*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Nama
Sumba sudah lama dikenal, paling tidak sudah disebut dalam teks Negarakertagama
(1365). Dalam peta-peta Portugis nama Sumba tetap lestari. Pada masa ini salah
satu bahasa di (pulau) Sumba yang tetap lestari adalah bahasa Lamboya di desa
Kabu Karudi (suku Welawa) kecamatan Lamboya kabupaten Sumba Barat. Bahasa Lamboya
juga di desa Rajaka, Welibo, Sodana, Ringu Rara dan Laboya Dete. Bahasa Lamboya
berbeda dengan bahasa Wewewa dan bahasa Wanukaka.
Mengenal Tradisi Adu Hidung di Sumba. Jum'at, 25 Mei 2018. Sumba di Indonesia dan Maori di Selandia Baru terpisah jarak dan berbeda bangsa. Tradisi Adu Hidung yang telah lama ada di masyarakat Sumba, ternyata juga sama dengan tradisi Adu Hidung yang ada di Maori. Di Selandia Baru, adat yang disebut dengan Hongi tersebut merupakan salam perkenalan. Sebuah tradisi unik suku Maori yang dilakukan dengan cara saling bersentuhan hidung dan kening. Suku Maori percaya, Hongi merupakan tradisi kuno dari leluhur yang bermakna napas hidup dari Dewa. Memang saat mengadu hingga menggosokan hidung, kamu bakal mendengar napas orang di depan kamu. Saat saling mendengar napas itulah, suku Maori sudah merasakan jiwa tamunya dan bakal lebih menghormatinya. Adapun bagi masyarakat Sumba, tradisi Adu Hidung merupakan simbol kekerabatan yang sangat dekat. Melambangkan bahwa orang baru tersebut sudah menjadi bagian dari keluarga. Dengan salam itu, dua individu seakan didekatkan tanpa adanya jarak. Makna dari salam cium hidung itu pun dipercaya bisa meredam konflik. (https://daerah.sindonews.com/)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Lamboya di Sumba Barat, adat Hongi Sumba dan Maori? Seperti disebut di atas bahasa Lamboya di Sumba Barat. Benua Australia era navigasi pelayaran. Lalu bagaimana sejarah bahasa Lamboya di Sumba Barat, adat Hongi Sumba dan Maori? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.Link https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Lamboya di Sumba Barat, Adat Hongi Sumba dan Maori; Benua Australia Era Navigasi Pelayaran
Nama Lamboya sudah dikenal lama dengan junmlah populasi di distrik Lamboja sekitar 200 rumah (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1855). Dalam perkembangannya mulai diidentifikasi dalam pemetaan laut yang diadakan angkatan laut Pemerintah Hindia Belanda sebagai nama pegunungan dengan puncal tertinggi 637 M (lihat Zeemansgids voor den Oost-Indischen Archipel, 1904-1914). Kapan pemetaan ini dilakukan tidak terinformasikan. Yang jelas sejak 1907 Pemerintah Hindia Belanda mulai membentuk cabang pemerintahan di (pulau) Sumba.
De Preanger-bode, 03-06-1909: ‘Para pemimpin local di pulau melakukan perlawanan tergadap kehadiran pejabat pemerintah. Di lanskap Massoe dan Karora (Soemba Timur) pemimpin perlawanan Oemboe Nai Doolla dan Oemboe Marhoong. Oemboe Nai Laki di Katoda Boengoer, dikejar oleh patroli Letnan Streiff, semua pemimpin di wilayah tersebut kini telah diserahkan; Oemboe Doeka di Pahada, menjadi buronan sejak September 1907 dan melarikan diri dari penjara di Waingapoe di Ortober, Prawang. Di lanskap Massoe dan Karora, pendudukan di lanskap ini dapat dikurangi menjadi 4 kelompok dan 4 kelompok sisanya akan dipindahkan ke Memboro (Soemba Barat), untuk menunjukkan kekuatan. Lanskap Manoekak, Lamboja, Wajoware Anakaloeng yang padat penduduk dan subur. Bentang alam Karita di Sumba tengah. Sementara perlawanan di Endeh Atas terus berlanjut pada paruh pertama bulan Januari’. Militer kemudian membangun bivak di Lamboja (lihat Bataviaasch nieuwsblad, 15-12-1909). Ini mengindikasikan bahwa lanskap Lamboja dianggap tidak aman dan dikhawatirkan masih ada penyerangan.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Benua Australia Era Navigasi Pelayaran: Pantai Barat Sumba dan Pantai Barat Australia
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar