*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini
Arosbaya dan Sorabaya di wilayah pantai. Dua
kota kuno yang telah eksis jauh sebelum nama kota Surakarta dikenal. Jauh di
masa lampau juga sudah dikenal dua gunung berhadapan yakni gunung Lawu dan
gunung Merapi. Dari lereng-lereng gunung inilah terbentuk sungai-sungai yang ke
arah hilir kini dikenal sebagai sungai Bengawan Solo. Sungai ini besar ini
sudah sejak lama menjadi penghubung wilayah pedalaman/pegunungan Kartasura/Surakarta
dengan wilayah pantai/pantai di Sorabaya/Arosbaya (Aros kebalikan Sora).
Kenapa Nama Surakarta dan Kartasura Mirip? Begini Sejarahnya. Soloraya 11 April 2022. Solopos.com. Surakarta dan Kartasura nama dua daerah mirip, tetapi beda wilayah. Dari kebahasaan, keduanya terdiri kata sura dan karta. Sura dalam bahasa Jawa Kuno diartikan keberanian, sementara karta dari bahasa Sanskerta (krta) berarti pekerjaan telah dicapai. Surakarta merupakan nama resmi dari Kota Solo. Munculnya istilah Solo tidak bisa dilepaskan dari berdirinya kota. Kartasura kini sebuah kecamatan di Sukoharjo. Kartasura menjadi titik temu arus lalu lintas dari tiga kota besar yakni Solo, Jogja dan Semarang. Surakarta dan Kartasura sama-sama pernah menjadi ibu kota Kesultanan Mataram pada 1680-1755. Keraton Kartasura didirikan Amangkurat II tahun 1680 karena Keraton Plered (kini di wilayah Bantul) diduduki adiknya Pangeran Puger ketika terjadi pemberontakan Trunajaya. Lalu masa Pakubuwono II, Raja Mataram IX (1726-1742) terjadi Geger Pecinan di Batavia. PB II bekerja sama dengan Cina melawan VOC. Pertempuran gabungan antara Jawa, Tionghoa, Melayu dan Arab yang dipimpin Said Ali melawan VOC juga pecah di Semarang. Kubu VOC menang telak. Ancaman tersebut membuat PB II berubah haluan, berbalik menyerukan agar membantu VOC dengan membunuh orang Tionghoa pada awal 1742, namun para bupati tidak ada yang mengikuti perintah PB II. Setelah PB II kembali menguasai Keraton Kartasura yang hancur, membangun kembali kerajaan memilih di desa Sala. Asal-usul Kota Solo atau Surakarta bermula dari sini. Pada 1745, bangunan kerajaan di Kartasura dibongkar dan diangkut ke desa Sala di tepi sungai Bengawan Solo. Pada 17 Februari 1745, keraton baru di desa Sala secara resmi digunakan sebagai pengganti Keraton Kartasura (Keraton Surakarta). Kini, setiap 17 Februari diperingati sebagai Hari Jadi Kota Solo/Surakarta (https://www.solopos.com/)
Lantas bagaimana sejarah nama kota Solo vs kota
Surakarta, nama sungai Bengawan vs sungai Solo? Seperti disebut di atas, sungai
besar yang kini disebut sungai Bengawan Solo menghubungkan antara kota-kota
pantai Sorabaja dan Arosbaja. Di wilayah pedalaman terdapat gunung Lawu dan gunung
Merapi darimana sumber air berasal. Lalu bagaimana sejarah nama kota Solo vs kota
Surakarta, nama sungai Bengawan vs sungai Solo? Seperti kata ahli sejarah tempo
doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan
wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Nama Kota Solo vs Kota Surakarta, Nama Sungai Bengawan vs Sungai Solo; Wilayah Antara Gunung Lawu - Gunung Merapi
Pada artikel terdahulu sudah dideskripsikan soal nama Kartasura dan Surakarta, tetapi akan dideskiripkan lebih lanjut. Namun sebelum itu, bagaimana asal usul munculnya nama Solo sebagai nama yang dipertukarkan dengan nama Soerakarta. Ini bermula ketika kraton Kartasura relokasi ke kampong Sala di sisi utara sungai Bengawan yang mana kraton baru disebut kraton Surakarta (dalam hal ini apakah nama Kartasura adalah kebalikan dari nama Surakarta).
Sebelum ada nama Solo di Soerakarta, nama yang ada adalah nama Sala,
Salatiga dan Sala yang lainnya. Nama (kampong) Sala inilah yang kemudian
bergeser namanya menjadi Solo. Nun jauh di sana nama Solor sudah diketahui pada
awal era Portugis. Apakah ada hubungan nama Solor dengan Solo? Tampaknya tidak.
Solo merujuk pada nama Sala. Akan tetapi nama Sala juga merujuk pada nama yang
berasal dari zaman kuno yakni Selo. Arti ‘selo’ pada zama era Hindoe Portugis
adalah ‘sungai’. Bahasa sejaman ‘sungai’= ‘selo’ ditemukan di wilayah Minangkabau.
Di Tanah Batak ‘sungai’ tidak dieja dengan ‘selo’ tetapi ‘silo’.
Sebelum nama Sala bergeser pelafalannya menjadi Solo, nama sungai besar yang melalui (kampong) Sala disebut sungai Bengawan. Nama Bengawan sendiri adalah nama kampong kuno di wilayaah Kadoewang (lereng gunung Lawoe). Pada masa ini tentu saja belum dikenal nama sungai Solo, nama yang dikenal adalah sungai Bengawan. Baru pada perkembangan lebih lanjut, ketika nama Solo telah menggantikan nama Sala, nama sungai Bengawan disebut sungai Solo di hilir Wonogiri, sementara nama sungai Bengawan tetap berlaku di wilayah hulu dari Wonogiri hingga ke pegunungan.
Sungai-sungai di nusantara, terutama sungai-sungai besar yang dapat dinavigasi
seperti di pulau Sumatra, pulau Kalimantan dan pulau Jawa., sudah memiliki nama
sejak zaman kuno (era Hindoe Boedha). Sebagai missal sungai Tjisadane di hilir
disebut sungai Tangerang, sungai Tjiliwong di hilir disebut sungai Jakarta, sungai
Tjilengsi disebut sungai Bekasi, sungai Tjitaroem disebut sungai Karawang.
Sungai Kadiri di zaman kuno, dalam perkembangannya di hilir menjadi dua cabang
disebut sungai Surabaya dan sungai Brantas. Hal serupa inilah yang terjadi
dengan sungai Bengawan, dimana di wilayah Surakarta (Sala atau Solo) ke arah
hilang disebut sungai Solo. Lantas mengapa kini disebut sungai Bengawan Solo.
Lantas mengapa kini nama sungai di wilayah Surakarta tidak disebut sungai Bengawan atau sungai Solo tetapi disebut sungai Bengawan Solo?
Tunggu deskripsi lengkapnya
Wilayah Antara Gunung Lawu dan Gunung Merapi: Nama Solo dan Air Mengalir Sampai Jauh
Kapan nama Solo terinformasikan? Tampaknya belum ada yang menginformasikan. Nama Solo sejauh ini selalu diasumsikan bahwa nama Solo merujuk pada nama kampong kuno di sungai Bengawan yakni kampong Sala. Namun yang menjadi pertanyaan dalam hal ini adalah sejak kapan nama Sala bergeser menjadi nama Solo. Nama Solo, paling tidak sudah disebut pada tahun 1793 (lihat Rotterdamse courant, 09-07-1793). Disebutkan, Souracarta, 10 April 1892, satu corps kavalery dan infantery bergerak dari Solo ke Djokja Carta.
Pertanyaan berikutnya sejak kapan nama sungai Bengawan di wilayah Suarakarta disebut sungai Solo. Pertanyaan lebih lanjut adalah sejak kapan nama sungai Bengawan dan sungai Solo menjadi sungai Bengawan Solo. Seperti kita lihat nanti, nama sungai Bengawan Solo merujuk pada nama sungai Bengawan dan sungai Solo. Lantas mengapa kini sungai sungai Tjiliwong dan sungai Jakarta tidak disebut sungai Tjiliwoeng Jakarta, tetapi Kembali merujuk pada nama asal sungai Tjiliwoeng?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar