Kamis, 18 Maret 2021

Sejarah Papua (29): Sejarah Awal Mimika, Gunung Carstenz Terkenal Sejak Tempo Dulu; Timika Terkenal Kini Sejak Freeport

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini

Kini nama Mimika dan Timika seakan dua nama kembar. Namun sejatinyanya nama Mimika jauh lebih tua dari nama Timika. Ibarat keluarga, Mimika ibarat kakek dan Timika ibarat cucu. Nama Mimika dan nama Timika kini disandingkan karena kedua nama ini berkaitan di masa lalu. Tempo doeloe Mimika dikaitkan dengan gunung (puncak) tertinggi di pedalaman Papua (Carstenz Top atau Peak van Papoea) dan Timika adalah salah satu nama kampong di Mimika,

Pada masa ini nama Mimika ditabalkan sebagai nama wilayah (kabupaten) dan nama Timika dijadikan sebagai ibu kota Kabupaten Mimika. Kabupaten Mimika dibentuk setelah kabupaten Fakfak dimekarkan pada tahun 1999 (sebelum Mimika sebagai namasuatu distrik atau kecamatan). Pada masa ini di Kabupaten Mimika dibentuk kecamatan, Kecamatan Tembagapura di mana tambang emas terbesar di dunia yang sebelumnya sepenuhnya dimiliki Freeport. Oleh karena intensitas yang tinggi di pertambangan kecaatan Tembagapura maka dibangun bandar yaitu Bandara Moses Kilangin yang terletak di Timika, sedangkan pelabuhan berada di Poumako. Seperti halnya Timika, nama Poumako pada masa lalu adalah salah satu nama kampong di Mimika.

Lantas bagaimana sejarah Mimika? Tampaknya belum ada yang menulisnya. Padahal sejarah Mimika seharusnya dianggap penting karena sejak dulu sudah dikenal puncak tertinggi Carstenz dan kini di Timika, tepatnya di kecamatan Tembagapura terdapat pertambangan besar. Okelah kalau begitu. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Mimika

Wilayah Kepala Burung di Papua sudah dikenal sejarah era Portugis dengan nama Spanyol de Bonne Esprance atau nama Portugis disebut Cabo de Goedew Hoop (seperti nama tanjung di Afrika Selatan). Pulau Papua sendiri disebut Nova Guinea (bahasa Portugis). Di wilayah selatan Kepala Burung ini di pantai barat terletak Mimika yang sekarang (tetapi belum teridentifikasi kala itu). Lantas kapan muncul nama Mimika.

Pada era VOC (Belanda) kawasan pantai Mimika ini ditandai pada Peta 1720 sebagai Caap Nassau. Kawasan ini sudah dilalui oleh kapal-kapal VOC apakah dari Ternate atau dari Banda melalui pulau Kei dan Pulau Aru. Pulau-pulau di utara Pulau Aru dan di barat laut kawasan Caap Nassau ditandai sebagai Moerasch, yang dapat diartikan sebagai kawasan orang-orang Moor. Kawasan ini meliputi pulau Namatota, pulau Lakahia, teluk Triton dan wilayah Kaimana yang sekarang. Orang Moor adalah pelaut-pedagang asal Afrika Selatan beragama Islam yang sudah sejak zaman kuno eksis di Hindia Timur (orang Moor telah lama memperkuat Ternate, dan orang Moor terkonsentrasi di pulau Halamahera yang di era Portugis pada peta ditandai sebagai Terra del Moro. Besar dugaan mereka inilah yang menyebarkan agama Islam di kawasan pantai barat daya Papoea. Berdasarkan Peta 1695 sungai besar di Mimika (Timika) ditandai sebagai Moerschestraar Rivier. Peta 1720

Nama (kampong) Mimika berada di kawasan Caap Nassau, yang diduga pusat-pusat perdagangan dari perluasan di pulau Namatota. Di kampong Mimika ini menjadi pusat perdagangan kawasan dengan penduduk di pedalaman yang semua suku-suku diidentifikasi sebagai orang Manowean (kini suku Asmat).

Kawasan ini kali pertama dikunjungi oleh pedagang-pedagang VOC pada tahun 1623 yang dipimpin oleh Kaptein Jan Carstenz. Dalam ekspedisi ini peta dibuat yang dilakukan oleh Arent Martensz de Leeuw, Dalam Peta 1623 diidentifikasi Amboina, Banda, Pulau Kei dan Pulau Aru asal rute, yang melakukan ekspedisi pertama ke pantai barat Papua menuju tempat yang diduga kuat kampong Mimika. Di selatan kampong ini ditandai (muara) sungai. Ekspedisi ini melakukan navigasi ke arah selatan melewati pulau Frederik Hendrik dan Merauke hingga Pulau Daru. Satu yang penting dalam peta ini pegunungan (puncak) tinggi di pedalaman sudah diidentifikasi (kini puncak Carstenz, sesuai nama komandan ekspedisi). Catatan: Peta kuno ini sempat hilang dan baru ditemukan pada tahun 1866 (lihat Nederlandsche staatscourant, 18-02-1866).

Muara sungai besar yang diidentifikasi pada Peta 1623 diduga kuat adalah sungai di Timika (kini sungai Ajkwa). Di sekitar muara sungai ini pada masa kini sudah tertutup daratan karena proses sedimentasi jangka panjang. Hal ini diduga karena pada Peta 1695 di sekitar muara sungai terdapat gosong yang sangat luas dan hanya ada satu pulau yang didientifikasi. Pulau ini diduga adalah pulau Mimika (yang menjadi pusat perdagangan di sekitar muara).

Apa yang menjadi penyebab terjadinya gosong yang luas ini diduga terdapat pertambangan sejak zaman kuno,  Kemungkinan terjadinya pengaruh vulkanik karena pegunungan di hulu meletus kecil sekali karena hanya pegunungan Arfak yang bersifat aktif. Pertambangan ini diduga menjadi faktor penting mengapa pedagang-pedagang Moor memiliki pemukiman di pantai selatan Papua ini seperti di teluk Triton (sekitar Kaimana yang sekarang) di Pulau Aru dan di pulau Daru. Seperti di tempat lain, aktivitas penduduk yang intens di pedalaman menjadi satu faktor penting mengapa teluk yang luas menjadi kawasan daran seperti Batavia, Semarag dan Soerabaja. Di wilayah Maluku seperti di Amboina dan Ternate kasus gosong ini tidak ada, karena sungai besar tidak ditemukan. Selain muara sungai Mimika yang mengalami proses sedimentasi jangka panjang juga ditemukan di muara sungai Digul dan di muara sungai Membramo.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Nama Timika

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

2 komentar:

  1. Keren Pak, saya bisa minta dokumen dan ulasan sejarah terkait mimika yang bapak miliki. Saya putra mimika dgn pingin membuat buku sejarah kampung saya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ok baik, akan saya kirimkan dalam beberapa hari ke depan
      Selamat menulis sejarah

      Hapus