*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini
Siapa yang menjadi pemain catur? Adakah dari kalangan
pelajar dan mahasiswa? Tentu saja ada. Tidak sedikit mahasiswa yang bermain catur.
Mereka mulai bermain semasih sekolah dan meneruskannya hingga menjadi sarjana.
Semuanya bermula sejak era Hindia Belanda. Mereka negganggap kuliah dan bermain
catur sama pentingnya, sama-sama untuk mencerdaskan bangsa.
Raih Medali Emas Catur Rapid di SEA Games 2021, Mahasiswa FIA UI Unggul Atas Tuan Rumah. Medina Warda Aulia, mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) berhasil meraih medali emas untuk Indonesia dalam cabang olahraga catur rapid di SEA Games 2021. Medina dan partner dinyatakan menang setelah unggul dalam perhitungan Tie Break (TB) 2 dari tuan rumah Vietnam. “Jadi, kalau di catur kita harus bikin strategi di setiap langkah-langkahnya. Hal ini mirip dengan kebijakan publik yang harus ada strateginya untuk menyusun kebijakan publik,” ujar Medina yang saat ini juga sedang melanjutkan pendidikan S2 Kebijakan Publik di FIA UI. Kemenangan ini merupakan kali kedua Medina menyumbangkan medali emas bagi Indonesia. Sebelumnya, prestasi yang sama diukir Medina pada SEA Games 2019 di Filipina. (https://www.ui.ac.id/)
Lantas bagaimana sejarah mahasiswa dan catur sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan bangsa? Seperti disebut di atas, pecatur yang berlabel mahasiswa sudah ada sejak masa lalu. Pecatur Eropa/Belanda dan pecatur pribumi. Lalu bagaimana sejarah mahasiswa dan catur sama pentingnya, sama-sama mencerdaskan bangsa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Mahasiswa dan Catur Sama Pentingnya, Sama-Sama Mencerdaskan Bangsa; Pecatur Eropa/Belanda dan Pecatur Pribumi
Banyak penulis sejarah tidak tahu apa-apa, Sebagian besar narasi sejarah (bangsa) Indonesia underestimate. Orang Indonesia dianggap semuanya ‘inlander’. Nyatanya orang (bangsa) Indonesia juga banyak yang maju dan tidak kalah kecerdasannya dibandingkan dengan orang-orang Belanda. Orang Indonesia dapat mencapai sukses di negeri Belanda (di kandang macan). Salah satu diantaranya adalah Mohamad Iljas.
Mohamad Iljas diterima di sekolah elit di Batavia, sekolah menengah (HBS)
di KW III School pada tahun 1908. Pada tahun 1909 Mohamad Iljas lulus ujian
transisi naik dari kelas satu ke kelas
dua (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 08-05-1909). Satu
kelas dengan Mohamad Iljas antara lain RM Soedjono, M Soemarsono, Soetrisno,
Sampoerna dan Barnas. Siswa yang diterima di KW III S adalah lulusan sekolah
dasar Eropa (ELS). Lama studi di HBS
lima tahun. Lulusan HBS dapat melanjutkan studi ke fakultas/universitas (baru
ada di Belanda). Pada tahun 1910 Mohamad Iljas naik ke kelas tiga (lihat
Bataviaasch nieuwsblad, 07-05-1910). Pada tahun 1912 Mohamad Iljas naik ke
kelas lima (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 01-05-1912).
Pada tahun 1913 Mohamad Iljas lulus ujian akhir HBS di KW III School (lihat
Bataviaasch nieuwsblad, 26-05-1913). Ini mengindikasikan Mohamad Iljas lancar
dalam studi di KW III S tanpa pernah ketinggalan kelas. Setelah menyelesaikan sekolah menengah (HBS) di
Batavia, Mohamad Iljas melanjutkan studi ke Belanda. Ini dapat dilihat dari
keberangkatannya dari Batavia dengan menggunakan kapal ss Goentor pada tanggal
13 Juli 1913 dengan tujuan akhir Rotterdam (lihat Het nieuws van den dag voor
Nederlandsch-Indie, 30-07-1913). Pada
manifes kapal, dari ratusan penumpang, hanya nama Mohamad Iljas sorangan yang
bernama non Eropa/Belanda. Ini mrengindikasikan orang Indonesia tidak minder.
Dengan kata lain dalam diri Mohamad Iljas terdapat keberanian, kecerdasan dan
kesalehan. Mohamad Iljas di Belanda
diterima di sekolah teknik bergengsi Technische Hoogeschool te Delft. Setelah
tinggal di Zuidestraat No 28 Delft pada tahun 1916 pindah ke alamat baru di
Hugo de Grootstaat No 28 (lihat Delftsche courant, 11-11-1916).
Pada tahun 1917 nama Mohamad Iljas muncul di Delft sebagai pemanin catur yang salah satu mendapat hadiah (lihat Algemeen Handelsblad, 30-04-1917). Disebutkan pertandingan catur di Delft antara Nedelandsch Schaakbond vs Delftsch Schaakclub. Hasil pertandingan sejumlah pemain mendapat hadiah termasuk Mohamad Iljas. Dalam hal ini Mohamad Iljas menjadi bagian klub catur kota Delft yang melawan tim nasional.
Di tanah air pertandingan catur mulai marak terutama di beberapa kota
seperti Medan, Batavia dan Magelang dimana pada tahun 1910 Si Narsar dari Tanah Karo menaklukkan juara catur Medan yang notabe orang Belanda. Pada akhir tahun 1913 Si Narsar melakukan tur ke Jawa. Bagaimana Si Narsar di
Jawa Nieuwe
Rotterdamsche Courant, 25-02-1914 melansir surat kabar di Hindia. Disebutkan beberapa pekan terakhir, koran-koran
di Hindia Belanda (Indonesia) sangat intens memberitakan tentang seorang Batakker yang permainan caturnya
semakin mempesona, Si Narsar bahkan telah melakukan
pertandingan simultan (permainan dimainkan secara bersamaan) dengan hasil yang
baik, termasuk klub dari komunitas-komunitas catur di Batavia dan Magelang.
Tanggal 7 Januari di Batavia Narsar memenangkan semua pertandingan dan hanya
satu partai membuat remis, Pada tanggal 9 Januari, Si Narsar memenangkan tujuh file pertandingan dan
hanya satu partai yang kehilangan (maksudnya kalah). Juga disebutkan Si Narsar juga telah memainkan
pertandingan simultan melawan 28 pecatur dalam 90 partai, semuanya dimenangkan
kecuali satu partai remis. Si Narsar
juga melakukan pertandingan di Magelang dan Semarang yang semuanya dimenangkannya. Catatan: pada tahun 1914
ini diadakan pertandingan catiur (antar klub catur) se Jawa di Jogjaakarta,
yang kemudian dibentuk perserikatan catur Hindia Belanda (Nederlandsch
Indischen Schaakbond disingkat NISB).
Saat Si Narsar melakukan tur di Jawa yang diadakan pada awal tahun 1914, Mohamad Iljas sudah berada di Belanda. Mohamad Iljas tentu saja selama sekolah di Batavia, sudah bermain catur. Sudah barang tentu Mohamd Iljas bermain catur di Delft. Hal itulah mengapa Mohamad Iljas pada tahun 1917 di Delft sudah mewakili klub catur kota Delft (Delftsch Schaakclub) bertanding melawan pemain catur yang tergabung dengan perserikatan catur nasional (Nedelandsch Schaakbond).
Pada bulan Januari 1917 di Belanda mahasiswa asal Sumatra membentuk sub organisasi yang juga menjadi bagian dari organisasi mahasiswa Indische Vereeniging yang diberi nama Sumatra Sepakat. Organiusasi Sumatra Sepakat diketuai oleh Sorip Tagor Harahap, sebagai sekretaris Dahlan Abdoellah, bandahara Todoeng Harahap gelar Soetan Goenong Moelia. Untuk komisaris antara lain Mohamad Iljas dan Tan Malaka. Indische Vereeniging sendiri sebagai organisasi nasional mahasiswa pribumi di Belanda didirikan tahun 1908 yang digagas oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan. Dari puluhan mahasiswa pribumi di Belanda, hanya Mohamad Iljas yang terinformasikan aktif bermain catur dalam suatu turnamen/kompetisi catur di Belanda.
Pada tahun 1917 di Batavia oleh Abdoel Rasjid Siregar dkk, mahasiswa di sekolah kedokteran di Batavia (STOVIA) mendirikan klub catur dengan nama Stovia Schaakclub. Disebutkan klub catur Stovia pada tahun 1918 akan bergabung dengan perserikatan catur nasional Hindia Belanda (NISB). Selanjutnya, tidak lama setelah pendirian Stovia Schaakclub, melakukan pertandingan anjasana dengan klub catur di Weltevreden (Weltevreden Schaakclub). Klub-klub catur yang sudah ada di Batavia antara lain Batavia Schaakclum, Schaakmat Schaakclub. Klub Stovia aanggotanya semua pribumi, mahasiswa yang studi di STOVIA.
Dalam pertandingan persahabatan ini dilakukan pertandingan beregu dengan masing-masing jumlah pecatur sebanyak 10 orang dimana jagoan lawan jagoan hingga ke peringkat bawah. Weltevreden dengan catur putih dan Stovia dengan hitam (lihat Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 11-06-1917). Meyer adalah salah satu pecatur terkuat di Batavia mengalahkah jagoan dari Stovia. Meski demikian, secara keseluruhan Stovia menang dengan skor 4-6. Seperti halnya Mohamad Iljas di Belanda, mahasiswa-mahasiswa STOVIA di Batavia juga mampu bersaing dengan para pecatur Belanda. Pada bulan Oktober Stiovia melawan klub Batavia (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 08-10-1917). Dalam pertandingan 10 lawan 10 ini Aulia berbagi angka dengan jagoan Batavia (van Eek), sementara Mohamad Kanoen dan Abdoel Rasjid Siregar mengalahkan lawan-lawannya yakni Mr Bouman dan Kielich. Secara keseluruhan Stovia menak telak dengan skor 7 ½ vs 2 ½. Bagaimana dengan klub Schaakmat yang merupakan klub terkuat di Batavia selama ini?
Pada tahun 1918 Mohamad Iljas ikut berpartisipasi dalam pertandingan antara tim Delft (DSC) dan tim Den Haag (Residentie Schaakclub) dengan memainkan 15 partai (lihat Haagsche courant, 22-04-1918). Mohamad Iljas dari tim DCS pada papan No 11 melawan Groosjohan yang dimenangkan oleh Mohamad Iljas. Secara keseluruhan tim Delft menang dengan skor 8 vs 7 poin. Pertandingan dibagi dalam tiga kelas yakni kelas utama 4 partai, kelas 1 sebanyak 7 partai dan kelas 2 sebanyak empat partai. Mohamad Iljas berada di group kelas 1. Ini mengindikasikan bahasa Mohamad Iljas adalah pemain catur yang kuat.
Pada tahun 1918 kembali Stovia dan Batavia bertemu lagi. Kali ini 15 lawan 15. Mohamad Aulia tidak ada lagi dalam tim Stovia. Oleh karena itu, pemeringkatan baru di klub Stovia yang naik ke peringkat satu adalah Soediono. Mohamad Kanoen tetap pada peringkat kedua dan Abdoel Rasjid menjadi peringkat ketiga (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 09-03-1918). Soediono berbagi angka dengan peringkat pertama Batavia, Bouman. Mohamad Kanoen kalah dari mantan juara klub Batavia, Milborn. Sedangkan Abdoel Rasjid mengalahkan mantan juara klub Batavia sebelumnya. Secara keseluruhan klub Stovia menang dengan skor 8 vs 6.
Mohamad Iljas tentu saja masih sibuk kuliah. Pada libur bulan April Mohamad Iljas dengan timnya dari DSC kembali bertemu tim sebelumnya di Den Haag (lihat Delftsche courant, 08-04-1919). Bagaimana hasilnya tidak terinformasikan. Pada bulan Juli Mohamad Iljas berpartisipasiu dalam turnamen catur nasional yang diadakan bond catur Rotterdam. Lagi-lagi nama Mohamad Iljas mendapat sukses sebagai rangking dua pada kelas 1 grup 4. Mohamad Iljas dicatat berasal dari Delft. Dalam turnamen nasional ini terbagai dalam empat kelas (utama, kelas 1, kelas 2 dan kelas 3). Masing-masing kelas terdiri dari sejumlah grup. Pada bulan April 1920 Mohamad Iljas kembali ikut turnamen nasional di Amsterdam (lihat Algemeen Handelsblad, 06-04-1920). Tampaknya Mohamad Iljas tiada matinya dalam bermain catur.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Pecatur Eropa/Belanda dan Pecatur Pribumi: Mahasiswa dan Sarjana
Dari waktu ke waktu semakin banyak kota-kota khususnya di Jawa dan Sumatra yang memiliki klub catur. Kota yang memiliki dua klub atau lebih antara lain kota Medan. Batavia memiliki jumlah klub terbanyak, bahkan sudah ada klub yang sepenuhnya pecaturr pribumi (Stovia Schaakclub). Pada tahun 1919 jumlah klub catur di Batavia dan Meester Cornelis sebanyak delapan klub. Pada tahun ini di Batavia akan dilakukan kompetisi antara klub (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 30-08-1919).
Dalam kompetisi antar klub se Batavia-Meester Cornelis ini merupakan kompetisi pertama di Hindia di luar kompetisi yang diselenggarakan NISB. Ini menunjukkan ada kemajuan dalam dunia catur Hindia. Klub catur mahasiswa Stovia turut berpatisipasi dalam kompetisi ini. Kompetisi yang akan dimulai pada bulan September 1919 disebutkan klub Weltevreden tidak berpartisipasi. Satu yang menjadi pertanyaan, mengapa siswa-siswa sekolah guru Cina (Chineesche Kweekschool) tidak berpartisipasi?
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999).
Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar
rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog
hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang
tidur. Saya sendiri bukan sejarawan
(ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami
ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah
catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar