*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini
Nama Asmat di Papua sudah dikenal secara luas. Namun sayang sejarah (suku) Asmat di Papua kurang terinforasikan selama ini. Mengapa? Tentu saja karena sulitnya menemukan data historis. Namun demikian, sejarah Asmat seharusnya tetap dinarasikan. Upaya penggalian data tetap diperlukan. Hal itulah mengapa sejarah Asmat ini ditulis.
Lantas bagaimana sejarah Asmat? Satu yang penting orang Eropa pertama yang berkunjung ke wilayah pedalaman di tengah penduduk Asmat adalah Pendeta Zegwaard. Bagaimana bisa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Asmat
Nama Asmat sebelum nama Asmat dilaporkan di (pulau) Papua sudah umum digunakan di (pulau) Jawa sebagai nama untuk laki-laki. Paling tidak nama Asmat dicatat pada tahun 1852 (lihat Nederlandsche staatscourant, 17-08-1852). Nama Asmat terus digunakan sebagai nama laki-laki. Tentu saja nama Asmat di Papua bukanlah nama seseorang. Nama Asmat untuk identifikasi penduduk di Papua merujuk pada sumber lain apakah bahasa Asmat sendiri atau bahasa asing.
Terminoilogi ‘asmat’ ditermukan dalam berbagai teks Sanskerta. Demikian juga kata asmat ditemukan pada kamus A Sanskrit-English Dictionary yang ditulis oleh Monier Williams yang diterbitkan tahun 1872. Lantas apakah nama Asmat di Papua sudah eksis sejak era Hindoe-Boedha. Sebagaimana nama Papua berasal dari bahasa Melayu, lalu apakah nama Asmat berasal dari bahasa Melayu (Sanskerta)?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pendeta Zegwaard di Asmat
Tidak ada orang asing (Eropa) yang pernah ke wilayah belakang pantai di pantai barat daya Papua, karena itu tidak ada yang melaporkan tentang keberadaan penduduk asli Asat. Juga tidak ada laporan dari penduduk asli di Maluku yang dikutip oleh orang asing sehingga tidak satupun keterangan tentang orang Asmat di pedalaman. Baru setelah kehadiran pendeta Zegwaard asal Jerman dari Limburg di wilayah Asmat. Itu bermula dari suatu kebetulan (lihat Limburgsch dagblad, 19-02-1954).
Di Agats, Pendeta Katolik G. Zegwaard (dari Zandvoort) telah berhasil membangun sebuah tepat tinggal yang tidak kecil ukurannya dengan bahan bangunan pedesaan (yang diperoleh dari hutan sekitar). Pendeta Zegwaard sendiri di Agats tetapi ditemani oleh pendeta Welling (dari Boxtel). Dua pendeta ini juga telah menyelenggarakan pendidikan di sekolah gereja meski respon penduduk masih pasang surut.
Sejak kehadiran Pendeta Gerad A Zegwaard di Agats, nama Asmat mulai dikenal luas.Dala suatu pameran tentang Melanesia di Belanda pada tahun 1956 penemuan Asmat ikut disertakan seperti barang produk ukiran dan benda khas Asmat dan foto-foro penduduk Asmat (lihat Leeuwarder courant : hoofdblad van Friesland, 28-06-1956). Gerad A Zegwaard sendiri menulis artikel yang berjudul Headhunting Practices of the Asmat of Netherlands New Guinea yang dipublikasikan pada jurnal antropologis tahun 1959 turut memperkaya pemahaman publik internasional tentang keberadaan penduduk Asmat di Papua.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
by eeeee............
BalasHapus