*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Pahlawan Indonesia yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional berasal dari (provinsi) Sumatera Selatan adalah AK Gani yang meninggal tahun 1968 dan dimakamkan di TMP Ksatria Bukit Siguntang Palembang. Berdasarkan keputusan pemerintah tanggal 6 November 2007, AK Gami ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional. Ini menjadi pahlawan nasional kedua dari Sumatra Selatan setelah yang pertama Sultan Mahmud Badaruddin II yang telah ditabalkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 29 Oktober 1984.
Lantas bagaimana sejarah Pahlawan Nasional AK Gani? Seperti disebut di atas, AK Gani adalah pahlawan nasional kedua dari (provinsi) Sumatra Selatan yang ikut berjuang sejak era pergerakan kemerdekaan hingga perang kemerdekaan Indonesia. Lalu bagaimana sejarah AK Gani? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pahlawan Nasional Dr Adnan Kapau Gani: Masa Muda
Adnan Kapau Gani adalah seorang BTL (Bukittinggi tembak langsung). Tidak seperti Mohamad Hatta, sekolah MULO di Padang, akan tetapi Adnan Kapau Gani setelah lulus sekolah HIS dari Bukittinggi langsung sekolah ke Batavia. Adnan Kapau Gani masuk sekolah kedokteran pribumi (STOVIA). Adnan Kapau Gani pada tahun 1925 lulus ujian transisi tingkat persiapan di STOVIA dari kelas dua ke kelas tiga (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 15-05-1925). Satu kelas dengannya antara lain Kasman, Assaat, Abdoel Abbas Siregar, Abdoel Moerad dan Djaidin Poerba. Di bawah mereka satu tahun antara lain R Mohamad Roem. Armijn Pane, Sjamsoeddin dan nona Siti Kamsiah. Di atas mereka satu tahun antara lain Rasidin dan Santoso.
Syarat masuk ke STOVIA adalah lulusan sekolah dasar ELS atau HIS. Lama studi 11 tahun yang mana tiga tahun pertama tingkat persiapan dan dan delapan tahun berikut tingkat medik. Jika pada tahun 1925 Adnan Kapau Gani naik ke kelas tiga, besar dugaan Adnan Kapau Gani diterima di STOVIA pada tahun 1923. Seperti disebut di atas Adnan Kapau Gani lahir di Palembayan (Oud Agam) 16 September 1905 ini mengindikasikan usianya diterima di STOVIA pada umur 18 tahun. Ini sebenarnya terlalu tua. Mungkin pencatatan tahun kelahirannya salah catat?
Pada tahun 1926 Adnan Gani sempat mengalami her, tetapi teman-temannya yang lain lulus ujian naik dari kelas tiga tingkat persiapan ke tingkat satu medik (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 14-05-1926). Beberapa siswa STOVIA tidak melanjutkan ke ke kelas yang lebih tinggi di STOVIA, tetapi melakukan transfer ke sekolah umum AMS Afdeeling B (jurusan IPA). Demikian juga pada tahun berikutnya adik kelas mereka di STOVIA mengikuti langkah mereka masuk ke sekolah umum seperti Mohamad Roem (AMS Weltevreden) dan Armijn Pane (AMS Solo).
Pada tahun 1928 Adnan Gani lulus ujian transisi di AMS Afdeeling B di Weltevreden dari kelas lima ke kelas enam (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 07-05-1928). Yang sama-sama naik ke kelas enam adalah Assaat, Abdoel Abbas Siregar, Djaidin Poerba. Sementara yang lulus ujian di bawah mereka dari kelas empat ke kelas lima antara lain Mohamad Roem, Achmad Sofian, Parlindoengan Loebis, Loedin Sipahoetar, Casmir Harahap. Catatan: Lulus ujian kelas tiga tingkat persiapan STOVIA setara lulusan MULO. Lama studi di sekolah AMS (Weltevreden) adalah enam tahun. Lulusan MULO atau setara diterima di AMS ditempatkan di kelas empat. Sementara itu STOVIA sekolah kedokteran bagi pribumi masih eksis, sebelumnya didirikan sekolah kedokteran di Soerabaja (NIAS), sekolah yang menerima lulusan MULO tidak hanya pribumi tetapi juga Belanda dan timur asing seperti Cina. Pada tahun 1927 belum lama didirikan fakultas kedokteran di Batavia (GHS) yang mana diterima lulusan HBS atau AMS untuk semua golongan. Perbedaan gelar dari sekolah kedokteran tersebut adalah STOVIA dengan gelar Inlandsch Arts, NIAS dengan gelar Indisch Arts dan Geneeskundige Hoogeschool dengan gelar Arts (setara Eropa). Parlindoengan Loebis, Loedin Sipahoetar dan Casmir Harahap lulusan MULO Medan (lihat Deli courant, 17-05-1927). Parlindoengan Loebis dan Casmir Harahap lulusan HIS Padang Sidempoean.
Pada tahun 1929 Adnan Gani lulus ujian akhir di AMS Weltevreden. Demikian juga dengan teman-temannya Abdoel Abbas Siregar dan Assaat. Sementara adik-adik kelas mereka juga lulus ujian naik ke kelas enam antara lain Casmir Harahap, Mohamad Roem, Parlindoengan Loebis, Loedin Sipahoetar dan Achmad Sofian sertas Kasman (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 06-05-1929). Yang lulus di bawah mereka naik ke kelas lima antara lain Abdoel Halim, Santoso, Pantas Loemban Tobing.
Adnan Gani masuk ke fakultas kedokteran GHS Batavia sementara Abdoel Abbas Siregar dan Assaat masuk fakultas hukum Rechthoogeschool di Batavia. Mereka tidak langsung tetapi melakukan persiapan selama satu tahun (karena harus belajar materi karena mereka berasal dari IPA). Sementara itu adik-adik mereka di AMS Afd. B (IPA) juga semua lulus ujian akhir pada tahun 1930. Parlindoengan Loebis melanjutkan studi kedokteran ke Belanda, Casmir Harahap dan Achmad Sofian melanjutkan studi ke fakultas kedokteran GHS Batavia; Mohamad Roem dan Kasman melanjutkan studi ke fakultas hukum RHS Batavia. Abdoel Abbas Siregar lulus ujian kandidat pertama tahun 1932, Assaat lulus ujian kandidat pertama tahun 1933.
Adnan Gani masuk ke sekolah kedokteran GHS Batavia pada tahun 1930. Pada tahun 1931 lulus ujian kandidat pertama (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 28-04-1931). Ini mengindikasikan bahwa Adnan Gani kembali ke jalur semula, bidang kedokteran. Jika sebelumnya melalui jalur STOVIA (dengan gelar Inlandsch Arts) maka kini dengan jalur baru GHS Batavia dengan gelar Arts yang akan setara dengan adik kelasnya Parlindoengan Loebis yang melanjutkan studi kedokteran ke Belanda.
Nama-nama yang disebut di atas adalah siswa-siswa dan mahasiswa yang aktif dalam kegiatan organisasi. Seperti kita lihat nanti Parlindoengaan Loebis menjadi ketua Perhimpoenan Indonesia di Belanda. Adnan Gani pada tahun 1930 sudah aktif di organisasi pemuda Sumatra (Jong Sumatranen Bond). Pada bulan Mei 1930 diadakan pertemuan para pemuda di kota Padang yang dihadiri para pengurus dari Batavia. Ketua cabang Jong Sumatranen Bond adalah M Abdoellah. Pembicara dalam pertemuan ini antara lain Mohamad Jamin dan Adnan Gani yang kebetulan keduanya BTL dari Bukittinggi (lihat Sumatra-bode, 19-05-1930). Dalam pembukaan pertemuan ini dinyanyikan lagu Indonesia Raja. Tujuan pertemuan ini adalah dalam rangka konsolidasi para pemuda Indonesia yang mana dalam pertemuan ini disebutkan pembubaran Jong Sumatranen Bond dan kemudian dibentuk Indonesia Moeda cabang Padang. Sebab sebelumnya di Batavia semua organisasi pemuda berdasarkan kedaerahan telah dilebur menjadi organisasi pemuda Indonesia yang diberi nama Indonesia Moeda. Ini adalah wujud lebih lanjut dari Kongres Pemuda 1928 yang memutuskan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa: Indonesia, dimana lagu Indonesia Raya karya WR Soepratman diperdengarkan. Panitia inti Kongresd Pemuda 1928 adalah Soegondo (ketua), Mohamad Jamin (sekretaris) dan Amir Sjarifoeddin Harahap (bendahara) yang ketiganya sama-sama mahasiswa RHS Batavia.
Pada saat libur kuliah tahun 1931 ini tampaknya Adnan Gani tidak pulang kampung, mungkin karena sudah pulang kampong pada tahun sebelumnya. Pada bulan Agustus diadakan pertemuan umum Indonesia Moeda di Batavia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 17-08-1931). Pertemuan yang dihadiri sekitar 200 orang di Gedung Nasional di gang Kenari dibuka oleh ketua, Soeprapto yang kemudian dinyanyikan lagu Indonesia Raja. Para pembicara antara lain Joesoepadi, nona Sansibar dan Adnan Gani.
Sejarah persatuan pemuda bermula pada tahun 1925. Parada Harahap, pemimpin surat kabar Bintang Hindia ikut berpartisipasi dalam pembentukan organisasi Hindia di Batavia yang juga mencakup orang-orang Indo, Cina dan pribumi. Pada tahun ini Parada Harahap mengajak dua jurnalis di Bandoeng merapat ke Batavia dimana WR Soepratman menjadi redaktur kantor berita pribumi Alpena yang didirikan oleh Parada Harahap. Sedangkan yang masih belia Mohamad Thabrani direkomendasikan Parada Harahap menjadi redaktur di surat kabar Hindia Baroe. Pada bulan Oktober 1925 Parada Harahap menggagas organisasi jurnalis dimana ketua adalah Mohamad Thabrani (Hindia Baroe) dan sekretaris WR Soepratman (Alpena). Sementara Parada Harahap jurnalis senior duduk sebagai ketua komisaris. Saat itu Parada Harahap juga adalah sekretaris Sumatranen Bond. Lalu kembali membimbing para pemuda di lingkarannya untuk mengadakan kongres pemuda dimana sebagai ketua panitia kongres adalah Mohamad Thabrani yang didukung oleh Bahder Djohan (Jong Sumatranen Bond). Kongres Pemuda pertama yang diselenggarakan April 1926 dadakan di gedung Bintang Timoer tidak jauh dari kantor Bintang Hindia dan Alpena. Mohamad Thabrani bukan mahasiswa tetapi jurnalis. Sedangkan anggota panitian lainnya semuanya mahasiswa (STOVIA dan RHS) termasuk Bahder Djohan dan Diapari Siregar (ketua dan sekretaris Jong Sumatranen Bond). Beberapa bulan kemudian Parada Harahap mendirikan surat kabar baru yang lebih radikal di bawah NV Bintang Hindia yang diberi nama Bintang Timoer (sessuai nama gedung dimana kongres pemuda diadakan). Pada bulan September 1927 Parada Harahap menggagas pembentukan federasi organisasi kebangsaan dengan mengundang semua pimpinan organisasi kebangsaan di rumah Prof Husein Djajadiningrat (dekan RHS). Dalam pertemuan ini berhasil dibentuk federasi dengan nama Permoefakatan Perhimpoenan-Perhimpoenan Kebangsaan Indonesia (PPPKI) dimana ketua ditunjuk MH Thamrin (Kaoem Betawi) dan Parada Harahap sendiri dari Sumatranen Bond sebagai sekretaris. Dalam pertamuan itu turut hadir Pasoendan, Boedi Oetomo cabang Batavia, Jong Islamieten Bonda, Studieclub Soerabaja yang diwakili ketuanya Dr Soetomo dan Perhimpoenan Nasional Indonesia (PNI) Bandoeng yang diwakili oleh ketuanya Ir Soekarno. Program pertama pengurus adalah membangun gedung dan menyiapkan Kongres PPPKI bulan September 1928. Surat kabar Bintang Timoer menjadi organ PPPKI. Menjelang Kongres PPPKI dibentuk panitia yang akan diintegrasikan dengan mengadakan kembali Kongres Pemuda yang akan diadakan bulan Oktober 1928. Panitian Kongres PPPKI ditunjuk Dr Soetomo (studieclub Soerabaja) dan sekretaris Ir M Anwari (PNI Bandoeng). Untuk panitian Koengres Pemuda seperti disebut di atas kerangkanya adalah Soegondo (Jong Java), Mohamad Jamin (Jong Sumatranen Bond) dan Amir Sjarifoeddin Harahap (Jong Bataksche Bond). Tampaknya Soegondo rekomendasi Dr Soetomo sedangkan Mohamad Jamin dan Amir Sjarifoeddin Harahap rekomendasi Parada Harahap. Untuk menyukseskan dua kongres lalu Parada Harahap menerbitkan surat kabar Bintang Timoer edisi Semarang (Midden Java) dan edisi Soerabaja (Oost Java). Gedung yang berhasil dibangun itu disebut Gedung PPPKI atau Gedung Nasional atau Gedung Kebangsaan atau Gedung Permoefakatan). Lahannya dari MH Thamrin dan pembangunannya dari perhimpoenan para pengusaha pribumi (semacam KADIN pada masa ini) di Batavia yang diketuai oleh Parada Harahap. Hasil Kongres PPPKI adalah mengubah nama menjadi Permoefakatan Partai-Partai Kebangsaan Indonesia (tetap disingkat PPPKI) dan kongres berikut diadakan di Solo. Sementara hasil Kongres Pemuda seperti disebut di atas adalah keputusan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa: Indonesia dan lagu Indonesia Raja yang diperdengarkan (karya WR Soepratman). Sebagai kepala kantor gedung PPPKI, Parada Harahap hanya memajang tiga foto di ruang kantor yakni Pangeran Diponegoro, Ir Soekarno dan Mohamad Hatta.
Pada tahun 1932 diadakan lagi pertemuan umum Indonesia Moeda di Batavia (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 15-08-1932). Disebutkan pertemuan Indonesia Moeda diadakan Sabtu malam yang lalu, yang diadakan di Gedong Permoefakatan di Gang Kenari, yang dihadiri oleh sekitar 800 orang termasuk para senior. Disebutkan dalam sambutan pembukaannya, Ketua Kadiroen memaparkan prinsip dan program kerja Indonesia Moeda. Ia mengenang, dua tahun lalu, ketika setiap suku, Soenda, Jawa, Sumatera, dll, masing-masing memiliki organisasi pemudanya sendiri, sekarang semuanya telah bersatu dengan nama Indonesa Moeda.
Lebih lanjut ketua kembali menunjukkan bahwa Indonesia Moeda harus selalu mengingat: 1. cinta tanah dan manusia; 2 satu bangsa dan satu bahasa. 3 satu Indonesia Raja. Akhirnya, ketua mengajak untuk mendesak anak-anak mereka untuk bergabung dengan Indonesia Moeda, Beberapa pembicara ambil bagian antara lain Siti Artinah tentang gerakan pemuda perempuan dan Adnan Gani tentang gerakan pemuda.
Tampaknya nama Adnan Gani sudah menonjol di antara para golongan pemuda. Adnan Gani seakan meneruskan kiprah para seniornya seperti Bahder Djohan, Mohamad Jamin dan Djamaloeddin (adik Mohamad Jamin) serta Sanoesi Pane, Diapari Siregar dan Amir Sjarifoeddin Harahap. Kini anak-anak Sumatra di Indonesia Moeda diperankan antara lain oleh Adnan Gani dan Armijn Pane (adik Sanoesi Pane). Mohamad Jamin dan Amir Sjarifoeddin sudah senior (dan terlibat aktif di partai politik, PNI dan kini Partindo).
Sehabis Kongres PPPKI di Solo tahun 1929 Ir Soekarno dan rekan-rekannya ditangkap karena tuduhan agitasi terhadap otoritas pemerintah di dalam brosur-brosur mereka. Ir Soekarno dkk di penjara Bandoeng, Mr Satono ketua PNI membubarkan partai. Lalu pada tahun 1931 eks anggota partai mengutub menjadi dua kubu yang masing-masing mendirikan partai yakni Partai Indonesia (Partindo) dan Partai Pendidikan Nasional Indonesia (PNI). Setelah Ir Soekarni dibebaskan dari penjara memilih masuk Partindo, sementara Mohamad Hatta yang baru pulang studi di Belanda memilih PNI. Ketua Partindo adalah Mr Sartono, sementara ketua Partindo cabang Batavia Amir Sjarifoeddin Harahap dan ketua cabang Soerabaja Mohamad Jamin. Saat dibubarkannya PNI oleh Mr Sartono, golongan muda membentuk persatuan Indonesia Moeda.
Meski aktif diorganisasi seperti seniornya dan situasi politik yang semakin panas tetap harus bisa menyelesaikan studi meski tersendat-sendat. Pada tahun 1934 Adnan Gani lulus ujian kandidat kedua (lihat De locomotief, 24-08-1934). Seperti kata Parada Harahap pendidikan dan partai sama pentingnya, sama-sama membangun bangsa. Pada tahun 1933 adalah situasi politik yang paling mencekam. Ir Soekarno kembali ditangkap dan semua pers pribumi yang radikal dibreidel, termasuk Bintang Timoer. Ini mengingatkan Parada Harahap surat kabarnya yang pertama yang didirikan di Padang Sidempoean (1919-1922) yang bernama Sinar Merdeka dibreidel pemerintah.
Pada tahun 1933 ini Parada Harahap, mentor politik praktis Mohamad Hatta dan Soekarno marah besar. Lalu kemudian Parada Harahap membuat koneksi ke konsulat Jepang di Batavia. Pada bulan November 1933 Parada Harahap memimpin tujuh revolusioner berangkat ke Jepang. Pers berbahasa Belanda molohok baik yang di Hindia maupun yang di Belanda. Mereka tidak menduga. Karena pers Belanda membenci pers Jepang. Tujuh orang ini berangkat ke Jepang dengan menggunakan kapal Panama Maru. Dalam rombongan ini terdapat Abdoellah Lubis (pemimpin surat kabar Pewarta Deli di Medan), Panangian Harahap (redaktur Bintang Timoer), Mr Samsi Widagda, Ph.D dalam bidang ekonomi guru di Bandoeng eks pendiri PNI, dan Mohamad Hatta yang belum lama pulang studi dari Belanda. Di Jepang , Parada Harahap malah dijuluki pers Jepang (menyindir pers Belanda) dengan julukan The King of Java Press. Setelah cukup lama di Jepang, rombongan kembali ke tanah air dan merapat di pelabuhan Tandjoeng Perak Soerabaja yang disambut oleh Dr Soetomo, Radjamin Nasoetion dkk dari PBI (Partai Bangsa Indonesia). Pada saat mendarat di Soerabaja pada tanggal 14 Januaru 1934 pada hari yang sama dari pelabuhan Tandjoeng Priok Ir Soekarno diberangkatkan ke pengasingan di Flores.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Dr Adnan Kapau Gani: Negara Sumatera Selatan dan Agresi Militer Belanda 1948
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar