Kamis, 09 Juli 2020

Sejarah Lombok (33): Monumen Lombok di Kota Mataram (1900-1942); Perang Lombok Dikenang Karena Tragedi dan Kemenangan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Tempo doeloe, di Mataram ada Monumen Lombok. Sekarang sudah tentu tidak ada lagi, sudah dilupakan, tidak ada lagi yang ingat. Monumen Lombok pernah ada dan benar-benar adanya. Karena ada, Monumen Lombok tersebut tetap menjadi bagian sejarah Lombok, khususnya sejarah Kota Mataram. Ketika masih ada, Monumen Lombok sangat dikenang orang-orang Belanda. Pada monumen tersebut dicatat nama-nama yang tewas dalam Perang Lombok 1894-1895.

Nieuwsblad van het Noorden, 25-08-1937
Monumen di era Hindia Belanda dijadikan sebagai tugu peringatan, yakni untuk memperingati para pahlawan Pemerintah Hindia Belanda yang gugur dala perang. Namun tugu peringatan (monuen) hanya dibangun untuk peristiwa yang dianggap hebat dan memberi kesan mendalam bagi banyak orang. Di Batavia ada tugu yang dibangun yang disebut Monumen Michiels untuk mengenang para pahlawan yang gugur dalam Perang Padri di pantai barat Sumata dan Monumen Atjeh untuk meperingati kemenangan dala Perang Atjeh. Monuen lainnya Monummen Tamiang dibangun di Medan untuk mengenang kemenangan dalam Perang Tamiang dan Monumen Lombok dibangun di Mataram untuk mengenang tragedi dan kemenangan Pemerintah Hindia Belanda di Lombok dalam melawang kerajaan Bali Selaparang.

Bagaimana kisah Monumen Lombok? Nah, itu dia. Sulit ditemukan tulisan tentang riwayatnya. Monumen Lombok ini awalnya kurang berterima di Lombok, namun karena terus didesak oleh berbagai pihak termasuk keluarga pahlawan yang gugur akhirnya monumen diberdirikan. Selama monumen ini tetap berdiri banyak dikunjungi oleh orang-orang Belanda. Ketika terjadi pendudukan militer Jepang, monumen tersebut dihilangkan karena monumen tersebut tidak disukai oleh orang Bali di Lombok. Nah, untuk menambah pengetahuan tentang keberadaan Monumen Lombok dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 08 Juli 2020

Sejarah Lombok (32): Sejarah Awal Moda Transportasi di Pulau Lombok; Pelabuhan, Jalan, Kereta Api dan Lapangan Terbang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Satu hal yang penting dalam sejarah kota-kota atau tempat-tempat penting di Indonesia adalah soal moda transportasi. Pertumbuhan dan perkembangan transportasi mengiringi sejarah itu sendiri. Namun sangat jarang sejarawan memperhatikan dan menulis moda transpoertasi tersebut. Tentu saja sejarah moda transportasi di pulau Lombok luput dari perhatian. Padahal liputan sejarah akan membantu secara kontekstual bagi pengambil kebijakan sehubungan dengan usulan-usulan perencanaan pembangunan pada masa kini.

Moda transportasi kereta Api di Lombok (Peta 1940)
Moda transportasi kuno, pelabuhan dan jalan raya di pulau Lombok seumur dengan sejarah (pulau) Lombok. Cornelis de Houtman, pimpinan ekspedisi Belanda pertama tahun 1597 telah mencatat keberadaan pelabuhan Lombok di teluk yang berada di timur pulaunya penduduk Sasak. Tentu saja Cornelis de Houtman tidak memmbayangkan suatu jenis moda transportasi lainnya di pulau Lombok di masa yang akan datang akan muncul. Setelah populernya moda transportasi kereta api di Eropa, cabang Pemerintah Hindia Belanda di Lombok mengusulkan pentingnya moda transportasi dibangun di Lombok. Demikian juga ketika pesawat sudah meretas udara Hindia Belanda, pendaratan pesawat di Lombok juga dilakukan, tidak di daratan, tetapi dilakukan di perairan pantai Ampenan.

Lantas mengapa rencana pembangunan kereta api di pulau Lombok tidak terwujud? Demikian juga mengapa tidak pernah muncul gagasan pembangunan lapangan terbang di Lombok? Yang jelas, pada masa kini pembangunan bandara di Lombok sudah terwujud, tetapi tidak dengan pembangunan jalur kereta api. Usulan yang mengemuka belakangan ini adalah pengadaan moda transpoertasi kereta api di pulau Sumbawa. Apakah usulan kereta api di pulau Lombok dan pulau Sumbawa akan terwujud? Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 07 Juli 2020

Sejarah Lombok (31): Sejarah Sepak Bola di Lombok Awal Mula di Ampenan; Riwayat Stadion Malomba, Pacuan Kuda di Selong


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada sejarah sepak bola di Lombok? Tentu saja ada, tetapi mungkin sulit dicari. Sepak bola adalah olah raga yang populer untuk semua lapisan masyarakat dimanapun berada, baik di kota-kota maupun di wilayah pedesaan. Di Lombok, permainan sepak bola juga populer. Oleh karena itu sejarah sepak bola di Lombok haruslah tetap dicari. Sejarah sepak bola jangan sampai hilang selamanya. Selagi kita ingin terus mencarinya, sejarah sepak bola tidak akan hilang.

Sejarah sepak bola di Lombok tidak hanya merujuk pada Perslobar Lombok Barat, Perslotim Lombok Timur, PS Mataram, PSLT atau Loteng Raya FC dan lainnya. Sejarah sepak bola tentu saja tidak hanya soal klub, tetapi juga setiap pertandingan sepak bola yang pernah dimaainkan oleh penduduk. Sejarah sepak bola di Indonesia secara khusus diperkenalkan oleh orang-orang Belanda. Mereka juga yang menginisiasi terbentuknya klub, perserikatan (bond) dan penyelenggaraan kompetisi (turnamen), Tentu saja sepak bola di Lombok awalnya diperkenalkan oleh orang-orang Belanda. Lalu pertanyaannya dimana kali pertama diadakan dan tahun berapa dimulai? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi penting, karena itulah awal sejarah sepak bola di Lombok hingga kini kita kenal Persilotim, Perselobar dan klub-klub lainnya.

Lantas bagaimana kita memulainya dan dimulai darimana? Yang jelas jangan tanya PSSI. Sebab sejarah PSSI lahir dari sejarah sepak bola rakyat, sejarah klub dan sejarah orang-orang yang bergiat mempopulerkan sepak bola. Kalau begitu, kita harus susun sendiri. Sebab sejarah sepak bola Lombok akan mendampingi klub-klub dari Lombok ke tangga prestasi regional dan nasional. Syukur-syukur PSSI mau membantu Lombok untuk membangun stadion bertaraf internasional. Tidak hanya sirkuat MotoGP, toh. Okelah. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 06 Juli 2020

Sejarah Lombok (30): Orang Sasak Lombok Naik Haji Sejak Tempo Doeloe; Embarkasi Pelabuhan Ampenan Atau Laboehan Hadji?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Ada buku berjudul Orang Jawa Naik Haji. Juga ada buku berjudul Orang Batak Naik Haji. Tentu saja ada tulisan-tulisan lainnya seperti Orang Sunda Naik Haji dan Orang Bugis Naik Haji. Okelah, sekarang kita tambahkan Orang Sasak Naik Haji. Lantas apa pentingnya? Yang jelas belum ada judul seperti itu. Namun tentu saja tidak hanya karena itu. Orang Sasak sejatinya sudah sejak dari doeloe melakukan perjalanan haji ke Mekkah.

Di pulau Lombok ada nama tempat yang menggunakan nama haji, yakni pelabuhan Labuhan Haji. Lepas dari apakah orang Sasak sudah pernah naik haji, yang jelas nama tempat Laboehan Hadji sudah lama namanya ada. Tidak ada nama tempat yang disebut (Laboehan) Hadji kecuali hanya di pulau Lombok. Pelabuhan berarti tempat datang dan perginya orang-orang melalui laut (pelayaran). Lantas apakah asal-usul nama Laboehan Hadji karena pedagang-pedagang dari Timur Tengah datang dan berlabuh di Lombok? Atau apakah nama Laboehan Hadji berasal-usul karena banyak penduduk Sasak yang melakukan perjalanan haji melalui pelabuhan di pantai timur Lombok tersebut?

Bagaimana sejarah perjalanan haji orang Sasak dari pulau Lombok? Nah, itu yang menjadi inti pertanyaannya yang merujuk pada judul tulisan ini. Lalu, apakah sudah ada tulisan yang menarasikan sejarah (perjalanan) haji penduduk Sasaka? Tampaknya belum. Itulah mengapa judul tulisan di atas penting dinarasikan. Okelah, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 05 Juli 2020

Sejarah Lombok (29): Presiden Soekarno ke Lombok, 1950; Republik Indonesia Serikat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Presiden Soekarno berkunjung ke Lombok. Pada tanggal tanggal 5 sore Presiden Soerkarno dengan pesawat Catalina berangkat dari Bima ke Lombok. Lalu Presiden Soekarno berangkat ke Denpasar pada tanggal 8 November pagi. Presiden Soekarno menginap tiga malam di Lombok. Kunjungan Presiden Sioekarno ke Lombok adalah bagian dari kunjungan kenegaraan ke tempat-tempat tertentu di Kepulauan Soenda Ketjil,

Pada tanggal 17 Agustus 1950 dalam pidato kenegaraan menyampaikan Republik Indonesia Serikat (RIS) dibubarkan dan kembali menjadi (Negara Kesatuan) Republik Indonesia (NKRI). Pada tanggal 18 Agustus NKRI diproklamasikan. RIS sendiri adalah gabungan dari Republik Indonesia (RI) dan negara-negara federal. Republik Indonesia terdiri dari beberapa daerah seperti Jogjakarta dan Tapanoeli. Sedangkan negara-negara federal antara lain Sumatra Timur, Djawa Timur dan Indonesia Timur. Negara (federal) Indonesia Timur terdiri dari Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Kepulauan Soenda Ketjil (Irian Barat masih dikuasai Belanda). Kepulauan Soenda Ketjil meliputi Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Timor (minus Portugis) dan pulau-pulau yang lebih kecil lainnya. Ibu kota Negara Indonesia Timur di Makassar.

Sebagia bagian dari kunjungan kenegaraan Presiden Soekarno ke Kepulauan Soenda Ketjil, bagaimana kisah perjalanan Presiden Soekarno ke pulau Lombok? Yang jelas Negara RIS baru dibubarkan dan kembali ke negara kesatuan (NKRI) sementara Irian Barat masih ‘disandera’ Belanda berdasarkan hasil Konferensi Medja Boendar (KMB) di Den Haag (Belanda). Dalam hubungan dua hal inilah Presiden Soekarno berkunjung ke Sumbawa, Flores, Timor, Lombok dan Bali. Untuk menambah pengetahuan kunjungan Presiden Soekarno ke Lombok dan meningkatkan wawasan sejarah nasional Indonesia, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 04 Juli 2020

Sejarah Lombok (28): Proklamasi Indonesia 17 Agustus 1945; Militer Inggris Jepang dan Pemerintahan NICA (Belanda) di Lombok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Pendudukan militer Jepang di Indonesia akhirnya harus berakhir. Penduduk Sasak khususnya di Lombok sangat menderita selama kehadiran Jepang. Saudara tua tidak selalu menjadi lebih baik dari Belanda. Saudara tua dalam hal tertentu bahkan bisa lebih kejam. Sebaliknya, bagi penduduk Sasak di Lombok, Belanda telah mengangkat harga diri mereka dengan membebaskan mereka dari rezim Bali (sejak 1895). Semua yang telah kembali diraih di era rezim Pemerintah Hindia Belanda hilang seketika saat pendudukan militer Jepang (sejak 1942).

Pada tanggal 17 Agustus 1945, pemimpin Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti seluas-luasnya, suatu kemerdekaan yang tidak sepenuhnya diperolah pada era Hindia Belanda dan era pendudukan militer Jepang. Proklamasi kemerdekaan juga termasuk dalam pembebasan rakyat Indonesia dari praktek kotor dari raja-raja feodal yang dzalim. Namun proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut tidak bergaung keras di Lombok. Selama era rezim Pemerintah Hindia Belanda dan pendudukan militer Jepang, penduduk Sasak sendiri belum sepenuhnya melupakan rezim sebelumnya yakni kerajaan Bali Selaparang. Bekas-bekasnya masih nyata yang membuat hidup berdampingan antara orang Bali dan Sasak di Lombok belum sepenuhnya hilang. Penduduk Sasak dan para pemimpinnya larut dengan masalah internal sendiri dan masih terfokus pada perjuangan untuk hidup. Energi belum terbagi untuk hal-hal yang bersifat nasional.

Gaung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 tidak terlalu terasa dan dirasakan di Lombok. Meski Lombok cukup dekat secara geografis dengan pusat-pusat pergerakan Indonesia di pulau Jawa, tetapi secara sosiologis politik terisolasi. Semua itu bersumber dari rangkaian pengalaman masa lalu yang tidak pernah putus: rezim Bali Selaparang, rezim Pemerintah Hindia Belanda dan rezim pemerintah pendudukan militer Jepang. Penduduk Sasak di Lombok seakan tidak pernah lepas dari pertarungan hidup untuk sekadar survive. Oleh karena itulah, gaung Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 tidak begitu menggema di (pulau) Lombok. Oleh karena itu pula situasi dan kondisi di Lombok pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia kurang terinformasikan. Nah, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 03 Juli 2020

Sejarah Lombok (27): Berakhirnya Era Kolonial Belanda dan Pendudukan Militer Jepang; Lombok Terputus Dunia Luar


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Saat orang-orang Belanda di Lombok baru menikmati kemakmuran, semua itu tidak lama segera akan berakhir. Perang Pasifik sudah terlihat di horizon, dari arah matahari terbit (Jepang). Panduduk di Lombok hanya melakukan apa yang bisa dilakukan. Para pemimpin lokal wait en see. Seperti umumnya di Hindia Belanda, orang-orang Belanda di Lombok juga mulai was-was. Kegamangan Pemerintah Hindia Belanda terbaca di dalam pemberitaan surat-surat kabar.

Pergerakan kebangkitan bangsa di Lombok tidak seintens di Jawa dan Sumatra. Para pemimpin lokal di Lombok tidak terlalu intens terhubung dengan gerakan di Jawa, namun banyak yang terus mengikuti perkembangan di Jawa, terutama pegawai-pegawai pribumi asal Jawa di Lombok seperti guru, petugas kesehatan dan lainnya. Tidak ada komunikasi antara pejabat-pejabat Belanda dan para pemimpin lokal di Lombok. Semuanya berlangsung seperti biasa antara hubungan pejabat dengan pemimpin lokal dan antara pemimpin lokal dengan penduduk.

Meski (pulau) Lombok secara geografis dekat dengan (pulau) Jawa, tetapi secara politis (hubungan antar kaum pergerakan) tidak terlalu intens. Hal ini diduga yang menyebabkan situasi dan kondisi jelang berakhirnya kolonial Belanda di Lombok terkesan biasa-biasa saja. Hiruk pikuk berada di Jawa. Situasi dan kondisi di Lombok menjelang berakhirnya kolonial Belanda di Lombok kurang terinformasikan, lebih-lebih saat pendudukan militer Jepang. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 02 Juli 2020

Sejarah Lombok (26): Dari Kuta ke Kuta, dari Bali ke Lombok dan dari Lombok ke Bali; Destinasi Pariwisata di Tanah Sasak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Kuta di Bali, juga ada Kuta di Lombok. Kuta di Bali sudah lebih dulu dikenal dan terkenal. Kuta di Lombok baru belakangan dikenal dan baru mulai terkenal. Sebagai destinasi pariwisata, Kuta di Bali sudah mencapai kematangan, sementara Kuta di Lombok baru tahap perkembangan. Seperti kata orang Mataram, di Lombok ada Bali, tetapi tidak ada Lombok di Bali. Sekarang, orang di Denpasar mungkin bertanya: ‘mengapa ada Kuta di Lombok?

Kampong Koeta di Lombok (Peta 1927)
Kuta adalah nama generik. Nama kuta terdapat dimana-mana dengan dialek (pelafalan) sendiri-sendiri. Terminilogi kuta berasal dari era Hindoe sebagai suatu tempat (kampong). Orang Minangkabau menyebutnya kotta. Orang Batak lain lagi, yakni huta dan lain pula di Aceh yang disebut koeta seperti Koeta Radja (kini Banda Aceh). Terminologi kampung sendiri berasal dari Belanda sebagai kamp atau kampement (perkampongan). Orang Melayu menyebutnya kota. Dalam bahasa Melayu juga ditemukan terminologi negorij [negeri], yang di Minangkabau disebut nagari. Dalam hal ini, meski ada sedikit perbedaan, negeri dan kota merujuk pada satu hal: tempat tinggal. Lantas apakah di Bali dan Lombok merujuk pada kota, kotta, huta?

Lantas mana yang duluan eksis, Kuta di Bali atau Kuta di Lombok? Yang jelas, kini wilayah selatan pulau Lombok sedang berkembang sebagai destinasi pariwisata. Satu tempat yang penting di selatan pulau Lombok ini adalah Kuta. Destinasi pariwisata Kuta ini akan saling memperkuat dengan rencana pembangunan sirkuit MotoGP di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Mandalika. Okelah, untuk menambah pengetahuan  tentang sejarah Kuta di Lombok dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 01 Juli 2020

Sejarah Lombok (25): Pelabuhan Lembar, Tempo Doeloe Namanya Laboehan Tring; Kini, Pelabuhan Terbesar di Pulau Lombok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Dalam penulisan sejarah (pelabuhan) Lembar di (pulau) Lombok adakalanya ditulis kurang akurat dan justru membuat bingung, misal ‘awalnya pelabuhan Lembar ini berada di Ampenan’ (lihat Wikipedia) dan ‘Lembar, pelabuhan tertua di Nusantara (lihat Tempo.co). Sebaiknya penulisan dibuat menjadi: ‘awalnya pelabuhan Lombok di Ampenan, kemudian dipindahkan ke Lembar’ dan ‘Lembar, kini menjadi pelabuhan terbesar di Lombok’. Dengan penulisan yang tepat akan memancing minat pembaca untuk memahami sejarah (pulau) Lombok khususnya sejarah pelabuhan-pelabuhan di Lombok.

Laboehan Tring (Peta 1850)
Dalam sejarah (pulau) Lombok, terdapat sejumlah pelabuhan yang mengitari pulau. Pelabuhan pertama yang diidentifikasi adalah (pelabuhan) Lombok (di timur pulau). Keberadaan pelabuhan Lombok ini berada di teluk Lombok dicatat dalam ekspedisi pertama Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman pada tahun 1597. Dalam peta-peta selanjutnya selain pelabuhan Lombok juga sudah diidentifikasi (pelabuhan) Laboehan Tjarik (di pantai utara Lombok)  Dalam perkebangan berikutnya diidentifikasi dua pelabuhan baru diidentifikasi, yakni pelabuhan Ampenan di pantai barat Lombok dan pelabuhan Pijoe di pantai tenggara Lombok. Karena berbagai alasan, pelabuhan Ampenan menjadi lebih populer dan menjadi pelabuhan terbesae. Sejajar dengan pelabuhan Pijoe, di pantai barat daya Lombok juga diidentifikasi (pelabuhan) Laboehan Tring [baca: Labuhan Tereng]. Pelaboehan Pijoe karena alasan tertentu tidak berkembang, tetapi justru (pelabuhan) Laboehan Hadji yang berkembang menjadi pelabuhan utama di pantai timur Lombok. Idem dito, meski secara teknis navigasi Laboehan Tring di pantai barat Lombok yang lebih baik, tetapi (pelabuhan) Ampenan yang terus berkembang menjadi pelabuhan utama di seluruh Lombok.

Lantas bagaimana sejarah Pelabuhan Lembar? Nah, itu dia. Yang jelas tempo doeloe di area pelabuhan Lembar yang sekarang, pelabuhan terkenal adalah Laboehan Tring. Suatu pelabuhan yang ditempati orang-orang Bugis. Baru pada era Republik Indonesia, Lamboehan Tring yang telah bermetamorfosi menjadi Pelabuhan Lembar ditingkatkan menjadi pelabuhan utama di Lombok (untuk menggantikan pelabuhan Ampenan). Okelah. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 30 Juni 2020

Sejarah Lombok (24): Sejarah Bayan di Lombok Tempo Doeloe; Bukan Pintu Belakang, Tapi Gerbang Lombok Terdepan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Bayan seakan terlupakan atau dilupakan. Bayan kini seakan terpencil, sebab keramaian perkembangan timur-barat atau sebaliknya (Lombok Barat dan Lombok Timur), perkembangan lebih lanjut (pulau) Lombok justru mengarah ke selatan (Lombok Tengah). Wilayah Lombok Utara seakan berjalan di tempat. Wilayah Lombok Utara kalah cepat dibandingkan kawan-kawannya di barat, timur dan selatan. Wilayah Lombok Utara ingin mengembalikan marwah agar menjadi yang terdepan di pulau Lombok.

Kecamatan Bayan, kabupaten Lombok Utara (Now)
Pulau Lombok sejak 1895 telah dibagi menjadi dua wilayah administratif yakni Onderafdeeling West Lombok dan Onderafdeeling Oost Lombok. Namun kemudian pada tahun 1896 sebagian wilayah dipisahkan dari West Lombok dan sebagian yang lain dipisahkan dari Oost Lombok yang kemudian disatukan dengan membentuk Onderafdeeeling Midden Lombok (Lombok Tengah). Wilayah Lombok Utara terbagi sebagian dimasukkan Onderafdeeling West Lombok dan sebagian dimasukkan Onderafdeeling Oost Lombok. Pada tahun 2008 bagian Lombok Utara yang dimasukkan ke Onderafdeeling West Lombok (yang menjadi kabupaten Lombok Barat) dipisahkan (kembali) dengan membentuk Kabupaten Lombok Utara. Kini, kabupaten Lombok Utara ingin kembali menjadi wilayah terdepan di pulau Lombok.

Sejarah Bajan [Bayan] di Lombok Utara adalah sejarah yang sangat tua di pulau Lombok. Namun sejarah Bayan kurang terinformasikan. Sejarah Lombok dipahami seakan-akan sejarah Lombok Barat, Lombok Timur dan Lombok Tengah saja. Sejarah Lombok Utara sejatinya memiliki sejarahnya sendiri. Lantas apa pentingnya menulis Sejarah Bayan di Lombok Utara? Yang jelas wilayah Lombok Utara telah menjadi wilayah otonomi (kabupaten) sendiri. Karena itu, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.