Kamis, 08 April 2021

Sejarah Australia (27): Australia Melihat Timor Portugis, Timor Timur hingga Timor Leste; Timor Hindia Belanda, Kini NTT - RI

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Australia dalam blog ini Klik Disini

Pulau Timor, sejatinya sejak zaman kuno sudah terbagi, sebagian di bawah pengaruh Portugis dan sebagian berada di bawah pengaruh Belanda. Itu bermula pada tahun 1613 pelaut-pelaut Belanda datang dan mengusir orang-orang Portugis di Koepang (pulau Timor).Sejak itu orang-orang Porugis bergeser ke bagian timur pulau (Timor Leste yang sekarang). Uniknya batas dua wilayah antar Portugis dan Belanda di pulau tidak pernah berubah dan orang-orang Belanda berkoloni di Koepang dan orang Portugis berkoloni di Dili hingga tiba waktu terjadi Perang Pasifik (invasi Jepang 1943).

Pulau Timor sejak era Belanda (VOC) menjadi salah satu strarting point menuju benua baru (Australia). Posisi Koepang yang berada di pantai selatan menjadi pangkal perkara para pelaut-pelaut Belanda mulai mengeksplorasi Laut Selatan dan menemukan pantai barat Australia. Sementara pedagang-pedagang pribumi yang berbasis di pulau Rote sudah lebih dahulu intens dalam perdagangan dengan penduduk asli Australia (Aborigin) di pantai barat Australia. Sedangkan pelaut-pelaut Portugis secara teknis tidak mengunjungi benua baru, karena koloni Portugis yang tersisa hanya terbatas di Timor dan kebetulan Dili menghadap ke timur. Singkat kata, pedagang-pedagang Belanda dan pribumi (Indonesia) yang kerap mengunjungi pantai-pantai Australia hingga kehadiran pelaut Inggris James Cook pada tahun 1773. Situasi cepat berubah setelah kedatangan pelaut Inggris pertama tersebut, para migran asal Inggris terutama dari wilayah Skotlandia yang sekarang dari waktu ke waktu membanjiri kota-kota pantai di Australia (Sydney, 1778; Perth, 1824; Brisbane, 1824; Melbourne, 1826; Pertah 1829 dan Adelaide, 1835). Lambat laun komunitas Belanda (dan pribumi asal Indonesia, termasuk dari pulau Rote) menjadi minoritas di Australia lalu Australia berubah menjadi warna Inggris (hingga ini hari). Dalam dekade-dekade terakhir hubungan Australia dan Indonesia pasang surut, termasuk soal Timor.

Lantas bagaimana sejarah Australia melihat Timor? Seperti disebut di atas, Australia lambat laun menjadi koloni Inggrsi dimana-mana, mereka mulai bertani dan beternak. Hasil pertanian tidak cukup karena lahan yang kurang subur, tetapi produk ternak seperti daging, susu, kulit sapi dan bulu domba surplus. Terjadilah pertukaran (perdagangan) antara Australia menerima kentang dan beras dan Hindia Belanda (Indonesia) produk daging dan daging. Lalu bagaimana Australia melihat Timor? Itu baru dimulai pada jelang Perang Pasifik. Mengapa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Australia dan Timor: Era Portugis hingga Timor Leste

Sebelum orang Inggris melihat Timor, jauh sebelumnya orang Belanda (termasuk di Timor) melihat Australia. Orang Belanda dalam hal ini melihat Australia sebagai penyesalan. Mengapa? Orang Belanda merasa kehilangan Australia setelah orang-orang Inggris berduyun-duyun datang bermigrasi ke Australia. Satu wujud penyesalan ini dapat dibaca pada sebuah puisi yang diterbitkan pada surat kabar berbahasa Belanda pada tanggal 25-07-1818. Puisi yang berisi penyesalan itu berjudul Australia adalah sebagai berikut:

Ah, orang Belanda, saya memuji kebesaran Anda yang lama. Semangat Anda dalam mengarungi lautan hingga Anda menemukan tempat-tempat ini. Ketika tidak ada bendera tricolor (Belanda) disana, Inggris yang menutupinya dengan warna mereka. Di sekitar pantai Anda yang tandus, damai yang tenang tinggal, di ‘tgast, vry Otateit" belum ada orang Inggris yang dikenal, Jauh sebelum Coock yang menghuni pulau-pulau Anda. Apakah laut Anda banyak dikunjungi orang Belanda? Tesman dan la Maire menyadari perjalanan yang berani itu.

Orang Belanda yang menyuarakan kata hatinya itu, seakan ingin mengatakan bahwa pelaut-pelaut Belanda yang bersusah payah menemukan Australia sejak Tasman dan Le Maire, namun setelah pelaut Inggris James Cook menemukan Australia yang sudah sejak lama dikenal dan didiami orang Belanda, yang terjadi adalah bendera Inggrislah kini yang berkibar di benua baru tersebut. Penyesalan orang Belanda ini, sebaliknya awal pertumbuhan dan perkembangan Australia di tangan orang-orang migran Inggris.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Timor Timur (Timor Leste): Indonesia vs Australia

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar