Kamis, 30 September 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (143): Istiqlal, Masjid Didesain F Silaban;Digagas Presiden Soekarno, Diresmikan Presiden Soeharto

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Masjid Istiqlal, bukanlah masjid biasa, Masjid yang memiliki sejarah tersendiru dalam perjalanan bangsa Indonesia. Nama Istiqlal merujuk pada pengertian merdeka (tidak jauh dari Istana Merdeka). Area masjid ini tempo doeloe berawal dari area benteng (Fort Noordwijk) pada era VOC yang kemudian pada era Hindia Belanda dijadikan taman yang mana benteng lama direnovasi. Benteng itu disebut benteng Frederik Hendrik dan tamannya disebut Wilhelmina Park. Dua bangunan yang sudah eksis sejak lama di sekitar adalah Istana dan gereja Katedral. Diantara dua bangunan inilah masjid Istoqlal dibangun pada era Presiden Soekarno. Yang membuat desainnya adalah F Silaban, seorang Kristen. Itulah Indonesia. Indonesia di era kemerdekaan,

 

Panitia pembangunan masjid Istiqlal ini adalah wali kota Djakarta saat itu Sjamsoerizal. Yang memilih lokasi dimana masjid dibangun adalah Presiden Soekarno. Masjid besar, yang tergolong rerbesar di Asia Tenggara adalah buatan anak bangsa mulai dari desain hingga pengerjaan. Oleh karena pembiayaan yang besar, pelaksnaannya tidak sekaligus tetapi secara bertahap dan cukup lama yang diresmikan pada era Presiden Soeharto. Nama masjid Istiqlal di Indonesia hanya satu itu. Tidak ada di tempat lain. Saya teringat nama masjid Istiqlal juga ada di lua negeri di Houston, Amerika Serikat. Masjid Istiqlal Houston ini digagas oleh teman saya sendiri sewaktu SMA yang juga sekaligus sebagai ketua pembangunan masjidnya. Namanya Zulham Efendi Harahap.

Lantas bagaimana sejarah masdjid Istiqlal di Jakarta? Seperti disebut di atas, nama Istiqlal sendiri diartikan merdeka. Itu berarti masjid Merdeka yang digagas pada era Presiden Soekarno dan diresmikan pada era Presiden Soeharto. Desain masjid Istiqlal terbilang unik, mengikuti alam Indonesia yang dirancang oleh seorang Kristen bernama F Silaban. Itulah Indonesia, Indonesia di alam merdeka yang bhinneka tunggal ika. Lalu bagaimana sejarah masdjid Istiqlal di Jakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Istiqlal, Masjid Merdeka Dirancang F Silaban

Sejarah masjid Istiqlal sudah pernah saya tulis pada tahun 2016 di blog lainnya dalam tujuh artikel. Artikel ini merujuk pada tulisan tersebut tetapi lebih menkankan pada upaya memperkaya seiring dengan data baru. Satu yang penting, masjid mulai digagas sejak 1953 era Presiden Soekarno baru bisa diresmikan pada tahun 1978 (lihat Nederlands dagblad: gereformeerd gezinsblad, 24-02-1978). Disebutkan Presiden Soeharto pada hari Rabu tanggal 22 Februari 1978 meresmikan pembukaan masjid raksasa Jakarta, sebagai masjid yang diyakini sebagai salah satu yang terbesar di dunia, Pembangunan masjid menghabiskan biaya sekitar 130 Juta gulden. Bangunan yang dapat menampung lebih dari seratus ribu orang ini disebut Istiqlal (merdeka) dan didanai oleh sumbangan dari negara-negara Arab dan perorangan.

Gagasan pembangunan masjid besar di Djakarta dimulai tahun 1953 mulai direalisasikan dengan terbentuknya panitia yang disebut Panitya Kerdja Persiapan Pembikinan Masdjid Agung yang diketuai oleh Sjamsuridzal (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 29-04-1953). Kemudian kepanitiaan ini dtingkatkan menjadi komite yang diketuai oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara (De nieuwsgier, 30-11-1953). Dalam pembentukan komite ini juga dihadiri oleh Wakil Perdana Menteri II, Zainul Arifin Pohan dan Menteri Dalam Negeri, Prof. Hazairin Harahap. Lokasi pembangunan masjid tersebut direncanakan di Wilhelmina. Komite yang terbentuk ini kemudian mendirikan yayasan yang disebut Jajasan Pendirian Mesdjid. Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 27-11-1954 memberitakan Presiden Soekarno, Walikota Sudiro, dan anggota dewan dan pihak berwenang lainnya, mengunjungi Taman Widjajakusuma (sebelumnya bernama Wilhelminapark) di Jakarta dalam rangka untuk meninjau taman sehubungan dengan niat untuk membangun sebuah masjid besar untuk Indonesia. Setelah observasi menyatakan Presiden Sukarno. bahwa taman adalah tempat terbaik dimana lapangan masjid besar ini dibangun’. Selanjutnya pengurus yayasan akan mendatangani Presiden Soekarno di Istana Merdeka (Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 01-12-1954). Tujuan kunjungan ini untuk konsultasi yang difokuskan pada kompetisi desain masjid. Disebutkan nama masjid besar Jakarta adalah Masjid Istiqlal yang berarti masjid merdeka. Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 04-12-1954 melaporkan presiden minta arsiteknya yang paham budaya Indonesia. Lalu kemudian desainnya disayembarakan. Pemenang sayembara pembuatan desain masjid Istiqlal, bukan orang Jawa, Sunda atau Madura dan juga bukan orang Minang, Aceh atau Melayu, tetapi justru orang Batak. Uniknya, pemenang desain masjid itu yang bernama F. Silaban adalah beragama Kristen (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 06-07-1955). Disebutkan upacara penghargaan akan berlangsung oleh Presiden Soekarno setelah kembali dari Mekkah tanggal 5 Agustus (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 15-06-1955). Rombongan berhaji Soekarno ini dipimpin oleh Zainul Arifin Pohan (pendiri Partai NU yang menjadi Wakil Perdana Menteri Kabinet Ali Sastoamidjojo). Yang akan membangun konstruksi Masjid Istiqlal adalah Kantor Asosiasi Insiyur di Jakarta. Pada saat itu, konsultan terkenal di Jakarta adalah Kantor Insinyur Penabatu yang beralamat di Menteng. Direktur Kantor Insinyur ini adalah Ir. Tarip Abdullah Harahap, alumni Technische Hoogeschool (kini ITB) alumni tahun 1939. Tidak lama sepulang haji, Zainul Arifin Pohan lengser. Hal ini karena Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo telah digantikan oleh Mr. Boerhanoeddin Harahap (sejak 12 Agustus 1955). Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 01-12-1955 memberitakan bahwa dalam perjalanan haji ke Mekkah, Presiden Soekarno mengatakan sesuatu tentang penemuannya selama ziarah ke Mekah. Presiden Soekarno mengatakan ia menangis seperti anak kecil, ketika ia berada di makam Nabi dan sejak saat itu pikiran presiden lagi menjadi hidup untuk bekerja sama pada pembangunan masjid. Memiliki daya tiga dimensi, menurut kepala negara merupakan syarat mutlak agar mampu membangun konstruksi berkelanjutan yang besar, seperti masjid-masjid di Kairo, sudah berusia ribuan tahun. Jadi, ini harus dengan membangun masjid Istiqlal di Jakarta, yang akan dibangun dari ‘batu hidup’, beton dan marmer dan fitur akan menjadi pintu dari spesies logam yang dapat menantang waktu’, lanjut Presiden Sukarno’

Pembangunan masjid Istiqlal membutuhkan dana dan daya serta waktu yang lama. Namun dalam perkembangannya pembangunan yang sudah berjalan terkendala karena banyaknya peristiwa yang terjadi. Pada bulan Desember 1956 terjadi kegadukan di Sumatra Tengah dimana terjadi kudeta. Kegaduhan ini berkembang menjadi pemberontakan dengan diproklamirkan PRRI tahun 1958. Pemberontakan PRRI/Permesta baru sepenuhnya dapat diatasi pada tahun 1961. Pembangunan masjid Istiqlal dilanjutkan pada tahun 1961 ini. Namun pembangunan terhenti pada tahun 1964 karena alasan yang serius. Pada saat vakum pembangunan masjid situasi dan kondisi gaduh kembali terjadi apa yang dikenal sebagai peristiwa G 30 S/PKI tahun 1965,

Setelah situasi kondusif, upaya pembangunan masjid dimulai lagi (lihat  Amigoe di Curacao: weekblad voor de Curacaosche eilanden, 19-07-1966). Disebutkan pembangunan masjid Istiqlal ini akan selesai tahun 1972.  Pergantian kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto dimulai pada tangga 12 Maret 1967. Namun hingga tahun 1972 pembangunan masjid Istiqlal belum selesai,

Tunggu deskripsi lengkapnya

Masjid Istiqlal: Digagas Presiden Soekarno Diresmikan Presiden Soeharto

Masjid Istiqlal diresmikan pada tahun 1978 oleh Presiden Soeharto (lihat Nederlands dagblad: gereformeerd gezinsblad, 24-02-1978). Suatu bangunan yang dapat menampung lebih dari seratus ribu orang ini disebut Istiqlal (merdeka) dan didanai oleh sumbangan dari negara-negara Arab dan perorangan. Namun dua bulan kemudian masjid Istiqlal mengalami ledakan (lihat NRC Handelsblad, 15-04-1978). Ledakan itu diduga akibat bom (lihat De Volkskrant, 15-04-1978).

 

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar