelabuhan Makassar mengumpulkan kayu cendana. Antonio Reinel dalam peta yang dibuatnya (Peta 1517) mengidentifikasi empat nama: pulau Solor, pulau Timor, suatu tanjung Cabo das Florest dan nama tempat Batoetara (pulau Komba). Taanjung ini adalah garis navigasi pelayaran dari Makassar ke (pulau) Batoetara terus ke pulau Solor melalui tanjung dan selat. Tanjung inilah yang diidentifikasi sebagai Cabo das Florest. Ini mirip ketika pelaut-pelaut Portugis sebelumnya mengidentifikasi tanjung di selatan Afrika yang dalam peta-peta Belanda (VOC) disebut Goede Hoop (Tanjung Pengharapan). Mengapa disebut Cabo das Florest (tanjung bunga) tidak diketahui secara jelas.

Dalam peta-peta selanjutnya hingga era VOC, nama pulau tidak pernah diidentifikasi dan hanya diidentifikasi Cabo d Florest. Mengapa? Karena tidak dianggap penting dalam navigasi dan perdagangan. Namun tentu saja nama pulau ini sudah ada, tetapi tidak pernah dicatat (diidentifikasi orang Eropa). Pulau ini terbilang pulau besar karena itu memiliki nama (paling tidak sesuai dengan kooditi utama pulau tersebut). Yang diidentifikasi adalah pulau di sebelah barat (Sumbawa) karena pengaruh perdagagan Demak-Jepara sudah ada di teluk Bima.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama Ende di Pulau Flores di Era Pemerintah Hindia Belanda

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar