*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini
Pulau Menui awalnya pulau kosong, hanya disinggahi oleh para nelayan tempo doeloe. Namun kini, pulau Menui dan pulau-pulau kecil lainnya sudah menjadi satu wilayah kecamatan (Menui Kepulauan). Lantas apa keutamaan pulau Menui pada waktu tempo doeloe? Nah, itu dia. Pulau-pulau terpencil pada masa ini, sesungguhnya di masa lampau sangat begitu penting dalam navigasi pelayaran. Pulau Menui salah satu pulau di laut Banda yang cukup dekat dengan wilayah teluk Kendari tetapi masuk wilayah Morowali. Mengapa bisa begitu? Itulah sebab pulau kecil itu harus dibagi dua provinsi (seperti halnya pulau Sebatik dibagi oleh dua negara).
Lantas bagaimana sejarah pulau Menui? Seperti disebut di atas pulau Menui berada di lepas pantai di Laut Banda di sebelah timur teluk Kendari (provinsi Sulawesi Tengah) tetapi masuk wilayah (kabupaten) Morowali (provinsi Sulawesi Tengah). Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Nama Menui, Doeloe Manoei: Persinggahan Nelayan
Tempo doeloe, pulau Manoei (kini Menui) tidak terlalu penting kecuali hanya sebagai persinggahan sementara para nelayan. Namun kini, pulau Menui justru sangat penting. Apa pasal? Pulau kecil di tengah lautan (Laut Banda) itu harus berbagai dua provinsi (Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara). Apa pentingnya pulau Menui?
Dalam buku Zeemansgids voor den Oost-Indischen Archipel, 1916-1922 disebutkan hanya pulau Manoei yang berpenghuni di pulau-pulau lepas pantai semenanjung tenggara Sulawesi. Sedangkan pulau-pulau lainnya hanya kadang-kadang dikunjungi para nelayan untuk mencari tripang.
Pulau Manoei memasok beras, rotan dan berbagai jenis buah-buahan: ada juga banyak kerbau dan kambing. Kampoeng terletak di pantai utara, timur dan tenggara. Pulau ini dikelilingi oleh karang pantai yang sangat curam. Kampung Oelunamboe, yang terletak di pantai utara, merupakan bukaan selebar 200 m di pesisir terumbu karang. Berlabuh di dalam bukaan bantalan: Pulau-pulau yang lebih kecil di utara pulau Manoei adalah Padea Besar dan Padea Ketjil. Beberapa dari pulau-pulau lainnya hanyalah gundukan pasir yang tertutup semak belukar seperti Pangadjarang dan Kokoila. Pulau Padea Besar dan pulau Padea Ketjil adalah pulau yang rendah, sebagian bervegetasi. Semuanya dikelilingi oleh terumbu karang. Tidak ada pelabuhan di salah satu pulau tersebut.
Nama pulau Manoei sebelumnya adalah pulau Warroway dan kemudian disebut Waxway berdasarkan Peta 1841 (lihat Geologische en geographische doorkruisingen van Midden-Celebes, (1909-1910). Menurut kepala Bugis di kampong teluk Kendari, penduduk pulau Manoei sangat ditakuti oleh penduduk di teluk Kendari (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1902). Hal ini juga dapat dibandingkan dengan laporan NJ Vosmaer pada tahun 1831 yang mana yang berkuasa di wilayah teluk Kendari ini adalah orang Tobelo (dari Halmahera). Boleh jadi riwayat ini yang menyebabkan penduduk yang bermukim di sekitar teluk Kendari selalu berada di bawah bayang-bayang orang Ternate (Tobelo dan kemudian Manoei). Wilayah pulau Manoei (dan pulau Wowony) berada dalam wilayah yurisdiksi Kerajaan Ternate mengacu pada Stbl 1866 No.139 sebagai bagian dari lanskap Ternate (lihat Regerings-almanak voor Nederlandsch-Indië, 1908), Ada indikasi dari pemerintah pusat (di Batavia) sedang dinegosiasikan untuk memberi hak pelepasan wilayah yang kemudian dimasukkan ke wilayah Gouv. Celebes en Onderh.
Dalam perkembangannya terjadi perubahan batas-batas wilayah (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1914). Disebutkan lanskap Laiwoeu yang dikenal sebagai onderafdeeeling Kendari bagian dari afdeeeling Afdeeling Oost Celebes yang mana pulau Wowoni masuk onderafdeeling Kendari. Sementara pulau Tobea dimasukkan ke onderafd. Moena. Sedangkan (pulau) Manoei dimasukkan ke onderafd. Boengkoe en Mori (Afdeeling Midden Celebes). Ini mengindikasikan bahwa Kesultanan Ternate telah melepaskan hak yurisdiksinya (Residentie Ternate) ke province Celebes en Onderh.
Lantas sejak kapan pulau Manoei dihuni oleh penduduk? Yang jelas pulau Manoei yang berada di lepas pantai Celebes di laut Banda adalah wilayah navigasi pelayaran orang-orang Ternate (Maluku) dalam hubungannya dengan perdagangan ke wilayah pulau Sulawesi. Oleh karena pulau Manoei juga terbilang subur, diduga pulau telah dihuni seiring dengan keberadaan navigasi pelayaran perdagangan (kerajaan) Ternate di wilayah Sulawesi (namun tidak diketahui secara pasti sejak kapan di masa lampau).
Sebagaimana diketahui pengaruh Kerajaan Ternate di pulau Sulawesi sudah eksis sejak zaman kuno. Pada tahun 1824 melepaskan hak yurisdiksinya di semenanjung utara Sulawesi sehubungan dengan pembentukan Reisdentie Manado. Sementara itu wilayah yurisdiksi Kerajaan Ternate tempo doeloe hingga mencapai Kaili (Donggala). Pasca Perang Gowa (1668), pemerintah VOC (di Batavia) melakukan negosiasi dengan Sultan Ternate untuk melepaskan hak yurisdiksinya di Kaili untuk dimasukkan ke cabang pemerintahan VOC di Makassar.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perkembangan di Kepulauan Manui: Dekat Kendari Masuk Morowali
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar