*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini
Sejarah tidak pernah membingungkan. Namun sejarah adakalanya memberikan kejutan pada masa kini. Sejarah tidak pernah berubah. Yang berubah adalah cara menarasikan sejarah itu sendiri. Sejarah sendiri adalah narasi fakta dan data. Dalam sejarah Pulau Flores, nama baru dintroduksi (yang menyebabkan nama lama hilang). Namun nama Pulau Manggarai tidak sepenuhnya hilang, Sebab nama pulau Manggarai digantikan namanya menjadi pulau Komodo dan nama Manggarai dijadikan sebagai nama wilayah. Pulau Komodo meski namanya merujuk ke Sumbawa tetapi pulau Komodo sendiri masuk wilayah Manggarai. Itulah awal nama Manggarai di Pulau Flores.
Bagaimana sejarah Manggarai? Umumnya penduduk Manggarai berada di Pulau Flores dan sebaguian yang lainnya di pulau-pulau seperti di Pulau Komodo. Lantas mengapa ada nama kampong Manggarai di Batavia tempo doeloe? Tentu saja ada nama kampong Tambora. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama Manggarai di Pulau Flores
Nama Manggarai sudah tebilang lama. Paling tidak nama Manggarai (Mangaray) sudah dicatat pada era VOC tahun 1684 (lihat Daghregister, 22 Desember, 1684). Disebutkan sebuah resolusi dibuat (Negombo) untuk ke Mangaray dan pulau Sandelbosch Pulau Sumba) untuk mengangkut budak dan kayu cendana. Pulau Sandelbosch juga disebut Pulau Tjindana. Nama pulau Mangarai dan nama Pulau Sabu diduga kuat merujuk pada nama kuno (era Hindoe).
Tahun ini adalah tahun yang mana kerusuhan di Banten dapat diredakan oleh Majoor Saint Martin. Pasukan pribumi pendukung militer VOC berasal dari berbagai wilayah antara lain Ternate dan Boegis.
Perbudakan saat itu terjadi dimana-mana suatu yang normal dan belum ada larangan. Budak adalah bagian dari komodi yang diperdagangkan. Pemerintah VOC (di Batavia) juga banyak membeli budak untuk keperluanya dalam tenaga kerja domestik atau digunakan untuk membangun jalan dan digunakan oleh para planter di sekitar Batavia.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Kampong Manggarai di Batavia (Jakarta)
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar