Jumat, 19 Maret 2021

Sejarah Papua (31): Sejarah Suku Amungme di Jantung Pedalaman Papua; Kabupaten Mimika, Puncak Jaya, Intan Jaya, Nduga

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Papua dalam blog ini Klik Disini

Suku Amungme termasuk salah satu suku di Papua yang berada di pedalaman. Jika suku Asmat di pedalaman pada tempo doeloe masih punya akses ke laut (pantai barat daya Papua), suku Amungme yang terbilang berada di jantung pedalaman Papua seakan terisolasi, hidup tenang dan damai dengan cara hidup mereka sendiri. Penduduk Amungme dapat dikatakan hidup dengan lingkungan pegunungan yang berhawa sejuk (pegunungan Jayawijaya dengan puncak tertinggi Puncak Jaya). Namun pada masa kini penduduk Amungme dapat dikatakan terusik dengan intensitas tinggi pertambangan terkenal di Grasberg (diusahakan Freeport).

Suku Amungme yang tersebar di pedalaman Papua, para masa kini terkonsentrasi di Kabupaten Mimika dan di Kabupaten Puncak Jaya. Kabupaten Mimika dibentuk tahun 1999 dari pemekaran kabupaten Fakfak dengan ibukota di Timika. Sedangkan kabupaten Puncak Jaya dimekarkan dari Kabupaten Puncak pada tahun 2008 dengan ibu kota di (distrik) Kotamulia. Kabupaten-kabupaten lainnya yang terletak di pedalaman yang dekat dengan centrum suku Amungme adalah kabupaten Intan Jaya dan kabupaten Nduga. Kabupaten Intan Jaya dimekarkan dari Kabupaten Paniai pada tahun 2008 dengan ibu kota di Sugapa, sementara Kabupaten Nduga dibentuk tahun 2008 dari pemekaran Kabupaten Jayawijaya dengan ibu kota di Kenyam. Tiga kabupaten (Intan Jaya, Puncak Jaya dan Nduga) terbilang baru (2008) diharapkan penduduk Amungme semakin maju dan memilii akses yang lebih luas ke berbagai wilayah.

Lantas bagaimana sejarah suku Amungme? Kurang terinformasikan dan boleh jadi memang kurang diketahui karena penduduk Amungme cukup lama terisolasi dan tidak pernah berinteraksi dengan orang asing (yang bersedia mencatatnya), Namun, sejarah tetaplah sejarah, suku Amungme adalah bagian integral penduduk Papua yang tidak terpisahkan dari Sejarah Menjadi Indonesia. Oleh karena itu, narasi sejarah suku Amungme harus ditulis seberapa pun data historis yang bisa dikumpulkan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Nama Amungme di Pedalaman Papua

Tunggu deskripsi lengkapnya

Suku Amungme dan Kegiatan Pertambangan

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar