Jumat, 15 Oktober 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (172): Sejarah Prasejarah di Indonesia Zaman Purba; PV van Stein Callenfels dan HR van Heekeren

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Lapangan studi zaman puba, prasejarah (praehistorische) tidak hanya di negara lain, tetapi juga dilakukan di Indonesia. Penyelidikan prasejarah ini sudah dimulai pada era Hindia Belanda, tetapi baru mendapat perhatian serius pada era Republik Indonesia. Salah satu peneliti yang terampil untuk urusan prasejarah ini adalah HR van Heekeren. Salah satu muridnya yang terkenal adalah Prof. Raden Pandji Soejono. Pekerjaan penyelidikan sejarah prasejarah ini sudah dimulai sejak Pieter Vincent van Stein Callenfels.

Penyelidikan sejarah di Indonesia pada dasarnya sudah dimulai pada era VOC. Orang yang dapat dikatakan sejarawan era VOC adalah Francois Valentijn dan seniornya Georg Eberhard Rumphius. Kebetulan keduanya memulai pekerjaannya di Ambon. Yang serius memperhatikan sejarah adalah Valentijn, sementara Rumphius hanya sekadarnya saja karena pekerjaannya lebih fokus pada penyelidikan botani. Keutamaan Francois Valentijn adalah masih menemukan sumber-sumber Portugis di berbagai tempat (di koloni Portugis dan perpustakaan Eropa). Tentu saja Valentijn adalah orang pertama yang menggunakan sumber catatan Kasteel Batavia (Daghregister). Rumphius menghasilkan buku botani dalam tujuh volume (yang konon juga dibantu oleh Saint Martin (di Kemajoran) dan Cornelis Chastelein (di Depok). Hasil keraja Valentijn dalam dua volume tentang (sejarah) geografi Oud en Nieuw Oost Indiisc Hindia Timur (baca: Indonesia) yang diterbitkan pada tahun 1726 di Belanda.

Lantas bagaimana sejarah prasejarah di Indonesia? Seperti disebut di atas, meski sudah dilakukan lebih awal pada era Hindia Belanda, tetapi untuk urusan sejarah prasejarah ini tidak bisa dipisahkan dengan nama HR van Heekeren (nama Belanda yang bahkan masih bekerja pada era Republik Indonesia). Ingat HR van Heekeren, kita juga ingat dua nama muridnya RP Soejono dan Basoeki. Lantas mengapa studi prasejarah kembali menarik perhatian? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sejarah Prasejarah; Pieter Vincent van Stein Callenfels dan HR van Heekeren

Tunggu deskripsi lengkapnya

Sejarah Prasejarah Masa Kini: Penelitian Keren Zaman Purba

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar