Rabu, 28 April 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (53): Laut Bali, Sejak Cornelis de Houtman (1597) hingga Kapal Amerika (1945): KRI Nanggala 402

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Laut Bali menjadi pusat pemberitaan dunia, karena belum lama ini dikabarkan kapal selam Indonesia [KRI Nanggala 402] jatuh ke dasar laut. Faktor penyebab kecelakaan laut masih diselidiki, sebanyak 53 orang personel belum bisa dievakuasi. Posisi GPS kapal selam sudah diketahui berada di Laut Bali pada koordinat tertentu pada kedalaman sekitar 800 M. Sehubungan dengan berita-berita kecelakaan kapal selam Indonesia, juga muncul berita bahwa kapal selam Amerika Serikat juga pernah mengalami kecelakaan di sekitar kawasan tahun 1945 (lihat VIVA, Rabu, 28 April 2021).

Bali dan Lombok. Pada pelayaran pertama Belanda ke Indonesia (baca: Hindia Timur) 1595-1597 yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman, setelah mencapai Banten pada bulan Juni 1596, ekspedisi dengan tiga kapal ingin melanjutkan pelayaran ke Maluku dengan rute pantai utara Jawa ke arah timur. Salah satu kapal Cornelis de Houtman mengalami kerusakan berat di timur pulau Madura [kini disebut Laut Bali]. Akhirnya ekspedisi itu berbalik arah dengan mengitari Pulau Lombok dan ketika memasuki selat Bali, kapal yang rusak parah itu dibakar dan kemudian tenggelam. Dua kapal yang tersisa melanjutkan pelayaran ke pantai timur Pulau Bali (kini pelabuhan Padang Bai). Setelah meninggalkan dua pedagang Belanda di Bali, Cornelis de Houtman dengan dua kapal kembali ke Belanda dengan terlebih dahulu mengitari pantai utara Balia (Laut Bali) dan lalu berbelok ke selatan memasuki Selat Blambangan (kini disebut Selat Bali) lalu dari pantai selatan Jawa rute diarahkan ke Afrika Selatan. Selat Bali kini menjadi Selat Lombok.

Lantas apa yang menjadi keutamaan kawasa Laut Bali [Selat Bali, Selat Lombok dan Selat Sape]? Seperti disebut di atas Laut Bali tempo doeloe pada era Cornelis de Houtman adalah titik balik. Tentu saja tidak hanya itu, terutama selat Lombok dan selat Sape sudah menjadi rute navigasi internasional dari Lautan Hindia ke Lautan Pasifik. Seperti disebutkan di atas, di Laut Bali juga kapal Amerika Serikat pernah tenggelam. Nah, untuk memperkaya pemahaman tentang kawasan jatuhnya kapal selam Indonesia KRI Nanggala 402 ada baiknya kita gali datanya. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*

Laut Bali: Sejak Era Cornelis de Houtman (1595-1597)

Laut Bali sejak dari doeloe sudah diketahui sebagai laut dalam, laut yang memisahkan laut dangkal (paparan Soenda yang menjadi daratan yang menyatukan pulau Sumattra, Kalimantan dan Jawa-Bali dengan benua Asia). Pada kawasan Laut Bali ini hanya selat Lombok (dulu disebut Selat Bali) dan Selat Sape yang memiliki kedalaman. Selat Blambangan (kini Selat Bali) yang memisahkan pulau Jawa dan pulau Bali pada titik tertentu terbilang dangkal (juga sempit). Selain sisi timur pulau Lombok dan sisi timur-utara pulau Bali, kedalaman selat Blambangan ini sudah diukur oleh Cornelis de Houtman (1587).

Pada era VOC, rute navigasi pelayaran dari Lautan Hindia ke Lautan Pasifik (selain Selat Sunda) adalah selat Lombok dan selat Sape. Selat Lombok menjadi pilihan utama, karena selat Sape kerap menjadi sasaran bajak laut (internasional). Sejak Australia dijadikan Inggris sebagai koloni (sejak 1776), rute pelayaran Inggris dari Selat Malaka (Penang dan Singapoera) ke Sydney (Australia) melalu selat Lombok. Jalur yang dipilih di selat Lombok adalah sisi pulau Lombok daripada sisi pulau Bali.Hal ini karena sisi pulau Lombok dengan kedalaman sekitar 25 M airnya lebih tenang dan aman, sedangkan sisi pulau Bali arusnya deras dan banyak karang. Hal itulah mengapa selat Lombok dikenal luas dalam navigasi pelayaran sejak era VOC. Dalam posisi inilah Laut Bali menjadi kawasan ramai (persipangan rute pelayaran dari pantai utara Jawa ke Maluku dan rute pelayaran internasional dari Lautan Hindia (Australia) ke Lautan Pasifik (Filipina dan Jepang) dan Selat Malaka (Singapoera) atau Selat Karimata (Makao dan Hongkong).

Laut Bali sebagai jalur navigasi pelayaran yang ramai, juga kerap para bajak laut internasional beroperasi di kawasan ini. Kawasan ini baru dapat dikatakan aman sejak 1850an setelah angkatan laut Hindia Belanda yang juga telah merelokasi basenya dari Batavia ke Soerabaja berhasil menghalau bajak laut internasional ke utara selat Sulawesi, Laut Sulawesi dan Teluk Tomini. Namun dalam perkembangannya kawasan teluk Tomini dibersihkan oleh angkatan laut Hindia Belanda dari bajak laut. Dengan demikian rute navigasi pelayaran internasional dari Lautan Hindia ke Lautan Pasifik menjadi Selat Lombok (Laut Bali) di selatan dan selat Karimata (antara Sumatra dan Kalimantan) dan Laut Maluku (antara Sulawesi dan Ternate). Hingga ini hari jalur navigasi internasional ini masih berlaku (lazim digunakan).

Sejak era Portugis, bahkan pada era VOC belum pernah dilakukan pemetaan laut Hindia Timur. Pada era VOC, peta-peta yang ada hanya mengindikasikan peta-peta di sekitar pantai (pulau) dimana ada aktivitas perdagangan VOC. Peta-peta itu mengindikasikan peta jalur navigasi di pesisir pantai, diantara pulau-pulau yang berdekatan dan selat sempi hingga seputar teluk. Namun untuk perairan dalam yang kauh dari pantai, belum dilakukan, selain kegunaannya tidak terlalu perlu juga teknologi pengukuran (kedalaman laut dan ketinggian gunung) belum memadai. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, pemetaan laut perairan dalam dan pulau-pulau yang belum ada datanya. Kegiatan pemetaan laut baru mulai diukur oleh angkatan laut Hindia Belanda pada pertengahan tahun 1840an. Salah satu tokoh penting dala pemetaan laut ini adalah Luitenant Mervill, dia tidak hanya komandan kapal, tetapi juga sangat rajin menulis hasil-hasil lapaorannya yang dikirim ke jurnal ilmiah apakah di Hindia Belanda maupun di Eropa. Peta-peta Mervill banyak dikutip oleh para ahli (geografi) juga para ahli navigasi pelayaran di Eropa. Kontribusi Merviil tentang laut Indonesia sangat berarti dalam pembentukan peta navigasi pelayaran internasional di kawasan Hindia Belanda. Luitenant Mervill juga termasuk memetakan selat Bali, selat Lombok dan Laut Bali. Pada era Mervill ini, salah satu ahli flora dan fauna Inggris, AR Wallace pernah diserang badai di Laut Bali dan terdapat di Ampenan (pulau Lombok). Selama menunggu kapal baru, Wallace melakukan penelitian flora dan fauna di pulau Lombok. AR Wallace sangat terkenal kemudian, yang kini namanya ditabalkan sebagai garis Wallace.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Laut Bali: Jatuhnya Kapal Amerika Serikat dan Kapal Indonesia

Perseteruan antara Amerika Serikat dan Jepang tidak hanya di Lautan Pasifik, tetapi juga kapal-kapal laut keduanya yang didukung dengan pesawat-pesawat terbang juga di terjadi di dalam wilayah Indonesia (baca: Hindia Belanda).

Setelah Jepang menghancurkan pusat angkatan laut Amerika Serikat di Pasifik (Pearls Harbour, Hawaii) pada bulan Deseber 1941, Jepang telah meratakan jalan ke Asia Tenggara. Situasi dan kondisi bermula pada bulan Februari 1942 kapal-kapal Jepang mulai memasuki Laut Jawa, Selat Makassar dan Selat Bali dan terjadi pertempuran hebat di Laut Jawa antara kekuatan invasi Jepang dengan angkatan laut Hindia Belanda. Awalnya kapal selam angkatan laut Hindia Belanda masih mampu menggiring ke luar hingga ke selat Sulawesi. Kapal-kapal Hindia Belanda ini dibantu kapal Amerika Serikat setelah tanggal 1 Februari sebuah konferensi antara komandan maritim Belanda dan Amerika Serikat diadakan di Tjilitjap (lihat Trouw, 19-05-1945). Namun situasi cepat berubah, angkatan laut Jepang cepat menguasai keadaan. Masih pada bulan Februari terjadi pertepuran di Laut Bali, kapal torpedo Hindia Belanda Piet Hein hilang dan kapal Tromp rusak parah sehingga harus direlokasi dari bengkel Soerabaja dipindahkan ke Sydney untuk diperbaiki. Beberapa kapal Hindia Belanda seperti ‘De Ruyter’ (kapal induk Laksamana Muda Nacht Doorman) dan 'Jawa'. 'Exiter', dan ‘Kortenaer’ serta ‘Witte de With’ 'telah dikalahkan dan beberapa kapal Amerika masih dapat melarikan diri melalui selat Bali ke Australia. Sebagaimana diketahui pada bulan Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyatakan takluk kepada pendudukan militer Jepang. Meski wilayah Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi sudah dikuasai Jepang, tetapi sejumlah pertempuran masih terjadi di perairan Nusa Tengara (Timor), Maluku dan Papua serta Pasifik. Sisa angkatan laut Hindia Belanda dan angkatan laut Australia bahu membahu dalam sisa pertempuran ini.

Angkatan laut Amerika Serikat segera bangkit lagi. Angkatan laut Amerika Serikat semakin diperkuat di Pasifik, hingga pada akhirnya angkatan laut Amerika Serikat mencapai Papua Nugini. Ini bermula ketika Amerika Serikat setelah berbulan-bulan bertempur di Kepulauan Solomon (melawan Jepang), Laksamana Nimitz bergeser ke utara (barat laut Pasifik). Dengan bekerjasama dengan kekuatan gabungan angkatan laut Amerika Serikat (Australia dan Hindia Belanda-NICA dari Australia), pasukan Mac Arthur pada tahun 1943 secara perlahan-lahan dapat mendorong militer Jepang dan pada akhirnya menduduki Eitape, Pada tanggal 23 April 1944 Hollandia (kini Jayapura) oleh pasukan Amerika Serikat dibebaskan dengan bantuan kapal dan pesawat Belanda (lihat De opdracht: tijdschrift gewijd aan het nieuwe Indie, 15-01-1945). Tujuan utama Amerika Serikat dari Papua dan Morotai ingin membebaskan eks koloninya (Filipina) dari Jepang. Akhirnya pasukan Amerika Serikat telah mendarat di pulau Baloet di pintu masuk teluk Davao (lihat Helmondsch dagblad, 06-06-1945). Dari fase inilah kapal-kapal laut Amerika Serikat mulai terlibat pertempuran di wilayah Indonesia (yang sejak awal tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia).Ini bermula dengan serangan Amerika Serikat di Kalimantan untuk merebut Balikpapan (lihat Leeuwarder koerier, 03-07-1945).

Sebelumnya untuk mengantisipasi kehadiran Amerika Serikat, militer Jepang di Papua dan di Maluku diperkuat dengan menggeser sebagian kekuatan di Jawa dan Sumatra. Belanda (NICA) sudah mulai menyusup di Hollandia tetapi tidak meluas. Akan tetapi situasi cepat berubah, Amerika Serikat yang semakin menguat di Pasifik (termasuk di Aitape dan Morotai), yang mana Amerika Serikat telah duduk di tengah (Filipina dan kemudan Kalimantan) yang pada akhirnya menjatuhkan bom atom di dua kota penting di Jepang, Hirosima 6 Agustus dan Nagasaki 9 Agustus.

Setelah kota Hirosima dan Nagasaki hancur, moral angkatan laut Amerika Serikat meningkat. Angkatan laut Amerika Serikat segera pula memasuki wilayah peraiaran Indonesia. Akan tetapi kekuatan militer Jepang di Indonesia masih terbilang kuat. Dengan dendam atas kejadian Hirosima dan Nagasaki angkatan laut Jepang masih mampu menghalau kapal-kapal Amerika Serikat yang memasuki perairan Indonesia. Namun naas, salah satu kapal selam Amerika Serikat, Bullhead di Laut Bali jatuh pada tanggal 13 Agustus 1945.

Jepang menyerah tanggal 14 Agustus 1945 dan atas desakan para pemuda revolusioner, Ir. Soekarno dan Mohamad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Namun persoalan baru timbul, ketika Sekutu-Inggris melakukan pelucutan senjata dan evaluasi militer Jepang, Inggris memberi jalan kepada Belanda (NICA) memasuki Indonesia. Lalu terjadilan perang kemerdekaan, tidak lama setelah Republik Indonesia dibentuk.

Dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu, berita-berita di surat kabar di Eropa (terutama Belanda) dan Amerika Serikat, mulai muncul berita-berita duka dan berita-berita pencarian sanak keluarga yang telah menjadi korban perang. Surat kabar di Belanda menerima berita dari korespondennya di Holland Michigan satu keluarga yang terbit di Amerika Serikat, De Volksvriend, 13-09-1945 memberitakan John Overbeek tengah mencari kabar putranya Zeeman 1ste Class Paul Overbeek yang termasuk di antara yang hilang dengan tenggelamnya kapal selam Bullhead pada 13 Agustus. Dalam berita ini juga disebutkan bahwa Elmer Wlersma adalah 22 tahun juga turut di dalam kapal selam Bullhead. Dia adalah putra dari Tuan dan Nyonya John Wiersma dari Lynden, Washington. Mereka berdua ini tampaknya orang asal Belanda warga negara Amerika Serikat.

Jatuhnya kapal selam Amerika Serikat pada tanggal 13 Agustus 1945 di Laut Bali seperti disebut di atas, berrmula dengan jatuh dua kota Jepang, lalu muncul euforia diantara sesama sekutu (termasuk Belanda). Di Belanda telah menganggap perang Sekutu melawan Jepang telah usai tetapi orang Belanda mempertanyaan bagaimana posisi kerajaan Belanda dalam hal ini (lihat Trouw, 13-08-1945).

Namun yang tetap menjadi pertanyaan adalah apa yang menyebabkan kapal selam Amerika Serikat jatuh di Laut Bali? Tidak ada berita konfirmasi yang dapat ditemukan pada surat kabar selama bulan Agustus 1945. Ini dapat dipahami karena luasnya kejadian perang (dari Eropa hingga Asia melawan Jepang) dan banyaknya kejadian dan kehancuran armada laut baik milik Jepang maupun milik Sekutu. Hal itulah, boleh jadi, mengapa kehilangan kapal selam Amerika Serikat Bullhead tenggelam diantara berita-berita menyerahnya Jepang dan kedatangan Jenderal Mac Arthur ke Jepang (Okinawa). Seperti disebut di atas, baru sebulan kemudian (lihat De Volksvriend, 13-09-1945) ada berita seorang ayah yang kehilangan anaknya yang ikut bersama kapal selam Bullhead yang tenggela pada tanggal 13 Agustus 1945.

Satu-satunya berita yang mengkonfirmasi tenggelamnya kapal selam Amerika Serikat Bullhead adalah surat kabar Trouw, 25-08-1945. Meski demiakan beritanya tidak terlalu jelas, sebagai berikut: ‘dari Freemantle (di pantai Barat Daya Australia) kapal selam Amerika Serikat dan Inggris dilakukan dengan sepuluh hingga lima belas perwira dinas rahasia atau dengan komando di dalamnya, terasuk militer dan dinas rahasia Belanda, yang kemudian mendarat di titik-titik tertentu dari pulau-pulau di Hindia Timur. Sementara agen rahasia atau pasukan komando di darat melakukan tugas mereka, kapal selam berada dalam bahaya dan diserang oleh pasukan angkatan laut atau udara musuh (Jepang). Ratusan pria telah mendarat di Hindia Timur dan dijemput. Hal ini memungkinkan untuk memperoleh aliran intelijen reguler dari wilayah pendudukan di kamp Sekutu. Banyak pria pemberani tewas dalam pekerjaan yang sangat berbahaya ini. Terkadang pertempuran sengit terjadi ketika seseorang ditemukan atau ketika seseorang mengejar tugas tertentu. dengan aksi bersenjata dalam program tersebut. Sekali atau dua kali kapal selam harus melarikan diri tanpa melihat kesempatan untuk menunggu penumpangnya. Beberapa dari mereka yang tetap tinggal dijemput setelah itu, tetapi beberapa tidak kembali. Sementara itu, beberapa minggu yang lalu pertempuran sengit antara pasukan komando dan Jepang terjadi di Jawa. Pertempuran dimenangkan oleh pasukan komando dan semua dievakuasi oleh K-15 yang diperintahkan oleh Letnan Laut Kelas Satu Van Boetzelaar’.

Tunggu deskripsi lengkanya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar